Sabtu, 22 Oktober 2011

Last intermezzo this time

OP BGM : CALENDULA REQUIEM – Kanon x Kanon
Rie menoleh ke arah kami.
“Arietta, mereka sudah datang,” ujarnya pada gadis yang memakai ransel.
Gadis yang dipanggil Arietta menoleh ke arah kami. Dan aku yakin kalau saja aku tidak melihat kemampuannya tadi, aku pasti akan berppikir kalau dia hanya gadis biasa.
“Jheeea, apa kabar?” Arietta langsung memeluk Jheeea.
Jheeea hanya tersenyum, “aku baik-baik saja kok.”
Arietta melepaskan pelukannya dan menunjukkan sebuah termos mini.
“Aku mendapatkannya,” uajrnya riang
“kami,” koreksi Rie
“kamu kan cuma diam ditempat,” protes Arietta
“memang, aku cuma diam, memperhitungkan dia datang, menyergap dia dan menangkapnya. Bukan hal yang penting,” Rie berkata tanpa ekspresi.
“ya, ya, kami,” Arietta akhirnya mengalah.
Jheeea hanya tertawa mendengarnya. Saat itu aku bisa merasakan pandangan Rie ke arahku.
Arietta dan Ayanami Rie lalu ikut bersama dengan kami ke tempat Shinigami Chan dan yang lain menunggu.
“Suko, Yu,” Arietta langsung memeluk keduanya.
“Ariet,” Suko balas memeluk Arietta sementara Yu hanya diam saja.
“wah senangnya pada kumpul semua disini,” ujarnya ceria.
“Ariet chan, barangnya,” pinta Shinigami Chan.
“Ah ya, maaf,” Arietta menyerahkan termos kecil yang ia pegang ke Shinigami Chan.
“Rie chan, apa kau bisa?” Tanya Shinigami Chan.
Rie lalu memasang sebuah alat khusus ditangannya, “akan kucoba,” jawabnya.
Shinigami Chan membuka tutup termos kecil itu dan mengeluarkan sebuah benda yang terbungkus selaput bercahaya. Bentuknya seperti sebuah memori card. Shinigami Chan lalu menyerahkan benda itu ke Rie. Ia lalu memasukkan benda itu ke alat khusus ditangannya dan mulai menscan benda itu.
Walau dilihat oleh kami semua, tapi sepertinya Rie sama sekali tidak keberatan. Ia bahkan tidak merasa risih dan tetap fokus pada penelitiannya.
“Aku sudah bisa mengenksripsi datanya,” ujar Rie tak begitu lama kemudian.
Sebuah sinar laser keluar dari alat ditangannya dan mulai membentuk sesuatu di rumput di depan kami. Sinar itu mulai membentuk seperti sebuah kaki manusia yang tengah berbaring di rumput, lalu tubuhnya dan kemudian kepalanya.
Setelah semua terbentuk, aku terkejut. Karena tubuh yang berbaring itu adalah tubuhku. Suko dan Arietta juga sama terkejutnya dengan aku.
“Jadi itu tubuhnya Mama Tezu?” tanyanya.
“Tapi kenapa mereka mau mengambil tubuh Tezu?” Suko juga terlihat heran.
“Ini adalah tiket mereka keluar dari dunia ini,” jawab Shinigami Chan sambil menghampiri Jheeea.
“Bonekanya Jhe chan,” pinta Shinigami Chan.
Jheeea menyerahkan aku (baca: aku dalam boneka) kepada Shinigami Chan.
“Maksudnya tiket ke dunia luar? Jadi mereka akan bebas kalau mereka nyulik Mama Tezu?” tanya Arietta.
“Kurang lebih, tapi mungkin saja itu hanya janji palsu yang diberikan,” jawab shinigami Chan sambil meletakkan aku di dekat tubuhku.
Shinigami Chan lalu melepaskan sebuah alat di bagian belakang tubuh bonekaku dan aku merasa diriku seperti tersedot keluar. Aku lalu bisa melihat diriku sendiri yang terbaring di rumput, aku mencoba masuk ke dalam tubuhku. Rasanya seperti menembus lapisan semen lunak dan terasa sedikit sensasi aneh lalu semuanya gelap.
Begitu aku membuka mata, aku bisa merasakan kalau aku berada dalam tubuhku kembali. Aku mencoba menggerakan kedua tanganku. Sepertinya semua baik-baik saja. Lalu aku mencoba mengalihkan pandanganku ke arah enam orang yang menatapku penuh rasa ingin tahu. Aku tersenyum dan mencoba bangun tapi aku merasakan kalau kepalaku seperti berputar, seolah aku baru saja menaiki roller coaster 10 kali berturut-turut.
