Kamis, 05 Mei 2011

Intermezzo part 3

OP BGM : KIZUNA – ORANGE RANGE
Aku menatap ke arah Nchex Rage yang masih duduk disampingku.
‘Apa dia bisa mendengarku?’ pikirku
“Ada yg kau butuhkan?” ulangnya sambil kembali menghisap rokoknya.
“Kau bisa mendengarku?” tanyaku
Nchex Rage hanya tersenyum.
“Apa dia masih kecewa ma aku?” Aku menatap ke arah Silvergin
“Masih, tapi dipikirkan juga percuma, ga akan merubah apa-apa, memang faktanya kalau kau ga inget tentang dia. Mending kau pikirkan hal lain yang lebih bermanfaat. Seperti bagaimana kamu bisa mengetahui siapa dirimu sebenarnya,” Nchex berkata dengan suara pelan tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
Aku menatap Nchex dengan heran.
‘Kenapa sepertinya dia tau banyak tentang aku?’ batinku
Aku mencoba menyentuhnya tapi anehnya aku ga merasakan apa-apa. Tidak ada ingatan apapun, atau mungkin karena dalam bentuk seperti ini? Apa mungkin aku harus dalam bentuk fisik asliku?
“Apa kamu pikir bisa menarik ingatanku dalam bentukmu seperti itu? Kamu sekarang hanya sebuah hantu. Keanehan data yang tidak punya kekuatan apa-apa,” ujar Nchex pelan.
Jadi ternyata benar aku ga bisa menggunakan kelebihanku bila dalam bentuk ini.
“Lagipula bukankah itu kesannya curang? Mengintip ingatan orang lain tanpa mereka ketahui. Sama saja kau melakukan cara yang cepat dan ga mau repot,” ujar Nchex
“Tapi kalau aku tanya, pasti mereka ga akan mau jawab,” kilahku
“Kau belum coba kan? Memangnya Yauchi tidak mau jawab waktu kau tanya dia?” tanya Nchex masih dengan nada tanpa emosinya.
“Tidak, sih,” jawabku.
“lalu kenapa kau ga mencoba dulu secara langsung, kalau mereka memang berbohong, kau kan bisa tau dengan menggunakan kekuatanmu. Daripada buang-buang tenaga untuk menggunakan kekuatan yang hanya terbatas 2x dalam sehari. Atau mungkin kau memang sebegitu inginnya lepas dari dunia ini?” Nchex bertanya tanpa menatapku.
“Aku hanya ga mau menambah luka yang mereka derita karena perbuatanku,” jawabku pelan.
“Itu hanya pemikiranmu saja. Dari dulu kamu ga pernah berubah, selalu saja larut dalam pemikiranmu sendiri tanpa pernah bertanya pada yang lain,” balas Nchex.
“Tapi aku sudah membuat Sora dan Silvergin kecewa, aku…. sebenarnya agak menyesal kenapa aku datang kesini,” sesalku
“Hanya karena itu, kamu bisa down? Sepertinya kamu masih lemah seperti biasanya. Bisa ga kamu hidup tanpa ada penyesalan? Kalau memang mengecewakan, maka perbaiki dengan sekuat tenaga, bukan hanya menyesal dan menyalahkan diri sendiri, tapi itu Cuma pendapatku saja. Kan dirimu yang menjalani hidup ini.”
Aku memikirkan kata-kata Nchex. ‘Perbaiki dengan sekuat tenaga’
“Apa aku bisa?” gumamku.
“Semua tergantung niat, kalau bersungguh-sungguh pasti bisa. Dulu kau bisa mengumpulkan kami semua, kenapa sekarang malah ga yakin pada dirimu sendiri?”
“Entahlah, mungkin karena aku bukan aku yang dulu,” jawabku lirih
“Memangnya berbeda? Baik dirimu yang dulu dan sekarang itu tetap dirimu kan?”
“Tapi aku yang sekarang ga bisa berbuat apa-apa. Tidak sekuat dulu,” aku kembali berkata lirih.
“Tez, kau lihat rokok ditanganku? Mau dia tinggal setengah, masih utuh, atau sudah habis, ia tetap menjadi sebuah rokok. Mau ditaruh di bungkusnya, diselipkan ditelinga atau disimpan dalam kantong juga ia tetap sebuah rokok. Kalaupun ia patah menjadi dua, bagi yang membutuhkannya, pasti ia akan digunakan,” Nchex menaruh rokoknya yang sudah hampir habis ditelapak tangannya
“Kalaupun ia terbakar habis seperti ini,” Rokok ditangan Nchex tiba-tiba terbakar tak bersisa, “Asapnya masih bisa tercium. Begitupun manusia, biar ada dimanapun, pasti ada orang yang membutuhkannya. Walaupun ia lemah tak berdaya, pasti ada yang membutuhkan kehadirannya. Karena kita itu unik Tez, biar ditempatkan di lingkungan yang bagaimanapun, kita akan tetap menjadi unik. Walaupun kita berusaha sama dengan yang lain, tapi tetap saja berbeda satu dengan yang lain. Kalaupun kau sudah tidak kuat seperti dulu, maka biarkan orang-orang yang membutuhkanmu memberikan sebagian kekuatannya. Jangan semua kau simpan sendiri dan kau tanggung sendiri. Sekuat apapun dirimu pasti kau akan hancur.”
Nchex bangkit dari duduknya dan kembali berjalan ke arah teman-temannya berada.
“Aku sarankan kau tanya pada Gyaboo, katakan yang sejujurnya pada orang-orang yang menyayangimu,” Sarannya sebelum pergi meninggalkan aku.
Ketiga temannya nampak menyambut Nchex dengan gembira.
“Lama amat sih,” protes Hota
“Aku kan ga mau meracuni kalian semua dengan asap rokok,” jawab Nchex sambil tersenyum.
“Tuh denger Potape, bagus pemikiran kaya gitu, ga kayak kamu merokok di tengah-tengah kerja,” ujar Silvergin.
“Hey, tiap orang kan berbeda,” Hota kembali protes.
“Lebih baik ga ngerokok,” B3rserker ikut menimpali.
“Ikut-ikutan aja nih Beruang,” Protes Silvergin
ketiganya lalu tertawa.
Entah mengapa dalam ingatanku muncul kenangan indah akan kami berempat. Aku berada ditengah-tengah mereka, dan ikutan tertawa.
Aku ingat setiap kami akan menjelajahi suatu ruangan, kami akan berkumpul dimeja itu dan saling mengemukakan usul tempat yang bagus. Hotaru dan Silvergin akan saling mencela tempat masing-masing dan B3rserker akan sok ikut-ikutan. Sementara aku dan Nchex hanya akan menunggu sampai mereka capek sendiri sambil ikut tertawa.
Mungkin ini yang dimaksud dengan Nchex tadi, bahwa ingatanku akan muncul dengan sendirinya atas peristiwa tertentu.
‘Kalau begitu, aku akan bertanya pada Gyaboo, aku akan katakan sejujurnya, mungkin saja ini akan berhasil,’ pikirku.
Bila nanti ternyata berhasil maka aku akan bertanya pada yang lain, termasuk Sora.
Ya, aku akan minta maaf pada Sora dan mengatakan sejujurnya, aku ga peduli dia percaya atau tidak. Aku akan mencoba memperbaiki semua ini.
Aku lalu melangkah ke Ruang Tidur, karena aku yakin dalam kondisiku seperti ini, Gyaboo atau yang lain tidak akan menyadari keberadaanku. Karena seperti kata Shino bahwa hanya orang-orang tertentu yang menyadari keberadaanku.
Saat melewati Counter makanan, aku melihat seorang gadis. Gadis itu sepertinya agak marah kepada Hime yang tengah melayani pemuda yang mengantri di depannya.
“Ga usah sok pura-pura baik deh,” ujar Gadis itu.
“Maksudnya apa, kak?” tanya Hime
“Kamu mau cari perhatian kan ma Aoki. Ga malu ya, sudah ada Soran, masih juga cari perhatian ke cowok lain,” seru gadis itu.
“Aku ma kak Soran ga ada apa-apa kak, beneran,” Hime mencoba menjelaskan kepada gadis itu.
“Alah, ga usah bohong deh,” gadis itu lalu mengambil makanan yang dipegang Aoki, “jangan-jangan makanan ini udah kamu kasih sihir biar Aoki peduli ma kamu lagi?” tuduhnya
“Astaga, demi Tuhan, kak, aku ga mungkin ngelakuin hal seperti itu,” suara Hime terdengar bergetar.
“Kalau bicara tolong dijaga,” seorang pemuda dengan mata kucing tiba-tiba sudah berada didepan Aoki.
“Hey, Aoki, cewekmu mang ga kamu ajarin sopan santun ya?” tanya pemuda itu.
“Sori –kamu1, tapi aku bahkan ga kenal dia itu sapa,” jawab Aoki singkat.
“Ih, Aoki, kok kamu gitu siih, kan kamu janji katanya mau menemaniku mengambil quest,” Gadis itu merajuk.
“maaf, tapi aku ga ingat pernah bilang begitu,” jawab Aoki dingin lalu menyerahkan sejumlah uang ke Hime.
“Tiba-tiba aku jadi ga selera makan disini,” ujar Aoki lalu pergi meninggalkan Counter Makanan.
“Aokiiii, tunggu,” gadis itu mencoba menyusul Aoki tapi ia malah tidak bisa bergerak.
