Sabtu, 29 Oktober 2011

Chapter 8 B

Seperti yang tadi aku katakan di awal, Jouzen, Cherie, Sugar dan beberapa orang lainnya membawa Tezuka ke klinik. Pada saat itu aku baru saja mau berpamitan kepada Lun4, tapi begitu aku menoleh, dia sudah berjalan menuju counter makanan dengan peri kecilnya yang hinggap di bahunya. Padahal baru saja aku melihat dia duduk disampingku.
Aku lalu berdiri dan baru saja mau berjalan ke arah Zey kay berada ketika aku melihatnya.
Ryo chan baru saja menuruni tangga dari lantai 2 dengan dibantu oleh Shino. Wajahnya pucat pasi dan kedua tangannya menutupi mulutnya, seolah ia tengah menahan tangis.
Tubuhnya nyaris tidak bertenaga, karena ia sepenuhnya bersandar pada Shino untuk berjalan.
Aku kenal Ryo Chan dan ia bukan tipe cewe cengeng yang gampang menangis. Setahuku hampir tidak ada yang bisa membuatnya menangis, tapi kali ini dia bisa tertekan seperti itu, maka itu pasti hal yang sangat berarti.
Atau mungkin itu terkait dengan perkataan Shino soal hidup matinya seseorang. Apa itu seseorang yang sangat penting bagi Ryo chan?
Niatku untuk bertanya kepada Zey Kay hilang sudah, aku malah mengikuti Shino dan Ryo Chan yang tengah menuju ke klinik.
Tapi ini bukan berarti aku iri atau cemburu dengan keakraban mereka. Aku dan Ryo Chan sudah menjadi teman biasa dan hal ini tidak berpengaruh kepadaku, kalau dia mau dekat dengan siapapun. Bahkan terhadap Shino yang sebenarnya aku tidak setujui, karena dia suka mengambil kesempatan ke cewe-cewe (Okay, mungkin aku sedikit tidak suka, tapi itu wajar bagi seorang teman).
Aku terus mengikuti mereka sampai mereka memasuki Klinik
Aku berhenti dan memutuskan untuk tidak mengiikuti mereka. Akan lebih baik kalau aku berada di luar saja. Sambil bersandar di dinding Klinik, aku memutuskan untuk menggunakan kemampuanku.
Konsentrasi.
Dalam bayanganku, Klinik menjadi dua dimensi, aku mendengar suara Sugar, Jouzen, Arietta, Shino, Gyaboo dan Cherie. Semakin aku berkonsentrasi aku bahkan bisa membayangkan dimana saja mereka berada.
“Dia kenapa,” Aku mendengar Cherie bertanya kepada Shino membawa Ryo chan ke klinik.
“Cuma kelelahan sepertinya,” jawab Shino.
“Mom Tezu,” suara Ryo Chan terdengar bergetar, “maafin Ryo, Mom. Ryo ga bisa ngejaga Mom sampai akhirnya jadi begini,” dengan tertatih Ryo chan menghampiri Tezuka yang terbaring di salah satu ranjang di Klinik.
“Ini bukan salah Ryo chan kok,” Arietta menghampiri Ryo Chan dan memegang bahunya.
“Bukan soal itu, Riet. Kalo saja Ryo lebih kuat, semua ini ga akan terjadi. Kalo saja Ryo bisa seperti yang lain, Mom ga perlu menghapus ingatan Ryo, dan menanggung semuanya sendiri,” Ryo chan mulai menangis.
“Maafin Ryo, Mom. Ryo malah pergi saat mereka menuduh Mom pengkhianat, hingga Mom harus bertarung sendiri dan akhirnya… akhirnya… Mom … kehilangan…,”
Tiba-tiba aku merasakan sakit yang teramat sangat dan menyebabkan konsentrasiku hilang, aku tidak sempat mendengar kata-kata dari Ryo Chan tapi aku sempat melihat ekspresi kaget dari semua orang yang ada di Ruangan itu.
Aku membuka mata dan melihat seorang gadis manis berdiri di hadapanku. Rambutnya sebahu dan ia terlihat seperti gadis biasa. Ia mengenakan kaos dan celana jeans. Ia tersenyum padaku dan entah kenapa aku merasa kalau aku pernah mengenalnya.
“Tidak baik menguping pembicaraan orang,” ujarnya. Dan pada saat itu aku baru sadar, bahwa tangannya tengah menembus dadaku. Tepat di daerah jantungku.
Aku mengerang kesakitan. Dan aku yakin kalau teriakanku pasti akan menarik perhatian semua orang di Ruangan Utama. Tapi mereka semua seperti tidak mendengar apapun. Beberapa orang bahkan lewat di dekat kami dan hanya terus berjalan.
“Ada beberapa hal yang belum perlu kau ketahui,” Tyosuke berjalan menghampiriku. “Belum tiba bagimu untuk mengambil peranan disini.”
“Apa…. Mak..sudmu?” tanyaku. Rasa sakit yang kurasakan menyebabkan kesadaranku mulai menghilang.
“Semua ada waktunya, nanti akan tiba giliranmu untuk berperan,” ujar Tyosuke.
“Dan sampai saat itu tiba, lebih baik kau tidak berbuat macam-macam,” gadis itu ikut berujar.
“lepaskan dia, Nda,” Tyosuke berkata kepada gadis itu.
Gadis yang dipanggil Nda itu, melepaskan tangannya dari dadaku. Anehnya tidak ada darah keluar dari tempat tangannya menembus tubuhku. Hanya rasa sakit yang terasa. Aku jatuh bersandar di dinding klinik.
Tyosuke lalu mengajak gadis itu agak menjauh dariku. Mereka Nampak berbicara serius. Aku yakin aku mengenal gadis itu.
Nda…. Sepertinya nick awalnya dimulai dari huruf H
Dengan sisa kesadaranku, aku mencoba mengingat nicknya.
“Jangan membebani dirimu sendiri, biar semua mengalir apa adanya,” aku mendengar suara Sasyachiru.
Ia berjongkok didepanku dan tersenyum, “lebih baik sekarang kamu istirahat,” Sasyachiru kembali mendorong tubuhku secara pelan. Dan aku merasa tubuhku perlahan-lahan menembus tembok. Sebelum pandanganku menjadi gelap, aku sempat melihat Darkness of The Day dibelakang Sasyachiru melambaikan tangan ke arahku.
Dan akhirnya semua menjadi gelap.
Tepat sebelum akhirnya aku pingsan, aku akhirnya ingat nick gadis itu.
Heekary_Nda.
END OF CHAPTER 8

Sabtu, 22 Oktober 2011

Chapter 8a

Aku menghampiri Lun4mari4 yang telah berhasil mewujudkan sebuah peri kecil yang melayang rendah di dekatnya.
“Hai Lun4,” sapaku.
Lun4 hanya menoleh lalu kembali memperhatikan peri kecilnya. Tanpa berbicara satu patah kata pun. Mungkin aku lagi kurang charm dengan para cewe, soalnya mereka sepertinya tidak peduli denganku.
“Ciptaan baru lagi? Memangnya ada yang salah?” tanyaku kemudian, dengan berharap kalau itu akan membuatnya memberi perhatian kepadaku.
“Gitu deh,” jawab Lun4 singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari peri baru ciptaannya.
“Aku bantu teliti deh, gak apa-apa kan?” Dengan percaya diri, aku langsung duduk disamping Lun4.
“Silakan,” jawabnya
Aku lalu ikut mengamati ciptaan terbaru Lun4, walau sudah diperhatikan baik-baik, tapi kesannya tidak ada yang salah dari ciptaannya kali ini. Aku melirik ke arah Lun4. Ia hanya menopangkan wajah cantiknya itu ke kedua tangannya. Sepertinya dia juga merasa tidak ada yang salah pada ciptaannya kali ini.
Menit ke menit berikutnya aku habiskan dengan mencoba mengajak ngobrol Lun4, dan seperti yang sudah diduga, jawaban Lun4 hanya sebatas satu atau dua suku kata.
Tepat pada saat aku kehilangan harapan dan memutuskan untuk mencari makanan, disaat itulah aku melihat dia.
Dia baru saja masuk dari portal, rambutnya masih pendek seperti biasa dan dia mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Di salah satu tangannya, ia memegang sebuah bola yang bersinar.
Wajahnya juga tidak berubah banyak, masih manis seperti dulu, hanya saja sekarang ia lebih kecoklatan, mungkin karena ia sering berada di arena Field.
Sambil setengah berlari, ia menuju ke mejaku. Aku jadi salah tingkah. Walaupun hubungan kami sudah lama berakhir, tapi tetap saja aku merasa agak risih kalau ia melihatku bersama gadis lain.
Oh ya, aku lupa memperkenalkan namanya, Dia adalah Ryo_cha93, gadis yang dulu menjadi kekasih hatiku, bidadari kecilku, belahan jiwaku. (okay, aku memang sedikit mendramatisir, tapi gak apa-apa kan? Namanya juga dulu lagi jatuh cinta)
 Aku mencoba tidak menatapnya, aku sibuk memikirkan alasan apa yang akan kukemukakan padanya.
Ryo_chan makin mendekati mejaku, dan aku makin gugup. Tapi berbeda dari yang aku harapkan, ternyata Ryo chan malah melewati mejaku dan terus berjalan. Ia bahkan tidak berhenti untuk menyapaku.
Aku hanya terdiam dan sedikit merasa kecewa., Sepertinya aku memang sedang tidak mujur dalam berhadapan dengan cewe-cewe. Mungkin ada hubungannya dengan horoskopku hari ini. Sayang tadi aku ga sempat melihatnya.  Aku melihat ke arah Lun4 dan menyadari kalau dia sama sekali tidak menyadari (atau bahkan peduli) dengan salah tingkahku tadi.