“memang terasa aneh, tezu, tapi ntar biasa lagi kok,” Shinigami Chan sepertinya mengerti akan kondisiku.
“Mam, gak kenapa-kenapa kan?” Arietta langsung menghampiriku.
“Sedikit mual dan pusing, tapi tidak apa-apa kok,” jawabku.
“Dia gak inget kamu, Riet,” ujar Rie.
“hah?” Arietta terlihat gak percaya.
“Apa itu benar Mam?” tanya Arietta kepadaku.
Aku mengangguk.
“maaf, tapi aku baru saja kembali kemari. Dan aku ga punya ingatan sama sekali tentang aku yang dulu,” aku akhirnya memutuskan untuk berterus terang.
“Sedikitpun ga ada yang teringat, Mam?” tanya Arietta.
“Hanya beberapa kilasan saja. Makanya aku ingin minta bantuan kalian untuk membantuku mengingat kembali,” ujarku sambil menundukkan kepala. Aku sempat merasa kalau permintaanku mungkin berlebihan bagi mereka.
“pasti, mam,” aku mendengar suara Arietta.
“Kami pasti bantu kok, Tezu,” kali ini Jheeea ikutan bicara.
“Bilang aja kalau ada yang bisa aku bantu,” sambung Suko sementara Yu hanya terdiam saja.
“Aku juga ikutan,” Rie menjawab dengan nada tanpa ekspresinya.
“Tuh kan semua pasti mau bantu asalkan kamu meminta,” ujar Shinigami Chan
Aku merasa sangat terharu. Mungkin benar kata Nchex kalau aku hanya terdiam sendiri dan melarikan diri, gak akan menyelesaikan apapun.
“Terima kasih,” ujarku.
Arietta membantuku untuk berdiri.
“Ada yang mau kutanyakan,” ujarku.
“Tanya apa?” Shinigami Chan menjawabku.
“kenapa kalian manggil aku berbeda-beda. Kalau cuma Tezu chan atau Tezu san aku masih ngerti. Tapi ada yang manggil aku Bunda, bahkan Arietta manggil aku Mam. Apa aku didunia ini punya anak banyak?” tanyaku heran.
Mendengar itu mereka semua tersenyum.
“Itu panggilan sayang, Mam,” jawab Arietta.
“Panggilan sayang?” aku masih terlihat bingung.
“Bagi sebagian kami disini, Tezu itu adalah orang yang dituakan,” kali ini Rie yang menjawab.
“Maksudnya sesepuh gitu?”
“Gak setua itu,” Jheeea tertawa.
“Yang jelas bagi kami, Tezu itu orang yang kami hormati dan sudah kami anggap seperti kakak sendiri, makanya kami punya panggilan sayang,” jawab Suko
“Yup, aku ma Ryo chan manggil Mam, Hime manggil Bunda kalo ga salah,” Arietta ikut berkata.
“Nanti kau juga akan tau kok Tezu chan, sekarang lebih baik kita pulang,” ujar Shinigami Chan.
Aku dibantu Arietta berjalan mendekati shinigami Chan. Dan dengan bantuan Jheeea akhirnya kami kembali ke Ruang Utama.
Sinc Sei sudah menempati tempat biasanya di pojok ruangan.
Beberapa orang nampak menoleh dengan kedatangan kami.
“Wah kau berhasil,” puji Sinc Sei.
“Memangnya kau pikir aku bakal gagal Nyaaaw,” Shinigami Chan kembali mengeluarkan suara seperti kucing. Aneh sepertinya aku tidak mendengarnya mengucapkan kata-kata ‘Nyaaw’ itu di area quest tadi.
Sinc Sei tertawa.
Nah itu jarang terlihat. Dia terllihat makin menawan. Aku tersenyum sendiri karena pikiranku itu.
“Bayaran yang kau minta sudah aku kirimkan,” ujar Sinc Sei.
Shinigami Chan memeriksa layar kecil yang muncul dari tangannya.
“sankyu, nyaaw,” ia terlihat puas.
“Sepertinya performa bonekaku cukup memuaskan,” Urahara datang menghampiri kami.
“Lalu mana bonekanya?” tanya Urahara kemudian.
“Ditinggal disana, nyaaw. Habis ga berguna lagi. Cuma jadi boneka biasa, jadi aku tinggal, nyaaw,” jawab Shinigami Chan.