“Kau belum meminta maaf pada Hime,” ujar –kamu1
“Buat apa aku minta maaf ma cewe kaya dia. lepaskan aku ato aku akan teriak nih,” ancam gadis itu.
“Aku ga akan melepaskanmu kalau kau belum minta maaf, terserah kalau kau mau teriak juga,” balas –kamu1
“Beneran nih?” gadis itu sepertinya bersungguh-sungguh akan ancamannya.
“Kak, sudah lepaskan saja dia,” Hime berkata dengan suara pelan.
-kamu1 menggerakan tangannya, dan gadis itu bisa bergerak bebas lalu segera berlari menyusul Aoki.
“kamu ga apa-apa, Hime?” tanya –kamu1
“Makasih kak, aku ga apa-apa,” Hime berusaha tersenyum tapi airmata jatuh menetes dipipinya.
“keterlaluan memang dia, kalau bukan di Ruangan ini, aku akan membuat mereka membayarnya,” geram –kamu1
“Jangan, kak, beneran aku sudah ga apa-apa,” pinta Hime
“Kamu yakin?”
“Ya. Maaf sudah merepotkan kakak,” suara Hime kembali bergetar.
“Hime, ada apa? Katakan saja,” –kamu1 terlihat khawatir.
“Bunda… Bunda sudah kembali, kak,” Airmata kembali menetes di pipi Hime.
“Maksudmu, Kak Tezuka yang dulu menghilang?”
“Ya,” Hime mulai terisak.
“Wah, bagus dong, dia sudah kembali, tapi kenapa kamu bersedih? Atau jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?” tebak –kamu1
“Bunda…. Bunda ga ingat ma aku, bunda… ga kenal aku sama sekali,” Hime mulai menangis.
“Tapi… itu ga mungkin kan? Masa dia ga ingat kamu sama sekali?”
Hime hanya bisa menangis.
Sepertinya sesaat aku melihat kalau –kamu1 ingin memeluknya tapi ia lalu mengurungkan niatnya dan memegang kedua bahu Hime.
“Kau yakin?” tanyanya lembut.
Hime menghapus airmatanya, “ ya kak, tadi pagi aku menyapanya, tapi bunda sedikitpun ga ingat ma aku. Atau bertanya siapa aku.”
“Aku harus menanyakan hal ini padanya, sekarang dia dimana,” –kamu1 melihat ke sekeliling ruangan berupaya mencari aku.
Dia tidak tau kalau aku berada dekat dengannya.
“Aku ga tau kak, sepertinya tadi ia kembali ke ruang Tidur,” ujar Hime disela isaknya.
“Aku harus menemuinya,” gumam –kamu1
Hime terduduk lemas di pojok Counter.
“Bunda ga ingat, kak Soran juga sudah mulai cuek padaku, aku bingung harus bagaimana,” isaknya.
“kau masih punya aku, Hime, aku akan menjagamu, tenang saja,” –kamu1 berjongkok depan Hime.
“sekarang kau tenangkan dirimu, biar aku yang menggantikanmu disini, oke,” hibur –kamu1
“terima kasih, kak,” jawab Hime
Aku melanjutkan langkahku ke Ruangan Tidur. Bertambah lagi satu orang yang harus aku jelaskan semuanya.
Mungkin Nchex benar, pemikiran bahwa mereka ga peduli ma aku, hanyalah pemikiranku saja. Sebenarnya mereka berupaya keras menahan perasaan mereka sebenarnya padaku. Mereka menderita sedangkan aku malah berupaya melarikan diri, dengan mencuri ingatan mereka.
Aku memang curang, aku tidak mau melibatkan mereka, padahal mereka yang paling terluka oleh perbuatanku. Aku menggunakan alasan tidak ingin menyakiti hanya untuk kepentinganku sendiri, padahal kenyataannya aku makin menyakiti mereka.
Saat aku mendekati Ruangan Tidur aku melihat Seiryu yang baru saja keluar dari Ruang Tidur. Ia menghentikan langkahnya tepat didepanku, seolah-olah melihat aku berada didepannya.
Aku bisa melihat ia menatapku sejenak. Aku bisa melihat wajahnya yang nampak bingung tapi hanya sejenak karena ia lalu melangkah agak kekiri seolah-olah menghindariku dan terus berjalan.
Aku melihat Seiryu saat ia berjalan menuju portal dan berpikir, jadi dia bisa melihatku juga. Tapi aku lalu mencoba tidak memikirkan raut wajah bingung Seiryu saat berada didepanku.
Aku harus kembali terbangun. Aku harus mulai memperbaiki ini semua.
Aku segera menuju kamarku.
ED BGM : LITTLE SKY – Fukushi Kentarou

Tidak ada komentar:

Posting Komentar