Chapter 8

CHAPTER 8 : NAMIKAZE
Aku bukan tipe orang yang akan ikut campur dalam urusan orang lain, tapi kalau tiba-tiba ada orang berteriak di tengah ruangan yang penuh dengan orang ramai, sudah pasti akan membangkitkan rasa ingin  tahu.
Itu yang aku rasakan saat mendengar Gyaboo berteriak, “Mbak Tezu!!”
Aku menoleh dan melihat sosok Tezuka Ayumu, orang yang kini menjadi topic pembicaraan di AF ini, char yang kembali dari kematian tapi tidak ingat apa-apa ( oke, bagian kematian itu memang agak ku dramatisir), jatuh pingsan di depan Gyaboo.
Aku juga sempat melihat Cherie dan Sugar yang langsung menuju TKP tempat Tezuka Ayumu pingsan, dan Jouzen yang entah karena memang ingin menolong atau karena ada Sugar, yang juga ikut menuju tempat yang sama.
Cherie lalu memunculkan sebuah ranjang dorong, dan –kamu1, Jouzen, Sugar dan Cherie lalu berusaha mengangkat Tezuka Ayumu ke ranjang dorong dan membawanya ke Klinik.
Arietta mengikuti di belakang mereka.
Untuk sesaat keadaan di Ruang Utama sempat hening. Benar-benar hening. Sampai aku merasa kalau saja ada yang menjatuhkan jarum akan terdengar dengan jelas. Sayangnya itu hanya sesaat, dan yang kumaksud adalah benar-benar sesaat. Kurang lebih 5 detik. Setelah itu Ruangan Utama kembali bising, dan semua orang kembali beraktivitas seperti seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi.
Tapi sebelum aku kasih tau kelanjutannya, lebih baik aku ceritakan awal mulanya kejadian ini.
Perkenalkan, Nickku Namikaze_dfn. Tapi semua orang lebih senang memanggilku dengan sebutan Depin.  Aku sudah berada di AF cukup lama, dan aku menempati kamar No. 69.
Soal nomor kamarku itu, Jouzen dan Knightmares sering bercanda bahwa penghuni kamar 69 pasti berpikiran mesum. Dan untuk diketahui, aku bukan orang mesum.
Dikamarku bahkan tidak ada poster artis AV, atau majalah Playboy atau bahkan koleksi film khusus 17++ di PC. Bukan karena aku tidak suka hal-hal seperti itu, tapi koleksi-koleksi tertentu kan butuh tempat yang khusus juga.
Oh maaf, kita tadi sedang membicarakan soal awal mula Tezuka Ayumu pingsan kan?
Hmm, awal mulanya sebenarnya ketika aku memutuskan untuk keluar kamar dan menyusuri lorong Ruang Tidur yang panjang sekali.  Bagaimana tidak panjang, soalnya kan masing-masing sisi ada 50 kamar dan terus bertambah.
Sebelum nanti aku malah bercerita tentang siapa saja penghuni masing-masing kamar, lebih baik kita kembali ke cerita awal.
Seperti yang aku bilang, saat itu aku sedang santai menyusuri lorong Ruang Tidur sambil menyapa beberapa orang. Apa perlu kusebutkan siapa saja?
Hmm, aku menyapa cc.riby yang baru saja keluar dari kamarnya, walaupun dia tidak membalas sapaanku.
Aku juga menyapa Darkness of the day, yang seperti biasa baru kembali dari kegiatan malamnya. Satu hal yang perlu aku sebutkan soal Darkness of the day. Kalian pasti bisa mengenali dia kalau bertemu di siang hari, soalnya di sekelilingnya dalam radius 1 meter akan menjadi gelap gulita. Makanya dia lebih senang berpergian saat malam hari.
Aku juga melihat Knightmares yang baru saja keluar dari sebuah kamar. Dan yang membuat aku kaget adalah, dia bukannya keluar dari kamarnya sendiri melainkan keluar dari kamar Eukaristia, pacarnya.
Aku memang tahu kalau Knightmares itu termasuk yang punya pikiran mesum (jangan tersinggung, lho), tapi sampai menginap di kamar cewe?!

Lanjutan chapter 7b

Seperti kali ini, Lun4 nampak merasa puas dengan hasil karyanya. Ia membentangkan kertas gambar di hadapannya. Kedua tangannya berada di atas hasil karya yang baru ia gambar beberapa saat lalu, seolah-olah hendak menarik gambar itu keluar dari kertasnya, Dari kertas gambarnya, perlahan-lahan muncul sebuah bentuk. Awalnya terlihat samar-samar tapi kemudian menjadi semakin jelas. Kali ini Lun4 memunculkan sebuah peri kecil. Tubuh peri itu bersinar indah dan sepasang sayap kecil terlihat dari punggung peri itu.
Lun4 lalu meneliti detail dari peri yang baru ia ciptakan saat peri itu melayang rendah di hadapannya. Pada saat yang bersamaan, Depin menghampiri meja tempat Lun4 berada. Mereka sempat berbincang sebentar. Kemudian dengan tersenyum lebar Depin duduk di sebelah Lun4.
Ace menatap ke arah portal. Sebuah pikiran melintas di benaknya tapi ia lalu berkata dalam hati, “mereka tidak mungkin menemukannya secepat itu.”
Saat ia akan mengalihkan pandangannya, pintu portal bersinar, pertanda bahwa akan ada yang memasuki ruangan AF. Dengan penuh rasa penasaran Ace memperhatikan pintu portal.
Dari pintu portal muncul seorang gadis berambut pendek  dengan memegang sebuah bola sinar di salah satu tangannya. Gadis itu Ryo_cha93 menghampiri meja tempat Yauchi Hiruma sedang menunggu, sepertinya mereka berdua ada sedikit transaksi, karena Yauchi Nampak mengeluarkan sebuah alat yang dilengkapi dengan sebuah pena kecil. Alat itu disebut E-cash, alat yang digunakan untuk bertransaksi di dunia ini, bisa barter atau bahkan jual beli.
Ace kembali mengawasi ruangan utama. Ia mengambil sebotol minuman dari tas ransel yang ia letakkan disampingnya. Tas itu menyimpan hampir  sebagian besar ransum makanan dan minuman yang biasanya ia beli saat ia turun ke Ruang Utama.
Ia juga mengambil beberapa kamera mini dan menaruhnya di balkon. Ace lalu turun dari balkon dan memasuki Ruang Pertemuan. Ia lalu duduk bersandar di salah satu kursi. Ace memang  biasa menggunakan Ruang Pertemuan sebagai markas kecilnya, tapi hanya bila ruangan itu tidak dipakai.  Sebuah layar hologram muncul dari tengah meja. Di layar tersebut muncul beberapa layar-layar kecil seperti layaknya kamera keamanan.  Diantaranya ada layar yang menayangkan keadaan di bagian kanan Ruang utama, termasuk daerah pintu keluar Kamar Mandi Bersama. Lalu ada juga layar yang menayangkan keadaan di bagian kiri Ruang Utama termasuk daerah dekat pintu portal. Dan yang terakhir ada layar yang mengawasi area menuju Ruang Tidur, dan Klinik.
Di salah satu layar Ace melihat Shino sedang berbicara dengan Ryo_cha93. Ace memunculkan sebuah layar hologram baru di dekatnya dan memindahkan layar yang menampilkan Shino ke layar yang baru ia munculkan.
“Aku mau minta pertolonganmu,” terdengar suara Shino

Chapter 7a : Ace ..... continue

OP BGM : CHASSIS – The Gazette
 “Apa mungkin mereka sudah tau perbuatan orang itu?” Ace bertanya-tanya.
Shinigami Chan dan Jheeea yang sedang membawa boneka nampak berdiri di dekat portal. Sepertinya mereka sedang menunggu seseorang.
Dari arah Ruang Tidur, Ace bisa melihat kalo Suko_Gaara dan Yu_sakur4 berjalan menemui Shinigami Chan di dekat portal. Pada saat itu, kelompok kecil itu bertemu dengan Seiryu_Kawaii yang baru saja masuk melalui portal, keduanya sepertinya sempat berbicara sebentar, lalu kelompok itu pergi melewati portal, sementara Seiryu kembali menuju ke Ruang Tidur.
Pintu Ruang Pertemuan di belakang Ace kembali terbuka. Kali ini para petinggi satu persatu mulai turun dan kembali melanjutkan aktivitasnya kecuali Shino yang berdiri bersandar pada tembok dibelakang Ace.
Sinc keluar paling akhir dan menyerahkan sesuatu kepada Shino.
“Ini data semua yang menggunakan portal kemarin dan hari ini,” ujar Sinc saat menyerahkan micro chip ke Shino.
“Aku ga akan bertanya tentang siapa yang kau curigai, tapi begitu dugaanmu terbukti, aku ingin jadi yang pertama tau soal ini, mengerti?” lanjut Sinc
“Kami mengerti,” jawab Shino.
Sinc lalu turun ke Ruang Utama dan kembali melanjutkan kegiatannya.
“Aku akan menganalisa ini dengan Dernew, kalau ada hasilnya aku akan memberitaumu,” ujar Shino.
“Thanks,” jawab Ace.
Shino terdiam sejenak, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia lalu mengurungkan niatnya dan langsung menghilang.
Ace memperhatikan Ruang Utama dan melihat Shino muncul didekat Dernew yang sedang mengobrol dengan Fuunay. Walaupun mereka sedang berbicara berdua tapi Fuunay terlihat sangat sedih. Ia terus meremas kedua tangannya dan menunduk. Dernew memegang tangan Fuunay dan mengatakan sesuatu lalu berdiri dan menghampiri Shino.
Walau jauh, tapi Ace dapat melihat bahu Fuunay bergetar. Ia sudah mengerti apa yang terjadi, tapi seperti biasa ia tidak peduli,
Dan para penghuni yang beraktivitas di Ruang Utama juga sepertinya tidak sadar soal rapat yang baru saja berlangsung.
Seperti Gyaboo, Gigadramon dan Gurl_1715 yang masih asyik mengobrol. Ace memperhatikan kalo Gyaboo sesekali menatap ke arah Dann of Thurday yang sedang asyik dengan pekerjaannya.
Di salah satu sudut, ia melihat Fuko_san, gadis manis berambut coklat yang tengah berbicara dengan Mifu. Mungkin tentang game dance yang akan mereka datangi. Biasanya Rena, Tezuka dan Endhog akan ikut bersama mereka tapi hari ini Rena sudah pergi dari pagi bersama Nigihayami dan Tezuka yang sekarang, Ace yakin kalau Tezuka yang sekarang tidak akan ingat kebersamaan mereka dulu, sementara Endhog sudah lama tidak pernah muncul di AF lagi, walau beberapa hari yang lalu, Ace sempat melihatnya melindungi Tezuka saat serangan tiba-tiba ke AF.

Chapter 7 : ACE

Chapter 7 : ACE
OP BGM : SHIKI - Kaggra
Banyak orang yang berpikir kalau duduk diam selama berjam-jam itu pasti ngebosenin. Tapi berbeda dengan Ace. Walaupun memang dia ga bisa ditebak ada ato gak adanya, berhubung dia sering menggunakan mode inviciblenya.
Tapi Ace justru menyukai kesendiriannya.
Ada yang pernah bertanya apakah dia pernah mengikuti Quest ato bahkan pernah sekalipun meninggalkan posnya, tapi Ace tidak pernah menjawabnya.
Menurut teman-temannya, Ace dulu justru sering mengikuti quest dan bahkan ikut berburu item bersama yang lain. Tapi semenjak serangan yang terjadi tiga bulan yang lalu, Ace lalu memilih untuk berada di posisinya sekarang, mengawasi Ruang Utama di Anime Fans.
Banyak yang meminta Ace untuk ikut dalam misi yang mereka jalankan, tapi tidak ada satupun yang ia terima. Baginya mengamati tingkah laku penghuni di Ruang Utama lebih menyenangkan.
“Pasti ada aja hal yang menarik” biasanya itulah alasan yang ia gunakan.
Dan hal itulah yang ia rasakan sewaktu melihat Tezuka masuk Ruang Utama tanpa tubuh fisiknya. Hanya sebuah sosok yang tembus pandang.
Ia terus mengamati setiap pergerakan Tezuka, saat dia berbicara dengan orang-orang yang bisa melihatnya, dan saat ia mencuri dengar tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan.
BEEP
Alat komunikasi ditelinga Ace berbunyi, menandakan ada ‘Private Chat
“Ada energi aneh di Ruang Utama. Aku kenal energi ini. ‘Orang itu’ kah?” Suara Sinc terdengar.
“Ya,”  Ace menjawab singkat
“Sengaja? Atau….”
“Dia bingung. Mungkin berkaitan dengan tubuh fisiknya”
“Hmm, maksudmu tubuhnya tidak ada?”
Ace tidak menjawab
“Baiklah, aku akan minta Dhe menscan area ini dan mencari data soal tubuh fisiknya,” Sinc akhirnya berkata.
Sebuah bunyi klik terdengar, tanda bahwa sambungan komunikasi antara mereka sudah terputus.
Ace terus memperhatikan Tezuka dari lantai 2, termasuk ketika ia akhirnya berdiri di dekat   -kamu1 sebelum tergesa-gesa kembali ke ruangan tidur.
“Ace,” terdengar suara Shino memanggilnya.
Ace menampakkan dirinya.
“Sinc bilang kau punya info mengenai tubuh Tezu?” tanya Shino
“Tidak,” jawab Ace.

Last intermezzo this time

OP BGM : CALENDULA REQUIEM – Kanon x Kanon
Rie menoleh ke arah kami.
“Arietta, mereka sudah datang,” ujarnya pada gadis yang memakai ransel.
Gadis yang dipanggil Arietta menoleh ke arah kami. Dan aku yakin kalau saja aku tidak melihat kemampuannya tadi, aku pasti akan berppikir kalau dia hanya gadis biasa.
“Jheeea, apa kabar?” Arietta langsung memeluk Jheeea.
Jheeea hanya tersenyum, “aku baik-baik saja kok.”
Arietta melepaskan pelukannya dan menunjukkan sebuah termos mini.
“Aku mendapatkannya,” uajrnya riang
“kami,” koreksi Rie
“kamu kan cuma diam ditempat,” protes Arietta
“memang, aku cuma diam, memperhitungkan dia datang, menyergap dia dan menangkapnya. Bukan hal yang penting,” Rie berkata tanpa ekspresi.
“ya, ya, kami,” Arietta akhirnya mengalah.
Jheeea hanya tertawa mendengarnya. Saat itu aku bisa merasakan pandangan Rie ke arahku.
Arietta dan Ayanami Rie lalu ikut bersama dengan kami ke tempat Shinigami Chan dan yang lain menunggu.
“Suko, Yu,” Arietta langsung memeluk keduanya.
“Ariet,” Suko balas memeluk Arietta sementara Yu hanya diam saja.
“wah senangnya pada kumpul semua disini,” ujarnya ceria.
“Ariet chan, barangnya,” pinta Shinigami Chan.
“Ah ya, maaf,” Arietta menyerahkan termos kecil yang ia pegang ke Shinigami Chan.
“Rie chan, apa kau bisa?” Tanya Shinigami Chan.
Rie lalu memasang sebuah alat khusus ditangannya, “akan kucoba,” jawabnya.
Shinigami Chan membuka tutup termos kecil itu dan mengeluarkan sebuah benda yang terbungkus selaput bercahaya. Bentuknya seperti sebuah memori card. Shinigami Chan lalu menyerahkan benda itu ke Rie. Ia lalu memasukkan benda itu ke alat khusus ditangannya dan mulai menscan benda itu.
Walau dilihat oleh kami semua, tapi sepertinya Rie sama sekali tidak keberatan. Ia bahkan tidak merasa risih dan tetap fokus pada penelitiannya.
“Aku sudah bisa mengenksripsi datanya,” ujar Rie tak begitu lama kemudian.
Sebuah sinar laser keluar dari alat ditangannya dan mulai membentuk sesuatu di rumput di depan kami. Sinar itu mulai membentuk seperti sebuah kaki manusia yang tengah berbaring di rumput, lalu tubuhnya dan kemudian kepalanya.
Setelah semua terbentuk, aku terkejut. Karena tubuh yang berbaring itu adalah tubuhku. Suko dan Arietta juga sama terkejutnya dengan aku.
“Jadi itu tubuhnya Mama Tezu?” tanyanya.
“Tapi kenapa mereka mau mengambil tubuh Tezu?” Suko juga terlihat heran.
“Ini adalah tiket mereka keluar dari dunia ini,” jawab Shinigami Chan sambil menghampiri Jheeea.
“Bonekanya Jhe chan,” pinta Shinigami Chan.
Jheeea menyerahkan aku (baca: aku dalam boneka) kepada Shinigami Chan.
“Maksudnya tiket ke dunia luar? Jadi mereka akan bebas kalau mereka nyulik Mama Tezu?” tanya Arietta.
“Kurang lebih, tapi mungkin saja itu hanya janji palsu yang diberikan,” jawab shinigami Chan sambil meletakkan aku di dekat tubuhku.
Shinigami Chan lalu melepaskan sebuah alat di bagian belakang tubuh bonekaku dan aku merasa diriku seperti tersedot keluar. Aku lalu bisa melihat diriku sendiri yang terbaring di rumput, aku mencoba masuk ke dalam tubuhku. Rasanya seperti menembus lapisan semen lunak dan terasa sedikit sensasi aneh lalu semuanya gelap.

Minggu, 10 Juli 2011

Another Intermezzo

OP BGM : CORE PRIDE - UverWorld
Shinigami chan, Jheeea dan aku yang masih berada dalam wujud bonekaku, menunggu di dekat pintu portal di Ruang Utama. Aku masih bertanya-tanya seperti apa sih, timnya Shinigami chan.
“Shin chan, memangnya aku harus ikut ya?” tanya Jheea
“Portalnya Cuma bisa sekali jalan, Jhe chan, makanya untuk pulangnya kami minta bantuanmu,” jawab Shinigami Chan
“Lalu boneka ini?” Tanyanya kembali sambil mengangkatku eh aku yang berada dalam boneka.
“Itu adalah benda yang sangaaaaaaaaaattt penting dalam misi kita. Jadi tolong dijaga baik-baik yaaa?” Shinigami chan menjawab sambil tersenyum manis.
“Tumben sekali kamu manggil kami Shin chan,” ujar seorang gadis yang mengenakan setelan berwarna merah, dengan selendang warna putih. Wajahnya sangat putih dengan rambut merah pendek serta sebuah huruf kanji terlukis di dahi kanannya.
Dibelakangnya, aku melihat seorang gadis berambut hitam sebahu. Penampilannya biasa aja, seperti seorang gadis pada umumnya. Tapi aku bisa merasakan hawa menekan yang keluar darinya. Seolah-olah segala yang ada didekatnya menjadi kelam dan suram.
“Ah, suko chan, Yu chan, lama sekali,” protes Shinigami chan
“Aku harus menariknya keluar dari kamar dulu Shin chan,” jawab gadis berambut merah.
“Aku ga yakin kenapa harus keluar dari kamar. Padahal jauh lebih baik kalau aku di dalam kamar, toh semua orang sepertinya menjauh dariku,” gadis berambut hitam sebahu itu bergumam pelan.
Aura dari dirinya terlihat makin kelam.
Aku yakin kalau saja ada orang yang dekat dengannya, bisa langsung down.
“Yu chan, kita harus melakukan quest. Atau kau mau mengecewakan aku?” Shinigami chan berkata kepada gadis yang berambut sebahu.
Sepertinya walaupun berada di dekatnya, Shinigami chan sama sekali tidak terganggu dengan aura menekan yang keluar dari gadis yang dipanggil Yu chan.
Aku menatap ke arah gadis berambut merah.
‘Kalau dia Yu chan berarti gadis ini namanya Suko chan’, batinku
“Suko, kamu kok bisa tahan dekat dengannya?” tanya Jheea
“Setelah sekian lama juga ntar kebiasa kok dengan aura kegelapannya Yu. Lagian kemampuannya untuk membuat orang lain down bahkan sampai bunuh diri bisa sangat membantu kalau lagi di dungeon yang penuh player lain,” Suko tertawa kecil.
“Lho, itu sama artinya membunuh orang lain dong?” Jheea terlihat sedikit tidak setuju.
“Di area Game, yang penting tidak terbunuh duluan. Kill or to be killed. Tezu dulu yang mengajarkan itu padaku,” jawab Suko
Aku tersentak.
Jadi…
Suko sepertinya juga mengenalku. makin bertambah aja orang yang harus aku tanyai.
“Ayo kita berangkat,” Shinigami chan mengajak kami semua pergi.
Tapi baru saja kami akan memasuki portal, Seiryu nampak keluar dari portal.
Seiryu nampak kaget melihat kami semua, terlebih lagi melihat aku (baca: aku dalam boneka) yang dipegang Jheea.
“Kalian mau pergi?” singkat.
“Kata Shin chan, dia dapat sebuah quest yang bagus. Jadi kami diminta ikut,” jawab Suko.
“Biasanya sendiri,” tanyanya
“Aku rasa bagus juga kalo quest rame-rame kayak gini,” jawab Shinigami Chan.
“kau keberatan, Sei?” Yu nampak menatap tajam
“Ngapain aku keberatan, Terserah kalian,” Seiryu lalu berjalan meninggalkan kami.
Aku sempat memperhatikan pandangan Shinigami Chan yang aneh ke arah Seiryu. Tapi ia lalu kembali tersenyum biasa.
“Yuk, pergi,” ajaknya
Kami semua lalu melangkah menuju portal. Sebuah pintu besar dengan sinar keemasan. Shinigami Chan membuka pintu itu dan kami semua melangkah masuk.

Kamis, 05 Mei 2011

Intermezzo one more time

OP BGM : PIECES – L’arc en ciel
Aku segera menuju kamarku, tapi begitu aku memasuki kamarku, aku ga merasakan sinar terang atau tiba-tiba terbangun. Aku melihat kamarku. Persis seperti saat aku tadi memutuskan untuk tidur, tapi perbedaannya, aku tidak melihat diriku dimanapun. Tempat tidur terlihat kosong.
Aku menjadi panic dan mulai mencari ke segala tempat, bahkan aku melihat ke bawah tempat tidur, karena aku pikir mungkin saja tubuhku terjatuh dari tempat tidur.
Setelah yakin bahwa tubuhku gak ada dimanapun, aku lalu mencoba kembali rileks, mencoba menenangkan diri.
Aku berbaring di lantai, memejamkan mata, dan berharap begitu membuka mata, aku sudah benar-benar terbangun.
Aku memejamkan mata selama beberapa menit, sambil menarik nafas panjang dan menenangkan pikiranku.
Setelah cukup lama aku kembali membuka mata.
Aku melihat ke sekelilingku.
Sepertinya aku masih berada di kamarku.
Meja tempatku biasa menulis masih ada di sisi kananku, dan aku melihat tempat tidurku di sisi kiriku.
Tunggu…
Meja dan tempat tidur….
Jangan-jangan aku berada di lantai?
Aku segera bangun dari tidurku dan masih mendapati kedua tanganku yang tembus pandang.
Ga mungkin!
Kenapa aku belum kembali terbangun??
Dengan putus asa aku kembali memejamkan mataku dan terus berkata, “bangun, ayo bangun”
Tapi begitu aku membuka mata, aku masih dalam kondisi aku sebelumnya.
Sambil berjalan mondar-mandir dikamar, aku terus berpikir, ‘kenapa aku bisa tetap berada dalam kondisi seperti ini? Apa yang terjadi?’
Berkali-kali aku mencoba memejamkan mata dan tidur. Tapi semuanya tidak bisa membuatku kembali terbangun.
Aku sudah mulai pasrah dan putus asa, ketika pintu kamarku terbuka.
Dhe Bsblover memasuki kamarku. Ia mengenakan kacamata khusus yang sepintas mirip kacamata baca biasa. Ia melangkah menghampiriku yang masih duduk bersimpuh dilantai.
“Mau ikut denganku?” tanyanya padaku
“Aku?” ulangku.
“Ya, sepertinya kami tau dimana tubuh aslimu berada,” ujarnya.
Aku segera bangkit dari dudukku.
“Dimana?” tanyaku.
“Ayo ikut aku,” Dhe lalu berjalan keluar dari kamarku. Aku mengikutinya.
Kami berjalan menuju ruang pertemuan di Lantai 2.
Aku melihat Ace yang sedang duduk terdiam di tempat biasanya. Ia sempat melihat ke arahku. Aku ga yakin apa dia bisa melihatku seperti beberapa orang yang lain. Aku melihat ke arah Dhe yang sedang membuka pintu dan kembali melihat ke arah Ace. Saat itu aku melihat Ace tersenyum. Tapi hanya sesaat saja, karena detik berikutnya, ia kembali duduk serius melihat ke arah para penghuni yang sedang berada di Lantai 1.
Aku memasuki Ruang Pertemuan. Baka Hyde, Yauchi, Sinc Sei, Cherie, Urahara, Shinigami Chan, Shino dan Kyu. Hampir semuanya sudah berada di dalam ruangan kecuali Seiryu yang aku lihat keluar melalui portal sebelum aku kembali ke kamar tidur. Dan hampir semuanya mengenakan kacamata yang sama dengan yang dipakai Dhe.
Sinc sepertinya sedang sibuk mengetikkan sesuatu di layar monitornya, karena aku bisa melihat barisan data yang muncul di layarnya.
“Ini benar-benar hal yang baru,” Baka Hyde buka suara.
Aku menoleh. Aku ingin tau apa yang dimaksud dengan hal baru itu.
“Mang apa yang baru?” tanya Yauchi.
“Bahwa seseorang bisa meninggalkan data fisiknya, dan berjalan seperti hantu,” ujarnya menatap kagum ke arahku.
“Aku lebih suka aku yang biasa,” jawabku
“Sudah banyak kok kejadian seperti itu, tapi yang baru sadar dan bisa bergerak bebas sepertinya baru dia doang,” balas Sinc sambil terus mengetikan data ke layar hologramnya.
“tapi aku ga pernah liad selama ini?” tanya Baka Hyde.
“Itu karena kamu jarang banget keluar dari tempat ini,” balas Sinc
Shino nampak sedang berbicara dengan suara pelan kepada orang lain yang ga berada di ruangan ini. Sepertinya ia seolah menelepon tapi aku ga melihat ia memegang handphone atau alat komunikasi yang lain.
Shino lalu bangkit dari duduknya dan membisikkan sesuatu pada Sinc. Sinc nampak berkata pelan pada Shino lalu mengangguk pelan.
“Posisi tubuhmu sudah kami temukan, tapi karena bergerak terus, agak susah memastikan tempat pastinya,” Sinc berkata kepadaku.
“Lalu?” tanyaku.
“Lalu sekarang aku akan menugaskan tim pengambil untuk mengerjakannya,” Sinc membalas dengan santai.
“Shin, itu tugasmu kan?” ujarnya kepada Shinigami chan
“Nyaaaw, aku kan pengumpul item,” Shinigami chan terlihat protes, “kenapa ga Shino aja?”
“Wah sori, aku cuma informan, ga boleh terlibat pada pekerjaan langsung,” shino menolak sambil tersenyum.
“Nyaaaw,” Shinigami chan masih terlihat tidak puas.
“Apa aku perlu ikut?” Tanya Baka Hyde.
“Ga usah, Nyaw, nanti malah bikin repot ga jelas,” tolak Shinigami chan.
“teganya…” baka Hyde terlihat murung.
“Oke, nyaaw, tapi biar aku sendiri yang menentukan timku,” usul Shinigami Chan.
“Terserah kamu,” jawab Sinc Sei.
Shinigami Chan nampak berpikir sejenak.
Ia lalu berkata, “ Oke Nyaaw, serahkan saja padaku. Aku akan membawa kembali tubuh yang kau minta.”
“data akan tubuh fisiknya tepatnya,” koreksi Sinc
“Ya, apalah. Berikan saja koordinatnya padaku,” balas Shinigami chan
“Sudah kutransfer datanya,” layar hologram di depan Sinc menghilang. “Aku tunggu kabar baik darimu,” ujarnya.
“Kau tidak perlu menunggu lama, aku jamin,” Shinigami Chan keluar dari ruang pertemuan.
Urahara mengeluarkan sebuah boneka sedang dari tas yang ia bawa.
“Aku baru saja menyelesaikan ini,” ujarnya sambil meletakkan boneka di atas meja.
Boneka itu seperti sebuah boneka yang sering dibawa oleh para peniru suara (ventriloquist). Ukurannya agak sedang, Berambut panjang layaknya seorang gadis kecil dan memakai jubah hitam.
“memangnya itu apa?” Tanya Cherie.
“Aku yakin kalau teman kita yang satu ini, tidak akan suka menunggu sampai Shin chan pulang dari tugasnya. Tapi kita juga ga bisa membiarkan keadaannya yang seperti hantu ini berkeliaran diluar sana. Makanya aku menciptakan ini,” jelas Urahara.
“Dan tepatnya fungsi dari boneka ini apa? Selain karena tampangnya yang imut,” tanya Baka Hyde.
“Boneka ini akan menyimpan data keberadaan Tezu, atau lebih mudahnya, dia akan menjadi benda yang dirasuki Tezu,”
“hah?” aku terlihat kaget.
“Kenyataan kalau Tezu adalah sebuah hantu, bukan tidak mungkin dia bisa merasuki sesuatu kan? Maka dari itu, anggap saja kalau ini adalah benda yang dirasuki Tezu,” jawab Urahara.
“Dia itu kan cuma data yang terlihat abnormal saja,” Sinc terlihat tidak tertarik.
“Tentu, tapi kalau dia kita biarkan berkeliaran, bisa saja mempengaruhi keseimbangan data yang kalian atur kan, Sinc?”
“Terserah kamulah,” Sinc menyandarkan kepala di sandaran kursi pertemuan.
“Mang itu bisa berfungsi, Ura?” tanya Yauchi.
“Memangnya aku pernah mengecewakan kalian? Tenang saja pasti berfungsi kok,” jawab Urahara.
“berarti kau belum pernah mencobanya kan?” yauchi berkata sinis.
“Justru itu, silakan kalian hasilnya,” Urahara membawa boneka itu ke dekat tempatku berdiri.
“Sentuh saja dia, Tezu, ga akan terjadi apa-apa kok,” ujarnya
Dengan ragu-ragu, aku menyentuh boneka itu, dan aku merasakan diriku terhisap kedalam.
Untuk sesaat semuanya gelap, dan begitu aku bisa melihat sekelilingku, aku seperti merasa menciut menjadi kecil. Seolah-olah tubuhku menyusut seperti anak kecil. Tapi aku masih bisa melihat sekelilingku dengan sangat jelas. Bahkan aku bisa merasakan apa yg terjadi dibelakangku walau aku tidak bisa melihatnya secara langsung.
Aku bisa mendengarkan apa yg terjadi. Tapi ketika aku mencoba menggerakan tanganku, aku tidak bisa melakukannya.
Sepertinya aku hanya bisa mendengar dan melihat saja.
“Tenang saja, boneka ini ga akan bisa berbuat apa-apa. Ia hanya menjadi wadah bagi data Tezuka aja, Ia bisa melihat dan mendengar dengan jelas, tapi tidak bisa berbuat yang lain,” jelas Urahara.
“Jadi kau akan membawa boneka ini dan langsung mengembalikan data Tezuka ke tempatnya?” tanya sinc.
“Bukan aku tepatnya, tapi timnya shin chan, kan dia yang akan mengambil kembali wadah asli dari data Tezu,” jawab Urahara.
“Kau yakin? Lagipula itu dilakukan bukan di wilayah kita, bukankah itu beresiko terlihat musuh?” tanya Sinc lagi.
“Sangat yakin. Dan masalah orang lain, aku yakin dengan orang-orang pilihan shin chan, masalah itu pasti akan teratasi. Dia mendapat julukannya sebagai Pengambil Item Langka No. 1 bukan cuma omong kosong belaka,” tegas Urahara.
“Aku hanya mengingatkan,” Sinc kembali bersandar.
Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Tak berapa lama Jheea nampak masuk ke dalam
“Shin chan bilang aku harus menemuimu, Ura,” ujarnya agak bingung.
“Oh ya, Jaheku yang tantique, kamu akan menemani shin chan kan? Tolong antarkan boneka ini ya?” ujar Urahara sambil menyerahkan aku.. eh maksudku aku yang berada dalam boneka itu ke Jheeea.
“Aku hanya perlu membawa ini?” tanyanya masih bingung.
“Betul sekali. Kamu bisa kan?”
“wah, jangan meremehkan aku yang tantique ini loh, kalau cuma mengantarkan boneka ini sih masalah gampang.” Jawab Jheeea penuh percaya diri.
“Ini saja?” tanyanya kemudian
“Ya, itu saja,” jawab Urahara.
“Baiklah, aku permisi,” Jheeea lalu keluar dari ruangan sambil membawaku, eh, boneka yang ada diriku.
Saat melewati Ace yang masih saja duduk di balkon lantai 2, aku bisa melihat dia menatap ke arahku dengan wajah agak bingung.
Kami menuruni tangga dan bergabung dengan Shinigami Chan yang menunggu di dekat portal.
“Bntar nyaaw, mereka belum datang,” ujar Shinigami chan.
Aku jadi bertanya-tanya, seperti apa sih tim yang dibawahi Shinigami chan, yang katanya Pengambil Item Langka No. 1
ED BGM : BUTTERFLY - Smile

Intermezzo part 3

OP BGM : KIZUNA – ORANGE RANGE
Aku menatap ke arah Nchex Rage yang masih duduk disampingku.
‘Apa dia bisa mendengarku?’ pikirku
“Ada yg kau butuhkan?” ulangnya sambil kembali menghisap rokoknya.
“Kau bisa mendengarku?” tanyaku
Nchex Rage hanya tersenyum.
“Apa dia masih kecewa ma aku?” Aku menatap ke arah Silvergin
“Masih, tapi dipikirkan juga percuma, ga akan merubah apa-apa, memang faktanya kalau kau ga inget tentang dia. Mending kau pikirkan hal lain yang lebih bermanfaat. Seperti bagaimana kamu bisa mengetahui siapa dirimu sebenarnya,” Nchex berkata dengan suara pelan tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
Aku menatap Nchex dengan heran.
‘Kenapa sepertinya dia tau banyak tentang aku?’ batinku
Aku mencoba menyentuhnya tapi anehnya aku ga merasakan apa-apa. Tidak ada ingatan apapun, atau mungkin karena dalam bentuk seperti ini? Apa mungkin aku harus dalam bentuk fisik asliku?
“Apa kamu pikir bisa menarik ingatanku dalam bentukmu seperti itu? Kamu sekarang hanya sebuah hantu. Keanehan data yang tidak punya kekuatan apa-apa,” ujar Nchex pelan.
Jadi ternyata benar aku ga bisa menggunakan kelebihanku bila dalam bentuk ini.
“Lagipula bukankah itu kesannya curang? Mengintip ingatan orang lain tanpa mereka ketahui. Sama saja kau melakukan cara yang cepat dan ga mau repot,” ujar Nchex
“Tapi kalau aku tanya, pasti mereka ga akan mau jawab,” kilahku
“Kau belum coba kan? Memangnya Yauchi tidak mau jawab waktu kau tanya dia?” tanya Nchex masih dengan nada tanpa emosinya.
“Tidak, sih,” jawabku.
“lalu kenapa kau ga mencoba dulu secara langsung, kalau mereka memang berbohong, kau kan bisa tau dengan menggunakan kekuatanmu. Daripada buang-buang tenaga untuk menggunakan kekuatan yang hanya terbatas 2x dalam sehari. Atau mungkin kau memang sebegitu inginnya lepas dari dunia ini?” Nchex bertanya tanpa menatapku.
“Aku hanya ga mau menambah luka yang mereka derita karena perbuatanku,” jawabku pelan.
“Itu hanya pemikiranmu saja. Dari dulu kamu ga pernah berubah, selalu saja larut dalam pemikiranmu sendiri tanpa pernah bertanya pada yang lain,” balas Nchex.
“Tapi aku sudah membuat Sora dan Silvergin kecewa, aku…. sebenarnya agak menyesal kenapa aku datang kesini,” sesalku
“Hanya karena itu, kamu bisa down? Sepertinya kamu masih lemah seperti biasanya. Bisa ga kamu hidup tanpa ada penyesalan? Kalau memang mengecewakan, maka perbaiki dengan sekuat tenaga, bukan hanya menyesal dan menyalahkan diri sendiri, tapi itu Cuma pendapatku saja. Kan dirimu yang menjalani hidup ini.”
Aku memikirkan kata-kata Nchex. ‘Perbaiki dengan sekuat tenaga’
“Apa aku bisa?” gumamku.
“Semua tergantung niat, kalau bersungguh-sungguh pasti bisa. Dulu kau bisa mengumpulkan kami semua, kenapa sekarang malah ga yakin pada dirimu sendiri?”
“Entahlah, mungkin karena aku bukan aku yang dulu,” jawabku lirih
“Memangnya berbeda? Baik dirimu yang dulu dan sekarang itu tetap dirimu kan?”
“Tapi aku yang sekarang ga bisa berbuat apa-apa. Tidak sekuat dulu,” aku kembali berkata lirih.
“Tez, kau lihat rokok ditanganku? Mau dia tinggal setengah, masih utuh, atau sudah habis, ia tetap menjadi sebuah rokok. Mau ditaruh di bungkusnya, diselipkan ditelinga atau disimpan dalam kantong juga ia tetap sebuah rokok. Kalaupun ia patah menjadi dua, bagi yang membutuhkannya, pasti ia akan digunakan,” Nchex menaruh rokoknya yang sudah hampir habis ditelapak tangannya
“Kalaupun ia terbakar habis seperti ini,” Rokok ditangan Nchex tiba-tiba terbakar tak bersisa, “Asapnya masih bisa tercium. Begitupun manusia, biar ada dimanapun, pasti ada orang yang membutuhkannya. Walaupun ia lemah tak berdaya, pasti ada yang membutuhkan kehadirannya. Karena kita itu unik Tez, biar ditempatkan di lingkungan yang bagaimanapun, kita akan tetap menjadi unik. Walaupun kita berusaha sama dengan yang lain, tapi tetap saja berbeda satu dengan yang lain. Kalaupun kau sudah tidak kuat seperti dulu, maka biarkan orang-orang yang membutuhkanmu memberikan sebagian kekuatannya. Jangan semua kau simpan sendiri dan kau tanggung sendiri. Sekuat apapun dirimu pasti kau akan hancur.”
Nchex bangkit dari duduknya dan kembali berjalan ke arah teman-temannya berada.
“Aku sarankan kau tanya pada Gyaboo, katakan yang sejujurnya pada orang-orang yang menyayangimu,” Sarannya sebelum pergi meninggalkan aku.
Ketiga temannya nampak menyambut Nchex dengan gembira.
“Lama amat sih,” protes Hota
“Aku kan ga mau meracuni kalian semua dengan asap rokok,” jawab Nchex sambil tersenyum.
“Tuh denger Potape, bagus pemikiran kaya gitu, ga kayak kamu merokok di tengah-tengah kerja,” ujar Silvergin.
“Hey, tiap orang kan berbeda,” Hota kembali protes.
“Lebih baik ga ngerokok,” B3rserker ikut menimpali.
“Ikut-ikutan aja nih Beruang,” Protes Silvergin
ketiganya lalu tertawa.
Entah mengapa dalam ingatanku muncul kenangan indah akan kami berempat. Aku berada ditengah-tengah mereka, dan ikutan tertawa.
Aku ingat setiap kami akan menjelajahi suatu ruangan, kami akan berkumpul dimeja itu dan saling mengemukakan usul tempat yang bagus. Hotaru dan Silvergin akan saling mencela tempat masing-masing dan B3rserker akan sok ikut-ikutan. Sementara aku dan Nchex hanya akan menunggu sampai mereka capek sendiri sambil ikut tertawa.
Mungkin ini yang dimaksud dengan Nchex tadi, bahwa ingatanku akan muncul dengan sendirinya atas peristiwa tertentu.
‘Kalau begitu, aku akan bertanya pada Gyaboo, aku akan katakan sejujurnya, mungkin saja ini akan berhasil,’ pikirku.
Bila nanti ternyata berhasil maka aku akan bertanya pada yang lain, termasuk Sora.
Ya, aku akan minta maaf pada Sora dan mengatakan sejujurnya, aku ga peduli dia percaya atau tidak. Aku akan mencoba memperbaiki semua ini.
Aku lalu melangkah ke Ruang Tidur, karena aku yakin dalam kondisiku seperti ini, Gyaboo atau yang lain tidak akan menyadari keberadaanku. Karena seperti kata Shino bahwa hanya orang-orang tertentu yang menyadari keberadaanku.
Saat melewati Counter makanan, aku melihat seorang gadis. Gadis itu sepertinya agak marah kepada Hime yang tengah melayani pemuda yang mengantri di depannya.
“Ga usah sok pura-pura baik deh,” ujar Gadis itu.
“Maksudnya apa, kak?” tanya Hime
“Kamu mau cari perhatian kan ma Aoki. Ga malu ya, sudah ada Soran, masih juga cari perhatian ke cowok lain,” seru gadis itu.
“Aku ma kak Soran ga ada apa-apa kak, beneran,” Hime mencoba menjelaskan kepada gadis itu.
“Alah, ga usah bohong deh,” gadis itu lalu mengambil makanan yang dipegang Aoki, “jangan-jangan makanan ini udah kamu kasih sihir biar Aoki peduli ma kamu lagi?” tuduhnya
“Astaga, demi Tuhan, kak, aku ga mungkin ngelakuin hal seperti itu,” suara Hime terdengar bergetar.
“Kalau bicara tolong dijaga,” seorang pemuda dengan mata kucing tiba-tiba sudah berada didepan Aoki.
“Hey, Aoki, cewekmu mang ga kamu ajarin sopan santun ya?” tanya pemuda itu.
“Sori –kamu1, tapi aku bahkan ga kenal dia itu sapa,” jawab Aoki singkat.
“Ih, Aoki, kok kamu gitu siih, kan kamu janji katanya mau menemaniku mengambil quest,” Gadis itu merajuk.
“maaf, tapi aku ga ingat pernah bilang begitu,” jawab Aoki dingin lalu menyerahkan sejumlah uang ke Hime.
“Tiba-tiba aku jadi ga selera makan disini,” ujar Aoki lalu pergi meninggalkan Counter Makanan.
“Aokiiii, tunggu,” gadis itu mencoba menyusul Aoki tapi ia malah tidak bisa bergerak.
“Kau belum meminta maaf pada Hime,” ujar –kamu1
“Buat apa aku minta maaf ma cewe kaya dia. lepaskan aku ato aku akan teriak nih,” ancam gadis itu.
“Aku ga akan melepaskanmu kalau kau belum minta maaf, terserah kalau kau mau teriak juga,” balas –kamu1
“Beneran nih?” gadis itu sepertinya bersungguh-sungguh akan ancamannya.
“Kak, sudah lepaskan saja dia,” Hime berkata dengan suara pelan.
-kamu1 menggerakan tangannya, dan gadis itu bisa bergerak bebas lalu segera berlari menyusul Aoki.
“kamu ga apa-apa, Hime?” tanya –kamu1
“Makasih kak, aku ga apa-apa,” Hime berusaha tersenyum tapi airmata jatuh menetes dipipinya.
“keterlaluan memang dia, kalau bukan di Ruangan ini, aku akan membuat mereka membayarnya,” geram –kamu1
“Jangan, kak, beneran aku sudah ga apa-apa,” pinta Hime
“Kamu yakin?”
“Ya. Maaf sudah merepotkan kakak,” suara Hime kembali bergetar.
“Hime, ada apa? Katakan saja,” –kamu1 terlihat khawatir.
“Bunda… Bunda sudah kembali, kak,” Airmata kembali menetes di pipi Hime.
“Maksudmu, Kak Tezuka yang dulu menghilang?”
“Ya,” Hime mulai terisak.
“Wah, bagus dong, dia sudah kembali, tapi kenapa kamu bersedih? Atau jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?” tebak –kamu1
“Bunda…. Bunda ga ingat ma aku, bunda… ga kenal aku sama sekali,” Hime mulai menangis.
“Tapi… itu ga mungkin kan? Masa dia ga ingat kamu sama sekali?”
Hime hanya bisa menangis.
Sepertinya sesaat aku melihat kalau –kamu1 ingin memeluknya tapi ia lalu mengurungkan niatnya dan memegang kedua bahu Hime.
“Kau yakin?” tanyanya lembut.
Hime menghapus airmatanya, “ ya kak, tadi pagi aku menyapanya, tapi bunda sedikitpun ga ingat ma aku. Atau bertanya siapa aku.”
“Aku harus menanyakan hal ini padanya, sekarang dia dimana,” –kamu1 melihat ke sekeliling ruangan berupaya mencari aku.
Dia tidak tau kalau aku berada dekat dengannya.
“Aku ga tau kak, sepertinya tadi ia kembali ke ruang Tidur,” ujar Hime disela isaknya.
“Aku harus menemuinya,” gumam –kamu1
Hime terduduk lemas di pojok Counter.
“Bunda ga ingat, kak Soran juga sudah mulai cuek padaku, aku bingung harus bagaimana,” isaknya.
“kau masih punya aku, Hime, aku akan menjagamu, tenang saja,” –kamu1 berjongkok depan Hime.
“sekarang kau tenangkan dirimu, biar aku yang menggantikanmu disini, oke,” hibur –kamu1
“terima kasih, kak,” jawab Hime
Aku melanjutkan langkahku ke Ruangan Tidur. Bertambah lagi satu orang yang harus aku jelaskan semuanya.
Mungkin Nchex benar, pemikiran bahwa mereka ga peduli ma aku, hanyalah pemikiranku saja. Sebenarnya mereka berupaya keras menahan perasaan mereka sebenarnya padaku. Mereka menderita sedangkan aku malah berupaya melarikan diri, dengan mencuri ingatan mereka.
Aku memang curang, aku tidak mau melibatkan mereka, padahal mereka yang paling terluka oleh perbuatanku. Aku menggunakan alasan tidak ingin menyakiti hanya untuk kepentinganku sendiri, padahal kenyataannya aku makin menyakiti mereka.
Saat aku mendekati Ruangan Tidur aku melihat Seiryu yang baru saja keluar dari Ruang Tidur. Ia menghentikan langkahnya tepat didepanku, seolah-olah melihat aku berada didepannya.
Aku bisa melihat ia menatapku sejenak. Aku bisa melihat wajahnya yang nampak bingung tapi hanya sejenak karena ia lalu melangkah agak kekiri seolah-olah menghindariku dan terus berjalan.
Aku melihat Seiryu saat ia berjalan menuju portal dan berpikir, jadi dia bisa melihatku juga. Tapi aku lalu mencoba tidak memikirkan raut wajah bingung Seiryu saat berada didepanku.
Aku harus kembali terbangun. Aku harus mulai memperbaiki ini semua.
Aku segera menuju kamarku.
ED BGM : LITTLE SKY – Fukushi Kentarou

intermezzo part 2

INTERMEZZO PART II THE COMMON ROOM
OP BGM : U’R MY ANGEL – BGM SONG AUDITION AYODANCE
Aku lalu  melangkah mendekati tempat Shino, Sora dan Kangaji yang sedang berbicara.
Aku berdiri tepat dibelakang Shino.
“Mang kamu yakin kalo itu dia, Sora?” tanya Kangaji.
“Aku yakin, Cherie aja kan bilang begitu, Ya kan Shino?” jawab Sora.
“Cherie Cuma bilang kalo dia menemukan data yang sama antara dia dengan Tezuka Ayumu yang dulu, tapi dia belum bisa mastiin itu orang yang sama atau bukan,” ujar Shino.
“Tapi kan kata Cherie juga, ga mungkin kalau dua orang bisa memiliki Code yang sama, Jadi udah pasti kalau dia memang Tezuka Ayumu yang dulu” balas Sora.
“Selama belum ada bukti, aku ga akan mengambil kesimpulan seperti kamu, Sora,” Shino berkata sambil menatap ke arah Sora.
“Kurang bukti apa lagi, coba! Semua dah nunjukin kalo dia memang orang yang sama, hanya saja sekarang dia pura-pura lupa ingatan biar kita kembali kasihan sama dia,” Sora terlihat kesal.
“Aku ga nyangka, kupikir dia orang yang baik, dia selalu ada kalau aku ada masalah, dia juga janji kalau kita bakal keluar dari dunia menyebalkan ini, aku percaya ma dia, tapi ternyata itu semua omong kosong!” Sora mengepalkan tangannya menahan amarah.
Aku ingin sekali mengatakan bahwa yang dia pikir itu salah, tapi kemudian aku ingat kembali perkataan Urahara, kalau aku harus menjaga emosiku. Kalau tidak semua upayaku mencari tau siapa aku sebenarnya bisa sia-sia.
“Tapi Sora, kenapa kamu bisa bilang kalo dia pengkhianat, kan dia cuma menghilang beberapa bulan? Masa gitu aja kamu bilang dia pengkhianat?” tanya Kangaji.
“Bukan karena hal itu Kang, tapi aku dapat bukti kalau dia memang pingin kita semua mati!” Jawab Sora
“Bukti apa itu?” tanya Shino.
“Aku… aku ga punya bukti itu. Maksudku aku ga megang. Orang lain yang megang bukti itu, tapi aku yakin kalau itu benar, kalau memang dia sengaja memberitahu pihak luar kelemahan kita biar mereka bisa masuk dan membunuh kita semua!” Tegas Sora
Shino dan Kangaji hanya terdiam.
Dorongan untuk mengatakan kalau itu semua salah semakin kuat dalam diriku. Aku benar-benar ga tau apa yang mereka maksud. Tapi lagi-lagi aku berusaha menahan perasaan itu. Aku harus bisa menahannya, agar semua ini bisa terungkap.
“Kalian sendiri juga ingat kan, kejadian setelah dia datang kembali kesini? Kita mengalami serangan. Bahkan Sinc aja bilang kalau mereka sepertinya berada dalam satu komando. Mereka mengerti bagian-bagian mana aja yang lemah dari pertahanan kita, bahkan mereka bisa membuka pelindung atas Ruangan Utama. Dan disaat kita semua bertarung, kalian tau apa yang dia perbuat, cuma duduk terdiam di pojok ruangan. Kalau dia memang hebat seperti yang mereka bilang, kenapa dia ga bantu kita?!” saat menjelaskan hal itu Sora nampak sangat kesal.
Perasaan sedih mulai terasa dalam hatiku mendengar perkataan Sora. Tenggorokanqu sepertinya tercekat.
Ga.
Aku ga boleh nangis, aku ga boleh menunjukkan emosi. Aku ga boleh ketauan.
Aku menarik nafas panjang dan berusaha meredam kembali emosi yang aku rasakan.
“Dan semua itu, kamu simpulkan dari sejumlah bukti yang ditunjukkan orang lain?” Tanya Shino
“Mang penting ya, darimana aku tau semua itu?” Jawab Sora kesal.
“Sora, maaf ya, tapi sepertinya kamu sedang terlalu emosi deh,” Kangaji berkata dengan suara lembut.
“Hah?”
“Kangaji benar, sepertinya kenyataan bahwa orang yang paling dekat denganmu tidak mengenalimu lagi setelah menghilang tiga bulan yang lalu, benar-benar telah membuatmu kesal,” Ujar Dernew sambil menghampiri Sora, Shino dan Kangaji.
“Ini ga ada hubungannya dengan itu!” Bantah Sora
“Aku setuju dengan Dernew, kali ini sepertinya pemikiranmu sedang tidak fokus,” shino terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “aku rasa kau perlu istirahat Sora,”
“Aku ga perlu hal itu, aku masih bisa menjalankan tugasku,” protes Sora
“Kangaji,” Shino sepertinya ga mempedulikan protes Sora,” aku minta kamu tolong jagain Sora, jangan sampai dia membuat masalah yang berlebihan,”
“Okey,” jawab Kangaji.
“Apa maksudnya ini, Shino?!” Sora terlihat keberatan.
“Sampai kamu bisa berpikir jernih, untuk sementara kamu diistirahatkan dari tugasmu,” tegas Shino.
“Tapi kamu ga bisa begitu!” Sora masih melancarkan protesnya.
“tentu saja aku bisa, aku kan mendapat wewenang penuh dari Baka Hyde untuk memilih partnerku sebagai pencari Informasi,” jawab Shino
“Memangnya kau bisa mendapat pengganti aku secepat itu?” tanya Sora.
“Aku justru udah dapat, makanya aku berani menggantimu untuk sementara,” jawab Shino
“Hah? Siapa?”
“Dernew,” jawab Shino singkat
Dernew terlihat terkejut, “Aku?”
“Kau sudah mengerti daerah luar kan? Lagipula dengan kemampuan khususnya, aku rasa dia bisa menjadi asset yang bermanfaat. Sebenarnya dari dulu aku ingin mengajaknya, tapi aku masih berpikir kalau dia tidak mau,” jelas Shino.
“Memang sih, aku kurang nyaman kalau berada dibawah perintah orang lain,” Dernew menggaruk-garuk kepalanya.
“Aku bukan atasanmu kok, Dern, kita kan partner,” ujar Shino.
“Hmmm… oke deh, akan kucoba dulu,” Dernew nampak setuju.
“kamu ga ada keberatan lagi kan, Sora?” tanya Shino.
Sora hanya terdiam dan menggigit bagian bawah bibirnya
“tidak,” ujarnya pelan.
“Aku bukannya membela dia, tapi kau juga tau kan beratnya tugas kita sebagai pencari informasi, kita diminta berupaya senetral mungkin tanpa berat sebelah. Makanya kita tidak boleh menggunakan emosi dalam melaksanakan tugas. Tapi kondisimu sekarang ini tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugas kita,” Shino berkata sambil memegang pundak Sora.
“Ya, aku tau,” jawab Sora lirih.
 “Nanti kalau kau sudah bisa kembali berpikir jernih, aku bersedia menerimamu kembali,” lanjut Shino.
“Baiklah,” Sora akhirnya setuju.
“Yuk sora, kita hunting item yang bagus,” hibur Kangaji.
Sora dengan agak lemas mengikuti Kangaji menuju portal dan pergi bersama.
“kamu ngapain masih disini, Dern?” Tanya Shino.
“Loh mangnya ga boleh ya?” Dernew balik bertanya.
“Bukannya awalnya kamu mau menemui seseorang?” Shino kembali bertanya.
“Memangnya siapa?”
“Dia,” Shino menunjuk Fuunay yang nampak duduk di salah satu kursi panjang ga begitu jauh dari mereka. Sepertinya ia sedang membaca buku namun sesekali ia melihat ke arah Shino dan Dernew.
Dernew hanya tertawa kecil.
“Sudah temui dia, sekalian bilang soal pekerjaan barumu, soalnya kalian akan susah bersama-sama terlalu sering,” ujar Shino
“Eh… tapi… bagaimana?” dernew terlihat bingung.
“Sudah sana temui, tidak baik membiarkan seorang gadis menunggu, apalagi gadis yang paling spesial,” shino mendorong dernew ke arah Fuunay.
“Thanks,” Dernew berkata  sambil tersenyum dan menghampiri Fuunay.
Aku bisa melihat wajah Fuunay yang bersemu merah saat Dernew duduk disampingnya.
Pemandangan itu sempat membuatku tersenyum juga.
“Kemampuanmu dalam mengendalikan emosi bagus juga,” Shino bergumam pelan.
Aku menoleh ke arah Shino. Jangan-jangan dia juga bisa melihat seperti Urahara?
Aku melihat sekeliling. Ternyata memang tidak ada satu orang pun yang dekat Shino.
Aku kembali menatap Shino dengan wajah bingung.
“Tidak semua orang bisa menyadari keberadaanmu, hanya orang-orang tertentu, jadi kau ga perlu khawatir,” Shino kembali berkata dengan suara pelan. Ia lalu memasukkan kedua tangannya ke saku celananya dan beranjak pergi.
“Lebih baik kau gunakan kesempatan ini untuk mengetahui betapa besar luka yang kau tinggalkan pada kami semua tiga bulan yang lalu, mungkin dengan begitu kau bisa mengetahui seberapa penting dirimu bagi kami semua,” ujar Shino sebelum pergi.
Luka? Aku meninggalkan luka yang besar?
Aku ingat perkataan yauchi saat kembali melihatku lagi, walau dia berkata kalau dia jarang ngobrol denganku, tapi saat aku tidak mengenalinya, dia merasa bimbang. Kalau saja Yauchi yang tidak begitu mengenalku bisa merasa bimbang, seperti apa yang dirasakan oleh orang-orang yang telah mengenalku secara dekat.
Aku juga teringat betapa Len Tsukimori gemetar saat aku mengatakan aku ga mengenalnya. Atau betapa terkejutnya Silvergin begitu tau aku tidak punya ingatan apapun tentang dia.
Aku juga ga bisa melupakan kekesalan Sora, hingga ia mengatakan kalau aku pengkhianat. Sebesar itukah luka yang telah aku perbuat?
Apa mungkin, kebersamaan Nigi dan Hota, cuma sebagai penghibur agar Nigi bisa tetap ceria berada didekatku? Di dekat orang yang mungkin sangat berarti baginya tapi melupakan keberadaannya sama sekali.
Mataku mulai berkaca-kaca. Gejolak kesedihan mulai meliputiku. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Tapi kemudian aku mencoba menahannya, menahan kepedihan dalam hatiku.
Aku harus ingat untuk tidak emosi, aku harus kuat…
Sebagian hatiku merasa sudah tidak kuat lagi meneruskan ini. Rasanya ini sebuah kesalahan. Seharusnya dari awal aku ga usah ikut program ini.
Tapi sebagian hatiku yang lain, ingin meneruskan, ingin tau apa sebenarnya kebenaran dalam program ini. Setidaknya aku ingin tau seperti apa diriku yang dulu.
Aku melangkah menyusuri Ruang Utama.
Aku melihat Cherie yang tengah mengobati Jouz dan Pin di salah satu kursi. Tapi saat diobati keduanya malah sempat saling pukul-pukulan dan berakhir dengan tonjokan ke arah muka oleh Sugar yang menemani Cherie.
“Bisa diam ga sih kalian?!” Sugar terlihat kesal.
Cherie hanya mendesah.
“aduh hidungku… hidungku,” Pin nampak kesakitan
“Adududuh, jangan-jangan gigiku copot nih,” Jouz juga nampak kesakitan.
“Makanya jangan bertingkah kalo diobatin, kalian kaya anak kecil aja,” ujar Cherie.
Ia lalu mengobati kembali kedua orang itu.
Aku juga melihat Eukaristia dan Jheea yang baru saja keluar dari ruang Mandi bersama. Keduanya nampak bercanda. Aku ingat kalau Euka adalah orang terakhir yang bertemu denganku, maksudku, Tezuka Ayumu yang dulu. Sejauh ini kami memang ga pernah berbicara tapi mungkin saja aku bisa menggunakan kekuatanku untuk melihat kenangannya.
Saat akan menghampiri Euka, langkahku terhenti.
Aku melihat Silvergin, B3rserker, Hotaru dan Nchex Rage, sedang duduk bersama di sebuah meja di dekatku. Aku bisa melihat wajah Silvergin yang nampak murung. Tapi ia lalu tersenyum lagi saat ketiga temannya mengajaknya ngobrol.
Aku ingin tau apa yang ada dalam pikirannya, apa ia masih kecewa padaku?
Saat aku mendekati mereka, Nchex lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku. Aku menghentikan langkahku.
“mau kemana?” Tanya Hotaru
“Aku mau merokok sebentar, Hota chan,” ujarnya.
Ia lalu duduk di salah satu bangku tepat disebelah aku berdiri, dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.
“kau butuh sesuatu, Tez?” tanyanya pelan sambil menghembuskan asap rokok
Seperti yang sudah kuduga, dia juga bisa melihatku.
ED BGM : TRICKLING - WHEESUNG