“Bonekakuuu…,” Urahara tampak kaget sekaligus memelas.
Shinigami Chan menepuk pundak Urahara, “ udah gede jangan main boneka, nyaaw,” ujarnya.
“Tapi….,” Urahara masih memasang tampang memelas.
Sebelum pergi, Shinigami Chan berkata,” bayaran kalian sudah aku kirim masing-masing.”
Lalu ia berlari pergi ke arah counter makanan. Aku mendengar suara gemericing bel dileher Shinigami Chan saat ia berlari.
“Aku mau tidur ah,” Jheeea lalu menghilang.
Tiba-tiba aku merasa hembusan angin dibelakangku. Kupikir tadinya itu adalah Fuunay tapi ternyata seorang pemuda yang menghampiri Rie.
“Kamu gak apa-apa kan Rie,” ujarnya khawatir.
“Aku baik,” jawb Rie singkat.
“syukurlah,” pemuda itu terlihat lega.
Ia lalu menatapku, “ Tezu, aku dah dengar tentangmu dari Rie. Aku Andrian Cyclone. Kita memang jarang bertemu tapi kalau ada yang bisa aku bantu, jangan segan buat menghubungiku,” ujarnya sambil merangkul Rie.
Belum sempat aku menjawab. Keduanya sudah berjalan meninggalkanku. Andrian sepertinya sangat khawatir akan Rie.
‘Mereka sepertinya pacaran’ batinku.
Aku melihat sekeliling. Shino dan Dernew nampak sedang berbicara dengan Ace di lantai 2.  Sesaat aku melihat mereka menatap kearahku, tapi cuma Dernew yang tersenyum.
Silvergin dan sahabat-sahabatnya sepertinya tidak ada lagi di Ruang Utama, mungkin mereka sudah pergi ke dungeon.
Aku melihat –kamu1 dan Hime yang masih ada di counter.  Karena melihat aku datang, -kamu1 lalu meninggalkan counter dan menuju ke tempatku berada.
Tapi yang menjadi perhatianku adalah keberadaan Gyaboo.
Ia, Gigadramon dan Gurl sedang berjalan menuju ke portal yang berada tidak jauh dari tempat kami berada. Aku berusaha menghampiri mereka.
Arietta yang membantuku berdiri langsung bertanya, “ Mam, mau kemana?”
“aku harus bertanya pada Gya, aku harus tau,” aku melepaskan diri dari Arietta tapi tubuhku langsung limbung. Untung Arietta membantuku kembali.
“Mam, harus ke klinik,” bujuk Arietta.
“Aku harus menemui Gya,” lagi-lagi aku mencoba melepaskan diri dari pegangan Arietta.
“Riet, kami duluan,” Suko dan Yu lalu beranjak pergi.
“Oke,” Arietta masih berusaha menenangkan aku yang masih memberontak.
Suko dan Yu baru saja meninggalkan kami ketika mereka berpapasn dengan –kamu1. Suko terus berjalan sedangkan Yu dan –kamu1 berhenti dan saling bertatapan.
“Halo, Yu,” sapa –kamu1. Tapi Yu tidak berkata apa-apa dan hanya menatapnya.
“Senang melihatmu baik-baik saja. Sampai nanti,” –kamu1 lalu berjalan dan menghampiri aku.
Yu masih saja terdiam dan menatap ke arah –kamu1 pergi.
“Tezu, ada yang mau aku tanyakan,” ujar –kamu1
“bisa nunggu ga? Mam harus ke klinik nih,” arietta langsung menjawab sambil membantuku menghampiri Gya.
“Gya…” panggilku. Suaraku terdengar lemah.
Gyaboo yang baru saja akan membuka portal menoleh dan langsung menghampiriku.
“Ada apa Tezu?” tanyanya.
“Gya, aku mau tau sesuatu,” aku meraih tangan Gyaboo.
Saat itu aku merasa dibanjiri oleh seluruh ingatan Gyaboo. Kilasannya begitu cepat dan banyak hingga akhirnya membuat sekelilingku menjadi gelap.
Sayup-sayup aku mendengar suara Arietta, “Mam kenapa?!” suaranya terdengar panic.
Disusul suara Gyaboo memanggilku,” Mbak Tezu!!!”
‘Aneh, kenapa mereka khawatir, padahal kan aku hanya mau tidur sebentar,’ batinku.
Dan kesadaranku pun akhirnya menghilang.
ED BGM : AYY GIRL - JYJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar