Senin, 31 Januari 2011

Chapter 3 part 3

PART 3
OPENING BGM :  LISTEN – K-ON OP
Cherie yang kini mengenakan baju serba ungu menghampiri gadis bersayap itu, “Bagaimana dia, Kang?”
“Pingsan, suster Cherie, tapi masih hidup kok,” ujar gadis itu.
“dia mengalami banyak luka, untung tidak ada yang serius,” Cherie terlihat lega setelah memeriksa Silvergin.
“Sugar, ayo kita bawa dia ke klinik,” ajak Cherie
“Oke,” Sebuah ranjang dorong lalu muncul didepan gadis bersayap itu. Ia lalu meletakkan Silvergin ke atas ranjang tersebut.
“Sudah lama ga melihat dirimu beraksi lagi, Kangaji Tenshi,” Baka Hyde menghampiri gadis bersayap itu.
Gadis itu tersenyum, “ aku juga sudah lama ga ngeliat kamu memakai jepit rambut sebanyak itu, BAKA Hyde.”
“Baka nya jangan ditegasin gtu dong,” protesnya. Gadis itu hanya tertawa.
Tiba-tiba terdengar jeritan Sugar.
Semua menoleh ke arah klinik. Ada beberapa  orang yang mengenakan topeng dan bersenjatakan pisau kecil tengah menyerang Sugar dan berusaha melukai Silvergin yang tengah pingsan.
Sebuah cambuk melilit pegangan tempat tidur Silvergin dan menariknya menjauh tepat disaat ia hendak diserang.
Wanita berambut biru yang semalam aku lihat mengobrol dengan Yauchi, yang menggunakan cambuk itu. Dengan sekali sentak ia melepaskan cambuk dari pegangan tempat tidur Silvergin dan langsung menggunakannya untuk menyerang orang-orang bertopeng yang ada didekatmya.
Para penyerang yang menyerang Sugar tiba-tiba terjatuh dan menghilang menjadi debu. Di dekat Sugar ada seorang pemuda yang menggunakan dua pedang, sepertinya ia yang baru saja melumpuhkan para penyerang itu.
“Makasih yah Shino,” ujar Sugar
“Ga masalah,” jawabnya.
Saat itu aku baru sadar kalau para penyerang bertopeng itu sudah ada dimana-mana. Dan kepalaku pun makin terasa pusing. Aku hanya bisa meringkuk di pojok ruangan sambil memegangi kepalaku dan melihat perlawanan dari para penghuni ruangan.
Seorang gadis berambut panjang di counter makanan tampak berupaya membuat pelindung bagi dia dan teman-temannya yang melindungi dari setiap serangan dari para penyerang bertopeng.
Beberapa penyerang tampak mendekati Euka, “Ayo kemari,” goda Euka sambil duduk diatas meja, ia masih mengenakan baju tidurnya yang sangat seksi. Para penyerang itu makin mendekati Euka, saat mereka sudah cukup dekat, dengan cepat Euka menggerakan jari tangannya dan para penyerangnya terbelit benang yang tidak terlihat lalu lemas dan hancur menjadi abu.
Aku juga melihat Jheea yang dengan lincah berkelit diantara para penyerangnya, gerakannya sangat cepat dan begitu ia berdiri diam, Jheeea lalu berkata, “Selamat tidur,” dan memberikan ciuman diudara, dalam sekejap para penyerangnya hancur menjadi debu.
Len juga membantu dengan panahnya. Sementara dari lantai dua, para penyerang mulai berjatuhan dalam keadaan terbakar dan hancur menjadi debu saat menyentuh lantai dasar. Aku bisa melihat Ace yang tengah bertarung dengan para penyerang di lantai dua
Tapi para penyerang seperti ga ada habisnya. Shino dan Dernew berusaha melindungi Sinc yang masih berupaya menghambat para penyusup yang berusaha masuk ke basis datanya.
Shino menggunakan kedua pedangnya untuk membasmi para penyerang, sementara Dernew entah dari mana bisa mendapatkan senjata bagi dirinya.
“Sial! Mereka bisa respawn lagi,” ujar Dernew
“Dhe!” seru Sinc.
“Sedang kucari!” Balas Dhe. “Darimana mereka masuk? Ayo… jangan sembunyi..,” Dhe tampak sibuk meneliti dalam kapsulnya.
“Cepat!”
“Aku sedang berusaha!”
Para penyerang mulai muncul di dekat Dhe dan Kyu, Fuunay yang berdiri di dekat mereka langdung berkonsenttrasi dan memunculkan pusaran angin yang meliputi ia, Dhe, Kyu dan Yauchi. Setiap penyerang yang mendekati pusaran tersebut langsung hancur menjadi debu.
Aku juga melihat Gyaboo yang menggunakan tuts piano di tasnya sebagai alat music dan membuat para penyerangnya hancur, tapi ia tidak melihat ada salah satu penyerang yang datang dari belakangnya.
“Gya, Awas!” aku mendengar suara Bakadayo dan aku sempat melihat ia mendorong Gyaboo hingga jatuh dan berakibat ia terkena tusukan dari penyerangnya.
“Baka kun!” seru Gyaboo
Saat akan menyerang kembali, tiba-tiba sebuah belati menusuk tubuh orang bertopeng itu dan membuatnya hancur menjadi debu. Ternyata Kizaru datang menolong mereka.
“kalian ga apa-apa?” tanyanya.
“aku ga apa-apa, tapi Baka-kun terluka,” ujar Gyaboo.
“Cuma  tertusuk biasa kok, bukan masalah,” Bakadayo berusaha tersenyum. Darah mulai membasahi bajunya.
“Kau harus dirawat, kita ke tempat Cherie aja yah,” ajak Gyaboo
“Gak apa-apa Gya, kamu kembali focus aja ke penyerangan, ini hanya luka kecil kok,” ujarnya.
“Apanya yang luka kecil, darahnya banyak keluar tuh, ayo jangan banyak protes,” Gyaboo membantu Bakadayo berdiri.
Sebuah benturan benda keras terdengar diluar, aku bisa melihiat kalau salah satu monster besar yang ada sudah menghilang menjadi abu.
“Yauchi, senjata baru sudah disiapkan,” ujar Kyu
“Okey, kita hancurkan mereka!” Yauchi terlihat bersemangat.
Aku hanya bisa mlihat saat mereka semua bertarung dan melindungi teman-teman mereka yang lain. Hotaru, B3rserker dan Sora melindungi Silvergin dan Cherie, walaupun mereka Nampak kelelahan.
Di pojok ruangan gadis berambut panjang yang membuat shield terlihat mulai kelelahan karena shieldnya mulai jadi tidak stabil.
“Hime chan, bertahanlah!” teman-temannya terus menyemangati gadis itu.
Gadis itu berusaha kembali focus tapi ia sempat lengah sejenak dan mengakibatkan shieldnya hancur berantakan. Para penyerang menggunakan kesempatan ini untuk menyerangnya langsung, tapi baru saja mereka mendekati gadis itu, sebuah sinar berwarna ungu mengurung mereka dan menghancurkan mereka jadi abu.
“kak Soran,” Gadis itu berkata.
“Gak apa-apa kan Hime?” ujar pemuda yang muncul dibalik sinar ungu itu.
“Makasih yah kak,”
“Sama-sama.”
Aku merasa tidak berdaya, saat melihat mereka semua bertempur, tidak ada yang bisa kulakukan selain merasa sakit kepala ini. Aku ga punya kekuatan apa-apa. Tidak seperti Nigi yang kini bergerak lincah walaupun mengenakan armor besi dan membawa sabit panjang yang biasa digunakan oleh Reaper. Aku juga tidak seperti Charazchan yang bisa tertawa-tawa sambil membawa gergaji listrik dan menghabisi beberapa penyerangnya. Atau seperti Heart Draw  yang menggunakan pistol untuk membunuh lawan-lawannya. Perasaan sedih kembali bergolak dalam dadaku.
‘Kumohon tolong, berhentilah.. Mereka bisa tewas kalau begini terus..’
Pada saat itu aku seperti mengingat akan suatu peristiwa, aku teringat seseorang berkata padaku
“Akan kuhancurkan semua yang penting bagimu, semua yang dekat denganmu, tanpa tersisa, kalau kau tidak menuruti perintahku,”
Aku berupaya mengingatnya lebih jauh, apa mungkin ini terkait dengan perasaan sedih yang aku rasakan saat bertemu dengan Silvergin dan yang lain, tapi semakin aku mencoba mengingat, kepalaku terasa semakin sakit dan seperti terbelah dua.
Dan lagi-lagi aku tidak menyadari kerumunan penyerang yang mendekatiku.
“Tezu!” aku sempat mendengar suara Dernew. Tapi kemudian pandanganku terhalang oleh sesuatu, sesuatu yang Nampak seperti sayap hitam besar.
Setelah aku perhatikan ternyata nyaris sama dengan sayap yang dimiliki oleh gadis yang dipanggil Kangaji Tenshi, namun yang ini berwarna hitam. Dan aku bisa yakin bahwa pemilik sayap hitam ini adalah pemuda.
Dengan tanpa kesulitan ia menghabisi lawannya, dan anehnya serangan yang ia lakukan tidak membuat lawan-lawannya muncul kembali. Sepertinya ia membuat mereka hilang untuk selamanya.
“Kamu ga apa-apa Tezu?” Tanya pemuda itu.
Suaranya, wajahnya, entah kenapa aku merasa pernah bertemu dengannya dan pernah mengenalnya. Pemuda itu menepuk kepalaku dengan lembut.
“Jangan dipaksakan untuk mengingat semuanya, pelan-pelan saja,” ujarnya.
Kalau orang lain mungkin aku sudah protes tapi aku hanya terdiam dan anehnya sakit kepala yang aku rasakan menghilang. Begitu aku ingin berterima kasih, pemuda itu sudah tidak ada dimanapun. Aku mencarinya tapi tidak ketemu.
Sebuah dentuman besar kembali terdengar. Sepertinya Yauchi kembali berhasil memusnahkan satu musuh lagi.
“Aku menemukannya! Rasakan kalian!” Dhe terlihat puas.
“Rage, tolong bantu persiapannya,” pinta Baka Hyde.
“Okay,” Nchex segera mengeluarkan tongkatnya dan ditempat ia berdiri mulai terbentuk pentagram dengan ukiran-ukiran bertulisan huruf yang tidak aku mengerti. Pentagram itu makin membesar dan terus membesar dengan titik pusatnya berada di tempat ia dan Baka Hyde berdiri. Setiap penyerang yang terkena pentagram itu langsung hancur menjadi debu. Semakin lama pentagram itu makin membesar hingga nyaris meliputi semua area ruangan. Seluruh tubuh Baka Hyde mulai terlihat bersinar, Ia mulai berkonsentrasi. Sinar yang meliputi tubuhnya makin terang,
“yauchi, kita mundur sekarang, mereka sudah mulai persiapan Erase,” ujar Kyu
“Okey,” jawab Yauchi
Getaran kecil sempat terasa sewaktu Mecha yang dikendalikan yauchi berbalik arah menuju ruangan, Begitu memasuki ruangan, Mecha itu mulai menjadi transparan dan mengecil hingga akhirnya menghilang di tempat Yauchi berdiri.
Pada saat yang bersamaan, pentagram yang dibuat oleh Nchex akhirnya sudah sebesar ruangan tempat kami berada, dan sinar terang yang berasal dari tubuh Baka Hyde membesar dan menjadi sangat terang hingga aku dan yang lain terpaksa berpaling dan memejamkan mata. Sebuah Ledakan cahaya terjadi dan bertahan kurang lebih 5 detik lalu menghilang.
Saat kami semua membuka mata, Pentagram itu sudah menghilang dan suasana menjadi sunyi. Tidak ada penyerang bertopeng dengan pisau, tidak ada monster besar dilapangan, yang tersisa hanya kami semua dan sebuah ruangan besar yang berantakan.
Beberapa kaca counter pecah, meja dan kursi terbelah, beberapa bagian lantai tampak menghitam dan sebuah nyala api kecil ada di lantai dua yang langsung dipadamkan oleh Ace.
Baka Hyde tampak tergeletak pingsan di lantai. Nchex segera mengangkatnya dan membawanya ke klinik. Cherie dan Sugar pun membawa Silvergin ke klinik.
Dhe melepas kacamata virtualnya dan kapsul yang membungkus tubuhnya lalu menghilang.
“Bagaimana Sinc?”
“Mereka ga dapet apa-apa. Tapi aneh sekali, biasanya serangan ke kita sifatnya acak, dan mereka berdiri sendiri, tapi kali ini sepertinya mereka bergerak dalam satu kesatuan, satu komando,” Sinc terlihat risau.
“Mungkin kita perlu membahas hal ini dengan yang lain,” ujar Dhe
“Lebih baik begitu,” Sinc menghilangkan layar hologramnya.  “Wow, ruangan ini kenapa? kaya habis diserbu angin topan aja,” ia terheran-heran.
“kamu ngelewatin semua hal yang seru, Sinc,” ujar Shino sambil tersenyum.
“Aku ga tertarik dengan kekerasan,” jawab Sinc
“ya ampun, selalu saja berantakan seperti ini,” Mifu menghela nafas. “jangan ada yang bergerak sedikitpun, nanti menggangu konsentrasiku,”
“Wah, Mifu akan melakukan RESTORE, aku harus lihat ini,” Shino tampak antusias.
Mifu berdiri ditengah ruangan lalu seperti dalam sebuah adegan yang diputar rewind, ruangan itu kembali seperti semula, meja dan kursi kembali menyatu, kaca-kaca counter kembali seperti semua, lantai yang rusak perlahan-lahan kembali utuh, dan sebuah lubang besar di bagian atas ruangan kembali menutup, bahkan makanan-makanan yang ada di atas meja pun kembali tertata persis sebelum terjadinya serangan. Begitu Mifu selesai, seperti tidak ada tanda-tanda serangan di ruangan ini.
“benar-benar melelahkan,” ujarnya

Sabtu, 29 Januari 2011

CHAPTER 3 PART 2

Part II


Opening BGM : Epick High - Fan
“Tezu, jangan bercanda ah, kan kamu datang terakhir kesini, tiga bulan yang lalu, sebelum terjadi …,” ia terdiam sejenak,” …. terjadi hal itu dan kita berpisah,” matanya menerawang sedih.
“Apa kamu yakin ga salah orang?” Aku kembali bertanya.
“Apa-apaan sih Tezu, jangan bilang kamu lupa ma aku? Aku Silvergin, kita bersahabat baik, dan dia,” Silvergin menunjuk ke arah pemuda berambut merah, “dia itu Bearserker, kamu sering meledeknya jadi Beruang. Dan aku yakin pasti kamu ga bakal lupa dengan Nchex, kalian sering bicara berdua hingga nyaris membuatku cemburu, Jangan bilang kamu lupa semua itu,” Silvergin memegang erat kedua bahuku.
“Aku rasa kamu beneran salah orang, soalnya aku baru saja datang kesini,” ujarku sambil agak meringis kesakitan
“Ga mungkin! kamu Tezuka Ayumu kan? Aku ga salah kan?!” Silvergin menatapku
“Ya, bener, tapi aku baru pertama kali datang kesini, sumpah,” ujarku
“Sil chan, sudahlah, jangan bersikeras begitu, kasihan dianya,” Pemuda berambut panjang itu lalu melepaskan pegangan silvergin ke bahuku dan membawanya agak menjauh.
“Ga mungkin ia lupa ma aku, apa yang mereka lakukan pada dia, Nchex?” Silvergin terlihat sedih.
Pemuda berambut merah yang ditunjuk Silvergin sebagai  Bearserker menghampiriku dan bertanya dengan hati-hati, “kamu beneran ga inget tentang kami?”
“Aku beneran baru bertemu kalian kok. Apa kamu juga ga percaya?” tanyaku
“Ah, bukan, hanya memastikan saja,” ujarnya.
Aku melihat ke arah silvergin yang masih ditenangkan oleh pemuda yang dipanggil Nchex dan Hotaru.
“Memang orang yang kalian cari, sama seperti aku yah?” tanyaku
“Bisa kau bilang begitu, selain wajah dan nama yang sama persis, dia juga sahabat baik kami semua, tapi ada sebuah insiden yang akhirnya membuat kami terpisah,” jelas Bearserker.
“Kalian bertengkar? Atau terjadi sesuatu dengannya?”
“Yang kedua. Lebih tepatnya dia diambil paksa dari kami saat kami sedang lengah, dan sejak saat itu kami ga pernah bisa bertemu dengannya lagi. Hanya Silvergin yang percaya kalo suatu saat dia akan kembali kesini, makanya kami hampir tiap hari menjelajah ruangan lain mencari jejaknya. Dia sepertinya sangat kecewa begitu tau kalau kau bukan seperti yang dia kira.”
“Aku minta maaf, kalau aku mengecewakan kalian, tapi aku benar-benar ga ingat kalau pernah bertemu dengan kalian,” sesalku
“gak apa-apa kok. Jangan dipikirkan, senang bekenalan denganmu,” Bearserker mengulurkan tangannya.
Aku tersenyum dan menjabat tangannya. “sampaikan salamku ke Sil juga yah.”
Bearserker tersenyum, “Caramu memanggil dia juga sama. Nyaris ga ada beda,”
“Anggap saja aku pengganti teman kalian itu, Sampai nanti,” pamitku dan melangkah kedalam.
Pada saat itu aku merasakan telingaku berdengung, seperti gelombang suara tinggi terdengar dalam kepalaku. Aku menutup telingaku , karena kupikir mungkin hanya gangguan angin biasa. Tapi makin lama terasa makin kencang, dan membuat kepalaku terasa sakit hingga aku jatuh berlutut.  Samar-samar aku mendengar Sinc berseru, “Shit.. Incoming Attack!!”
Aku mendengar suara sirine dibunyikan dan semua yang berada di lapangan berhamburan kedalam ruangan. Dari pepohonan aku bisa melihat beberapa monster mulai keluar. Ada yang berbentuk serigala, namun berdiri diatas kedua kakinya, Ada pula yang berupa mumi dengan armor lengkap, zombie, bahkan kerangka manusia dengan pedang dan perisai, aku seperti berada dalam sebuah game online yang biasa aku mainkan.
Aku bisa mendengar Silvergin berteriak, “Ungsikan semua!” ia lalu menghambur ke arah monster itu dan berubah menjadi serigala besar berwarna keperakan, dengan taring dan cakarnya, ia berusaha menghalau monster yang mendekat. Namun ia langsung kewalahan dengan jumlah moster yang semakin banyak. Lalu aku melihat sekelebat bayangan Rena yang berlari dari dalam.
“Hota Bego, pake ini!” serunya sambil melempar sebuah pedang ke arah Hotaru.
Hotaru menerimanya, “Heh, anak kecil, hebat juga kamu bisa menemukan item seperti ini, tapi lain kali bilang aku bego, kubakar kamu.” Begitu berada di tangan Hotaru, pedang itu lalu membara dan mengeluarkan api.
“Coba aja kalo bisa,” ledek Rena.
Hotaru dan Rena langsung membantu Silvergin. Sementara Bearserker melindungi Nchex yang sedang membantu Mizz mengungsikan semua penghuni ke dalam.
Aku sendiri ga sadar bahwa ada monster yang mendekat ke arahku, begitu ia mengayunkan pedangnya tiba-tiba sebuah panah melesat dan membakar monster itu menjadi abu.
“Bun.. eh, Tezu, kamu ga apa-apa?” tanya Len. Ditangannya terdapat busur panah. Ia membantuku berdiri.
“Terima kasih, Len chan,” ujarku.  Aku mencoba berdiri walau kepalaku masih sangat pusing.
“Kita lebih baik kedalam, lebih aman,” ujarnya. Ia lalu menuntun aku ke dalam berbarengan dengan sisa penghuni yang lain. Aku masih sempat melihat Bearserker menghempaskan beberapa zombie dengan tangan kosong. Silvergin yang melawan walaupun ia tengah terluka. Begitupun dengan Rena dan Hotaru. Dan Mizz yang walau disibukkan dengan pemindahan penghuni, tapi masih sempat membunuh beberapa monster dengan kunainya.
Saat itu aku merasa tanah tempatku berpijak bergetar. Pohon-pohon di sisi luar mulai tumbang. Dan pada saat itu aku melihat monster yang begitu besar. Bentuknya seperti Raksasa dengan topeng seperti yang biasa dipakai oleh mumi mesir. Disampingnya juga muncul seekor serigala besar yang berdiri diatas kedua kakinya dan berwarna kecoklatan dengan gelang besi di salah satu tangannya. Seakan dua monster raksasa itu belum cukup, masih ada satu monster yang juga sama besarnya, bentuknya menyerupai seekor kambing besar yang juga berdiri diatas kedua kakinya dan membawa sabit panjang.
“Mundur semua!”
Aku bisa mendengar teriakan Yauchi dari dalam.
Aku duduk di salah satu bangku, dibantu oleh Len. Aku melihat sekeliling, sebagian besar penghuni yang berada diluar duduk mengelompok di sudut ruangan. Ada yang terlihat ketakutan, ada juga yang waspada akan sekelilingnya.
“Mizz!” aku mendengar teriakan Hotaru
“Semua sudah masuk!” balas Mizz Fly44
“Ayo, mundur!” Hotaru dan Rena mulai berlari kedalam tapi serangan dari para musuh tetap ga berkurang, Mereka terpaksa bersusah payah berusaha melarikan diri sambil terus melawan. Silvergin kembali berubah menjadi manusia kembali dan berlari sekuat tenaga menerobos kawanan zombie.
“Apa-apaan ini?!” Sinc kembali mengumpat, “Kenapa pada saat seperti ini, sih? Dhe, tolong shieldnya, aku harus mengurus para penyusup sialan ini,” ujarnya.
Dhe Bsblover yang tadinya sedang membantu Cherie dan Sugar memeriksa para penghuni lainnya segera meletakkan ipodnya di meja, Ipod itu langsung berubah menjadi sebuah keyboard panjang. Dhe sendiri lalu terbungkus dalam sebuah kapsul. Sebuah kacamata virtual terpasang dimatanya.
“Cepat masuk! Shield akan diaktifkan, kalau kalian tetap diluar aku ga bisa jamin loh,” ujar Dhe
Pada saat itu ruangan berguncang, seolah-olah batu besar dijatuhkan ke atas atap ruangan. Beberapa gadis mulai berteriak ketakutan. Tak berapa lama ruangan kembali berguncang, kali ini butiran debu kecil berjatuhan dari atas ruangan.
Yauchi langsung bersiap, “Aku akan menghalau yang besar untuk sementara, suruh mereka segera masuk,” ujarnya.
“Kyu, tolong bantu Yauchi, kau sudah tau cara menggunakan basis datanya Sinc kan?” ujar Dhe.
“Yupz,” Kyu lalu memakai kacamata virtual yang sama dengan Dhe, sebuah layar hologram muncul dihadapannya, kedua tangannya dengan lincah mulai memilih-milih data,“kapanpun kau siap, Yau,” ujarnya.
“Mode tempur yang biasa, Kyu, tapi armornya dinaikin dan pakai senjata yang lebih ringan saja,” Yauchi memakai helm khusus, dari helm itu keluar beberapa kabel yang langsung tersambung ke tangan dan kaki Yauchi. Salah satu kabelnya juga terhubung dengan layar hologram Kyu.
“Ready,” ujar Kyu.
Sebuah bayangan robot yang sangat besar mulai muncul dari tempat Yauchi berdiri. Ia terus membesar dan berjalan keluar ruangan. Begitu sampai di lapangan, Robot itu mulai menjelma nyata. Penampilannya mirip dengan Mecha yang biasa aku tonton dulu.
Mecha yang dikendalikan Yauchi mulai bertempur dengan ketiga Monster Raksasa diluar.
“Ayo cepat!” seru Dhe.
“Aku juga pengennya gitu, Dhe, tapi mereka ini menghalangi jalanku,”Protes Hotaru sambil terus menebas mumy yang menghalanginya.
Ruangan kembali bergetar.
Bearserker dan Nchex akhirnya sampai ke dalam ruangan. Mereka terlihat kelelahan. Silvergin masih berupaya menembus kawanan zombie yang menghalangi jalannya.
Tiba-tiba gelombang air pasang melanda dan menghempaskan musuh yang ada disekeliling Hotaru dan Rena. “Ayo cepat,” Sora tampak berdiri di pintu dari kedua tangannya mengalir air yang tadi menghempaskan musuh-musuh Hotaru dan Rena.
“Aku gak bisa menahannya lebih lama lagi nih,” ujarnya.
Hotaru dan Rena lalu mulai berlari ke arah ruangan, terkadang mereka melompati musuh yang menghalangi jalan mereka.
“Sil, cepat!” seru Dhe.
Ruangan kembali bergetar lagi, sebuah lubang mulai tampak di bagian atas ruangan.
“SIL!”
“Aktifkan saja!!” ujar Silvergin
“Kamu masih diluar, SIL! Cepat Masuk!!” seru Dhe.
“Tinggalkan aku, Aktifkan cepat!!” Seru Silvergin.
Lubang diatas ruangan mulai membesar.
“Cepat!!” Silvergin berseru, bajunya sudah mulai berlumuran darah.
Saat aku melihat ke arah lubang itu, sakit kepalaku mulai menghebat lagi. Aku jatuh dari kursiku sambil memegang kepalaku.
“Pengaktifan Perisai dimulai,” terdengar sebuah suara.
“Dhe, dia masih diluar!” Bearserker berusaha keluar ruangan tapi ditahan oleh Dernew.
Begitu Hotaru dan Rena sampai kedalam, Sora lalu terjatuh lemas. Dan karena air yang menghalangi mereka menghilang, para moster mulai bergerak ke arah Silvergin berada.
“SIL!” Bearserker tampak berontak. Nchex yang sedang kelelahan berusaha mengumpulkan tenaga dan berdiri
“Pengaktifan perisai akan dimulai pada 3 detik lagi.. 2..”
“Aku harus keluar, aku harus menolongnya!” Bearserker kembali berontak.
“Ga perlu,  dia pasti selamat,” ujar Dernew.
“Apa maksudmu?” tanyanya.
“Lihat saja,”
Bearserker melihat ke arah Silvergin berada. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. para monster pun sepertinya kembali berjalan menuju tempat kami semua berada.
“..1.. perisai diaktifkan.”
Sebuah gelombang ultrasonic menghantam para monster hingga terdorong jauh sampai keluar lapangan dan sebuah perisai tak terlihat nampak melindungi ruangan ini dan lapangan itu.
“Silver…gin.. “ Bearserker nampak lemas.
“Dia ada disini,” terdengar suara seorang gadis.
Seorang gadis nampak berdiri di tengah ruangan, pada awalnya aku pikir aku bermimpi ato sakit kepalaku nambah parah, tapi ternyata memang gadis itu mempunyai sepasang sayap bagai malaikat. Sayap putih halus itu membungkus bagian depan tubuhnya. Saat ia mengembangkan sayapnya, nampak bahwa gadis itu tengah menggendong seseorang. Seorang gadis berambut keperakan.
Closing BGM : A song Calling for You – SS501

Minggu, 23 Januari 2011

CHAPTER 3 PART 1

CHAPTER 3 : A NEW BEGINNING?? Part I
opening BGM : Cinta Satu Malam – Melinda (O.Oa)
Aku kembali terbangun, dan mendapati berada dalam kamarku. lampu kamarku menyala dan tirai jendelaku tertutup. Jadi aku ga bisa mastiin apakah ini masih malam atau sudah pagi. Aku duduk diatas tempat tidurku dan baru menyadari satu hal. Ternyata aku sudah tidak lagi mengenakan pakaian yang aku pakai sebelum tidur dan malah mengenakan piyama bermotif hello kitty. Pakaian yang ga pernah aku pakai lagi semenjak aku remaja. Sebuah pikiran aneh melintas di benakku, dengan tergesa-gesa aku menuju lemari pakaian yang mempunyai cermin dibagian depannya.
Aku melihat diriku sendiri di cermin. Tidak ada perubahan apa-apa, hanya saja piyama waktu kecil kini sudah berubah sesuai ukuran tubuhku sekarang. Aku menuju ke arah jendela dan membuka tirainya. Aku melihat pemandangan yang aku biasa lihat dari jendela kamarku, taman, pohon jambu dan sebuah ayunan di dahan pohon jambu itu.
Tunggu dulu…
Sebuah ayunan! Aku kembali melihat untuk memastikan. Dan memang sebuah ayunan kecil yang dibuat sesederhana mungkin.
‘Ga Mungkin,’ pikirku, ‘ayunan itu kan dah dipotong Mama 5 tahun yang lalu, karena aku selalu ketakutan setelah mellihat seorang wanita bergaun putih panjang duduk diayunan itu setiap tengah malam.’
Saat aku memikirkan hal itu, perlahan-lahan di ayunan itu mulai terlihat sebuah bayangan wanita. Aku segera menutup tirai kamarku. Dan memutuskan untuk keluar dari kamar.
Saat membuka pintu, aku melihat pemandangan yang aku kenal, lorong berwarna krem dan barisan pintu di dua sisinya.
Terdengar sebuah suara yang sepertinya berasal dari speaker walaupun aku ga bisa melihat speaker itu dimanapun.
“Para penghuni, ini chef anda Racuntikus yang terhormat, sarapan sudah disiapkan di kantin, seperti biasa bila tidak datang dalam waktu 3 jam, maka kami akan meminta bayaran dari kalian semua.. Oh ya, sekadar pemberitahuan, ruang mandi bersama sudah dibuka kembali dan ada salon baru diruangan. Itu aja,”
Aku menutup pintu kamarku dan berjalan keluar. Di sepanjang lorong aku lihat beberapa orang baru saja terbangun dan keluar dengan pakaian tidur mereka masing-masing.
Aku bertemu Jheeea yang terbang melayang rendah mengenakan gaun tidur sutra.
“Pagi Tezu,” ujarnya sambil menguap.
“Pagi Jhe, tidurmu nyenyak?” tanyaku
“Mayan deh, akyu duluan yach, bisa kehabisan menu special kalo ga buru-buru,” ia melayang cepat ke arah keluar.
“Yow Tez, pagi,” aku mendengar suara Nigi
Ia baru saja keluar dari kamarnya dan mengenakan kaus pendek dan celana pendek.
“wah, ternyata kamu penggemar kucing juga,” ujarnya sambil melihat ke arah sandalku
Aku langsung melihat ke arah yang sama, ternyata aku sedang memakai sepasang sandal bulu dengan motif kepala kucing.
“Owh, ini, yah begitulah,” ujarku sambil tersenyum padahal aku sama sekali ga ingat pernah punya sandal seperti ini.
Kami sempat bertemu dengan beberapa orang dan saling menyapa. Persis kaya berada dalam asrama.Masing-masing saling menyapa, terasa banget keakrabannya. Kami bertemu dengan Dernew yang bersarung ria dan kaos oblong, mengingatkan aku akan suasana ronda di kampung nenekku. Nigi memperkenalkan aku dengan Dernew, yang sebetulnya sudah aku kenal.
Nigi juga memperkenalkan aku dengan Nana Chan, gadis ini sepertinya mang ga bisa hidup tanda headsetnya, karena begitu keluar kamar, kami sudah melihat ia menggantungkan head phone dilehernya.  Berempat kami berjalan bersama sambil mengobrol.
Begitu sampai diruangan yang sebelumnya adalah bar, kali ini aku terkagum-kagum dengan perubahan drastic yang terlihat. Meja bar tempat Hotaru bekerja sudah tidak ada lagi digantikan deretan etalase makanan yang berisi banyak makanan lezat. Kursi dan meja bundar digantikan meja-meja dan kursi- kursi panjang yang mampu diduduki hampir  20 orang. satu-satunya yang tidak berubah adalah tangga, ruangan di lantai dua serta klinik.
Di dekat tangga terdapat dua buah pintu geser yang cukup besar, salah satunya bergambar wanita dan yang satu lagi bergambar pria. Tidak jauh dari kedua pintu geser itu terdapat sebuah pintu besar dan papan nama diatasnya ‘BEAUTY SALON BY FUUNAY”.
Sinc seperti biasa sudah duduk ditempatnya dan sedang mengerjakan sesuatu disebuah layar hologram sambil memakan roti. Ga begitu jauh dari tempat ia duduk terdapat sebuah pintu keemasan yang menuju ke sebuah lapangan luas. Beberapa jendela kecil juga terlihat disamping pintu itu.
“Beginilah keadaannya kalo siang, begitu malam ruangan ini berubah jadi lebih dewasa,” ujar Dernew yang langsung menuju ke pintu geser yang bergambar pria.
“Kamar mandi bersama dibuka lagi yah akhirnya,” Nana chan melihat kearah pintu geser itu.
“Mungkin mereka capek ngikutin keinginan kita yang ga ada habisnya,” canda Nigi.
“Yah, aku risih aja mandi bersama-sama seperti itu.”
“Ya ampun Nana, kan sama-sama cewe, lagian juga bukannya asyik bisa mandi sambil ngobrol rame-rame.”
Aku sempat melihat Gyaboo yang memakai piyama terusan sedang mengambil makanan. Jheeea yang tampak sedang ngobrol dengan Yauchi, Euka yang seperti biasa menggoda pandangan para cowo dengan baju tidurnya yang super seksi. Aku juga melihat Baka Hyde dengan baju tidurnya serta rambut yang dihiasi bermacam jepit sedang makan di salah satu meja, disebelahnya Mifu juga tengah meminum tehnya. Sugar dan Cherie tampak baru berjalan dari counter menuju meja yang masih kosong.  Cherie memakai pakaian biasa tapi Sugar walaupun Cuma baju lengan panjang dan celana panjang tapi motifnya menyerupai badan harimau dan topi di kepalanya pun mirip dengan kepala seekor harimau.
“Nigiiiiiii” seorang gadis berpakaian serba merah langsung berlari dan memeluk Nigi.
“pagi juga, Cha,” Nigi berusaha lepas dari pelukan gadis itu.
“Whooa Kawai nee, Nana chan,” gadis itu berusaha memeluk Nana
“Pagi juga Cha, no hugging,” Nana mundur selangkah.
“Ah, Gomen, gomen.. Ara.. Newbie kah?” gadis itu menatapku.
“Tezuka Ayumu,” aku mengulurkan tangan, tapi bukan jabatan tangan yang aku dapat, aku langsung dipeluk oleh gadis itu.
“Wuaaa, ureshii… Nee.. jadi tomodachi Cha mau kan?” ujar gadis itu setelah acara berpelukan bersama selesai.
“hah? ehmm.. ya..,” aku terlihat ragu.
“sankyu….,” Aku kembali dipeluk untuk yang kedua kalinya. Lalu gadis itu sadar sesuatu. Ia melepaskan pelukannya.
“Ah, mana tata karma Cha, malah belum memperkenalkan diri,” ujarnya. Penampilan lalu berubah dari berpakaian serba merah menjadi gaun mengembang ala putri jaman dahulu, rambutnya pun berubah dari merah menjadi pirang.
“Salam kenal, namaku Charazchan, senang bertemu denganmu,” ia lalu memberi salam ala putri-putri kerajaan jaman dahulu.
Aku yang masih terkaget dengan perubahan penampilannya yang begitu cepat hanya bisa berkata,           ”sama-sama.”
Ia lalu merubah penampilannya kembali menjadi gadis berambut merah dan berpakaian serba merah.
“Makan dulu yuk, lapar nihh,” ajak Nigi.
“Cha juga lapar, kita makan bareng-bareng yuk.”
Aku mengalihkan pandangan ke arah pintu yang menuju lapangan luar. Entah kenapa rasanya aku ingin kesana.
“Tezu?? mau ikut ga?” Tanya Nigi.
“hah? Oh, nanti saja aku menyusul,” jawabku
“ya sudah, kami duluan yah?” Nigi, Nana dan Charaz berjalan bersama menuju ke arah counter makanan.
Aku terus berjalan menuju pintu. Ternyata lapangan itu cukup besar. Beberapa orang tampak makan di pinggiran lapangan yang dinaungi pohon-pohon rindang. Aku melihat Rena tengah berlatih dengan pedangnya, Bakadayo juga tengah mengobrol dengan beberapa orang sambil makan bersama. Dan yang membuatku tertarik adalah, lagi-lagi aku melihat remaja berambut perak, beserta kedua temannya. Cowo yang berambut merah dan cowo yang berambut panjang. Tapi kali ini mereka tengah bersama Hotaru dan sepertinya sedang berbicara serius.
Aku merasakan sedikit perasaan aneh kepada mereka, sepertinya aku mengenal mereka dan entah kenapa aku merasa sangat sedih. Saat aku berusaha mendekati mereka, seorang gadis berambut pendek coklat nyaris menabrakku dan membuat roti yang ia pegang terjatuh.
“Ah, maaf..” ujarku sambil mengambil rotinya.
Gadis itu tampak terkejut melihatku.
“Bunda Tezu?” gumamnya. Walau pelan tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
“Siapa?” tanyaku
“Gak inget aku?” ujarnya, tangannya bergetar.
“Maaf, tapi aku ga inget, kamu siapa?”
Gadis itu menatapku, ia lalu tersenyum, “mungkin aku salah orang, maaf yah, habis kamu mirip dengan orang yang dulu dekat denganku.”
“Owh ga apa-apa, mungkin mang wajah yang aku pilih mirip,” jawabku sambil menyerahkan rotinya
“ya, mungkin juga begitu. Aku Len Tsukimori, kamu baru yah disini,” gadis itu memperkenalkan diri dan menerima roti yang aku berikan.
“Ya, baru saja datang kemarin, namaku Tezuka Ayumu,” jawabku
Len kembali terlihat terkejut.
“Kita belum pernah bertemu sebelumnya kan?” Ujarnya seperti menegaskan sesuatu.
“Aku rasa belum, soalnya aku baru pertama kali datang kesini,” ujarku
“Dan…. emm kamu.. gak inget apa-apa tentang aku?”
“Gak sih, kalaupun ya, aku pasti inget dengan gadis secantik kamu,” aku mencoba bercanda
Len tersenyum. Namun sorot matanya menandakan kekecewaaan.
“ya sudah, aku mau kedalam dulu, senang berkenalan denganmu,” ujarnya kemudian.
“Sama-sama, Len chan,” jawabku
Len memegang erat rotinya, ia sepertinya menahan dirinya untuk melakukan sesuatu, dan matanya terlihat berkaca-kaca. Tapi ia lalu berbalik dan masuk kedalam ruangan.
Sebenarnya aku merasa sedikit bingung, bagaimana mungkin ada yang mengenalku, padahal aku baru saja berada disini. Atau mungkin ada yang pernah memakai wajahku ditempat ini? kalaupun ya, lalu dimana dia sekarang?
Sambil memikirkan itu, aku berjalan mendekati Hotaru dan ketiga temannya.
“Halo,” sapaku
Keempat orang itu menoleh, dan aku melihat mereka nampak kaget melihatku. Apalagi si rambut perak, ia langsung memelukku dan berkata, “Tezuu… akhirnya kamu kembali, kamu memenuhi janjimu” nada suaranya antara gembira dan sedih. Saat dia memelukku, aku baru sadar bahwa dia seorang gadis. namun karena perawakannya yang kecil dan rambutnya yang pendek, sulit membedakan apakah dia seorang gadis ato pemuda.
Walaupun bingung, aku mencoba tersenyum. Dan raut mukaku dapat dibaca oleh pemuda yang rambut panjang, karena ia lalu berkata, “ sil chan, mungkin kamu salah orang. Dia jadi bingung tuh.”
“Gak mungkin! aku yakin ini Tezu, Tezu dah kmbali Nchex, dia memenuhi janjinya ma aku. Ya kan, Tezu?” tanya gadis berambut perak itu padaku
“Maaf, tapi mang aku pernah berjanji apa yah?” aku bertanya balik.
“Masa, kamu lupa? Dulu kamu berjanji akan kembali kesini dan membawa kami semua keluar dari tempat ini,” jawabnya
“Memang kita pernah bertemu sebelumnya?” aku bertanya lagi.
Closing BGM : Jade Valerie - Razorman

Kamis, 20 Januari 2011

CHAPTER 2 PART 3



WELCOME TO THE JUNGLE OF ANIME FANS


         Seseorang dengan baju terusan hitam berenda dan topi berenda datang menghampiriku, penampilannya mang sesuai dengan trend Lolita Gothic. Aku pada awalnya menyangka bahwa dia adalah remaja cewe. Yah, orang sudah pasti akan berpikir kalau setiap pemakai gaun terusan adalah cewe, tapi aku agak kage...t begitu orang ini menyapaku.
“hai,” Sapanya. Suaranya tuh sangat… cowo banget
“Hai,” balasku
“Oh, maaf kamu pasti bingung ngeliat penampilanku yah? Biasa tuntutan pekerjaan,” Ia menjentikkan jarinya lalu pakaian itu berganti menjadi kaus dan celana jins. “Begini pasti lebih nyaman kan?”
Wajahnya memang sepintas mirip cewe, mungkin itu yang membuatku merasa dia sangat pantas mengenakan gaun. Tapi setelah diperhatikan baik-baik memang tidak salah lagi kalo dia ini seorang cowo.
“Kenalkan aku Baka_Hyde, yang paling pertama sampai di tempat ini dengan beberapa temanku yang lain,” ujarnya
“Owh, aku Tezuka Ayumu, berarti kamu ketua disini?”
“Yah bisa dibilang begitu sih. Sebenarnya ga mau, tapi sudah ditunjuk mau gimana lagi,” ia tertawa, “Bagaimana kesanmu disini?” Baka Hyde duduk disebelahku.
“Unik, tapi masih banyak yang ga aku ngerti soal ini,”
“Ruangan ini seperti yang kamu duga adalah Virtual Reality, dibentuk oleh keinginan-keinginan semua orang. Pada awalnya sering berubah mulu, tapi sekarang sudah stabil. Selain karena program yang dibuat oleh Sinc, ruangan ini juga diawasi oleh Dhe dan timnya. Sedikit saja perubahan, mereka pasti akan tau. Portal yang kamu lihat tadi adalah akses jalan kami ke ruangan lain, termasuk bagian game. kami adalah satu-satunya yang bisa punya akses ke ruangan lain, itu makanya kami dibilang pemberontak,” Baka Hyde terdiam sejenak.
Mifu datang ke meja kami dan mengantarkan segelas soda.
“Thanks,” ujarnya
Mifu mengangguk dan melesat pergi lagi
“Ada yang masih kamu ga ngerti?”
“Gyaboo bilang kalian terjebak, apa maksudnya?”
“sama sepertimu, kami juga pada awalnya bingung masuk ke tempat ini, kami pikir bahwa ini hanya permainan biasa yang akan terhenti pada saat kami log out, ato mungkin tertidur. Tapi masalahnya adalah kami ga bisa log out, dan setelah terbangun pun kami masih ditempat ini. Aku sudah pernah melihat hal-hal yang dilakukan karena tertekan ditempat ini,” pandangannya terlihat sedih. “aku pernah melihat seseorang sampai menyayat dirinya ato membakar dirinya agar bisa keluar dari tempat ini, tapi semua tidak berguna. Kecuali dia benar-benar mati. aku juga pernah melihat saling bunuh di daerah Game, semua seperti kehilangan akal sehatnya. Aku lalu mencoba membuat satu ruangan sendiri, dengan keistimewaan yang aku punya, aku memutuskan membuat satu ruangan di daerah chat room, tempat dimana aku bisa membawa teman-temanku yang telah lelah untuk beristirahat. Makin hari, makin banyak yang ikut serta. Selain karena datang sepertimu, ada juga yang berasal dari kerja keras Mizz Fly44, yang rutin menculik orang-orang yang punya potensi.      
        Tempat ini adalah tempat berkumpul bagi orang-orang yang ingin bebas. Memang tulisannya Anime Fans, tapi sebenarnya kami sedang membentuk pasukan kecil untuk kami bisa keluar dari tempat ini, dan kembali ke dunia nyata,” jelas Baka Hyde.
“Jadi kekuatan itu, semua nyata?”
“Semua kekuatan berasal dari pikiran kita. Tentu sebagai tempat berkumpulnya anime fans, orang ga akan curiga dengan semua penampilan aneh kami, tapi satu demi satu, kami mencoba menyadarkan bahwa mereka punya kekuatan yang luar biasa, yang masih tertidur dalam pikiran mereka dan itu adalah tugas dari salah seorang kami,” ia menunjuk ke arah Bakadayo yang baru saja bangkit dari duduknya bersama gadis yang tadi duduk bersamanya. Mereka berdua menuju  meja tempat aku dan Baka Hyde duduk. Saat mendekati meja tempat kami berdua duduk, mereka berhenti. Bakadayo membisikan sesuatu kepada Baka Hyde sementara si gadis menganggukan kepalanya dan tersenyum kearahku, aku membalas senyumannya.
“Jadi Fuu, kau sudah menentukan pilihanmu?” Tanya Baka Hyde kepada gadis itu.
“Uh huh, aku pikir akan lebih berguna kalau aku bisa bergabung dengan tim Mbak Dhe, atau mungkin dengan tim Cherie, habisnya aku bukan tipe yang senang bertarung sih,” Jawab gadis yang dipanggil Fuu itu.
“Apapun pilihanmu, kami akan sangat senang menerima bantuanmu, Fuu.”
“Makasih,” wajah Fuu sedikit memerah.
“Kan sudah kubilang, kalo dia pasti ga keberatan,” Bakadayo menepuk pundak Fuu, ia lalu berpaling menatapku, “kurasa kita belum berkenalan secara resmi nih,” ujarnya sambil mengulurkan tangan
           Aku menjabat tangannya, aku merasakan sedikit perasaan aneh menyelimutiku, dan terasa agak nyaman, mungkin ini yang membuat banyak orang betah bersama dengan cowo ini.
“Tezuka Ayumu,”  ucapku
“Bakadayo alias Baka Teppei, pilih yang mana yang kamu suka,” ujarnya lembut.
“senang berkenalan denganmu,” ujarku sambil kembali menarik tanganku
“Aku Fuunay, senang berkenalan denganmu,” sapa Fuu
“sama-sama,” jawabku
“ternyata kita kali ini mendapat calon potensial yang bagus nih, ketua. Baru beberapa jam disini, dia sudah mampu memunculkan sedikit kekuatannya, biasanya para wanita masih malu-malu pada awalnya,” Bakadayo menatapku sambil tersenyum
“Wah berarti aku ga salah mengundangmu masuk ke tempat ini yah,” Baka Hyde tersenyum penuh arti.
“Mengundangku? Maksudnya?”
Saat Baka Hyde hendak menjawabnya, tiba-tiba Mifu sudah ada disampingnya dan berkata,”mereka sudah sampai.”
         Ia menoleh, dan melihat seorang gadis dan seorang pemuda yang mengenakan capuchon warna krem serta kacamata hitam tengah berdiri di dekat tangga. Baka Hyde lalu bangkit dari duduknya dan berkata,” lain kali kita ngobrol lagi, oke? Oh ya sekalian aku ingatkan kalo kamarmu pun bisa dirubah sesuka hatimu” dan ia lalu berjalan menuju ke arah gadis dan pemuda itu.
“Nah Fuu, kebetulan Dhe lagi disini, kenapa ga kamu tanya soal idemu tadi?” saran Bakadayo
“Hmm, okey deh, makasih yah,” Fuunay lalu menuju ke tempat Dhe dan Kyu sedang duduk.
“sampai nanti yah, Tezu,” Bakadayo lalu menuju ke arah kamar tidur.
Aku masih memperhatikan Baka Hyde yang tengah ngobrol dengan kedua orang itu. Tak berapa lama kemudian mereka naik ke lantai dua, sebelum menaiki tangga, si gadis sempat menatapku dan tersenyum.
“mifu?” tanyaku
“Ya?”
“Mereka itu siapa?”
“Kalo yang cewe itu Sora Ryuzaki dan yang cowo Shinobi Rhezawa. Seksi Sibuk kami,”
“Maksudnya?”
“Mereka jarang ada di dalam ruangan, lebih sering diluar mengumpulkan informasi,”
“Owh, makasih yah,”
“Okey”

      Sambil menghabiskan minumanku, aku melihat kembali  ke sekeliling.
Dhe, Kyu dan Fuunay tampak sedang serius merancang sesuatu. Ga begitu jauh dari mereka seorang remaja berambut pendek berwarna putih keperakan tengah berdebat dengan seorang pemuda berambut merah dan mengenakan gelang bulu berwarna kecoklatan, diantara mereka ada seorang lagi berambut panjang, aku ga bisa bilang apakah dia cewe ato cowo, ia tampak rapi dengan baju terusan warna putih yang memperlihatkan kedua lengannya dan sepertinya ia tidak terganggu oleh pertengkaran yang terjadi didepannya, karena ia dengan santainya membaca buku.
     Urahara tampak tengah mengobrol dengan seorang wanita berambut biru dan berkacamata. Sepertinya mereka tengah bermain game, dan apabila Urahara kalah, mereka berdua tertawa. Aku baru lihat seorang cowo bisa terlihat begitu nyaman dan tertawa lepas saat bersama dengan seorang wanita. Walau tidak terlihat jelas, tapi sepertinya Urahara tidak dapat mengalihkan pandangannya dari si wanita.
Di meja bar, Euka tengah saling menggoda dengan seorang cowo berambut putih, bukan karena dia tua soalnya dari wajahnya dapat terlihat kalo cowo ini masih sebaya dengan Euka. Mereka bersulang bersama.
Chiki_i yang juga masih berada di meja bar kini tengah berbicara dengan seorang gadis berambut coklat pendek. Didekat mereka Rena mengeluarkan uang dan membayar minumannya lalu menuju kamar tidur sambil membawa pedang yang telah ia bersihkan.
     Nyaris bersamaan dengan Rena, Yauchi juga menghabiskan minumannya dan langsung meletakan uang di meja bar, dengan lemas ia lalu berjalan menuju ruangan tidur.
Untung saja ia tidak bertabrakan dengan Nigi dan Shinigami chan yang meluncur dari lantai dua melalui pegangan tangga. Sambil tertawa-tawa mereka berlari melewati Yauchi menuju ruang tidur.
Suasana di ruangan mulai sedikit tenang. Hanya terdengar beberapa gelak tawa dan sedikit perdebatan. Hota mulai membersihkan meja barnya. Ia lalu berhenti sejenak untuk mengambil sebatang rokok dari saku bajunya. Dari salah satu jarinya muncul api kecil. Setelah menyalakan rokoknya, Hota kembali membersihkan meja bar. Saat itu ia melihat kalau Seiryu telah tertidur di meja bar. Hota lalu mengambil selimut dari laci bawahnya dan menyelimuti Seiryu.
“Apa kau mau aku membawanya sampai ke depan kamarnya, Hota,” Tanya Mifu.
“Nanti saja, biarkan saja dia istirahat disini dulu,” jawab Hota.

        Mifu lalu kembali menyusun dan merapikan kursi dan meja yang sudah tidak ada yang menempati.
Aku melihat ke arah klinik, lampu didalam ruangan itu masih menyala, mungkin Cherie dan Sugar sedang bekerja. Keadaan di lantai dua juga sudah sepi, walau aku ga yakin apa Ace masih disana atau juga sudah kembali kekamarnya. Satu-satunya lampu yang masih menyala adalah lampu di dalam ruang pertemuan tempat dimana Baka Hyde bertemu dengan Sora dan Shinobi.
      Untuk pertama kalinya, aku kembali merasa kesepian, hal yang biasa aku rasakan setiap aku log out dari dunia maya ku dan kembali ke dunia nyataku. Yang berbeda adalah saat ini aku masih berada di dalam dunia maya, dan aku mungkin saja tidak akan bisa kembali lagi kedunia nyataku dalam waktu dekat.
Tiba-tiba saja aku merasa sedih, untuk sesaat aku merasa kalau aku tidak bisa lagi bertemu dengan orangtuaku, kucingku, dan teman-temanku
     Aku meneguk minumanku untuk menghilangkan rasa sedih yang mulai mengganjal. Berada di tempat asing dan mungkin tidak akan bisa kembali sama sekali bukan pilihan yang akan aku ambil.
Sedikit menyesal mungkin, tapi toh semua sudah terjadi. Aku melihat sekelilingku kembali. Ditengah perdebatan, canda dan gelak tawa mungkin saja mereka semua juga merasakan kesepian yang aku alami. Kesepian yang membuat mereka akhirnya saling berbagi. Aku menghabiskan minumanku, dan akhirnya berdiri dan melangkah ke arah meja bar. Mungkin dengan sedikit istirahat bisa menghilangkan perasaan tidak enak yang aku rasakan ini.  Tepat pada saat itu Jheea akhirnya muncul, tapi tanpa Dernew.
Rambutnya tampak sedikit berantakan, ia lalu menghampiri Hotaru sambil merapikan rambutnya dan menyerahkan sejumlah uang.
“Kata dendeng, tadi dia lupa,” ujarnya
“Mang kamu nganter dia kemana Jhe?” tanya Hotaru
“Permintaan Dendeng mang berlebihan, tapi akyu bukanlah Jheeea yang tantique kalo ga bisa memenuhinya,” Jheea tersenyum penuh arti.
“Kalo tampangmu kaya begitu, masa ya masih cantik?”
“iiiihhh, Hota jahat, begini-begini akyu masih tantique loch.. ya kan Tezu?” tanya Jheea begitu aku mendekati meja bar menuju ke ruang tidur.
“hah? Hmm ya sih,” jawabku
“Tuh kan, tezu aja bilang akyu tantique berarti Hota yang salah,” Jheeea tampak gembira
“Namamu Tezu yah?” tanya Hotaru
“Tezuka Ayumu, kau pasti Hotaru kan?” aku balik bertanya
“Yup, mudah-mudahan kita bisa jadi teman baik,” Hotaru berkata.
“Sampai besok yah?” pamitku
“Tezu, mau akyu antar ke kamarmu, gratis loch..,” Jheeea menawarkan diri.
“Ga usah gak apa-apa, Jhe, kamu kan masih lelah, aku jalan saja, makasih loh atas tawarannya,” ujarku.

       Aku melangkah menuju ruangan tidur, begitu membuka pintu aku melihat sebuah lorong panjang berwarna krem dengan puluhan bahkan ratusan pintu di sisi-sisinya. Masing-masing pintu terdapat nomor dan nama penghuninya, walau ada yang menghiasnya dengan hal-hal aneh seperti gambar anime kesukaannya sebesar pintu, atau pintu bergaya army look atau membentuk pintu seperti gambar love besar. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Begitu aku sampai di kamarku yang bernomor 101, aku langsung membuka pintu kamarku yang berwarna kecoklatan, aku langsung kaget karena kamar itu sangat mirip dengan kamar asliku yang ada dirumah. Aku segera masuk dan menutup pintu lalu membuka lagi, berharap semoga aku sudah bisa log out. Tapi begitu aku buka, ternyata tetap lorong krem dan barisan pintu-pintu. Aku lalu berbaring di tempat tidurku yang terasa sama dengan aslinya.
      Mungkin besok pagi semua ini akan berakhir, mungkin besok pagi ibuku akan datang dan membuka pintu, memarahiku. Mungkin saja ini semua hanya mimpi panjang, dan akhirnya aku tertidur memikirkan segala kemungkinan yang ada.

Last BGM : You wouldn’t answer my call – 2AM

Senin, 17 Januari 2011

CHAPTER 2 part 2

CHAPTER 2 part 2
WELCOME TO THE JUNGLE OF ANIME FANS

Ternyata gadis itu melayang di udara, saat sedang berbicara denganku dia dengan santainya duduk melayang.
“kenalkan, dia ini..” Gyaboo baru saja berkata tapi gadis itu memotong pembicaraan Gyaboo.
“Biar aku aja, Gya. Saya adalah Jheeea, teleporter anda,” Ia membungkuk hormat.
“Teleporter?” tanyaku
Jheeea menjejakkan kakinya dilantai. “benar sayang, kalau kau ingin pergi  kemana saja tanpa harus menunggu portal, hubungi saja aku yang tantique ini. Tapi dengan biaya tentunya,” Jheeea tersenyum dan menyentuh hidungku lalu menghilang. Ia lalu muncul dibelakang Dernew.
“Dendeng ku kangenkah ma aku hingga harus manggil aku?” Jheeea melingkarkan tangannya di leher Dernew.
Dernew lalu mengeluarkan sebuah kantung dari saku bajunya. “antar aku yah Jahe?”
Jheeea mengambil kantung itu sambil tersenyum.
“Banyak sekali, pasti jauh yah?” Ia lalu menoleh ke arah Yauchi. “eh, ada Yauchi juga.”
“hai, Jhe,” Yauchi tampak agak gugup.
“Jadi kemana tujuan kita?” Jheeea berbisik ke Dernew.
“Jangan disini, ntar Om Yau tau, kita bicara ditempat yang lebih pribadi saja,” ujar dernew
“Okey, dendengku, kita berangkat,” Jheeea dan Dernew lalu menghilang.
Yauchi hanya menghela nafas
Hotaru juga menghela nafas, “lagi-lagi dia ga bayar minumannya.”
Aku menahan tawa mendengarnya. Gyaboo menatapku dengan heran, “ada apa?”
“ga kok, ga ada apa-apa,” jawabku
“Sepertinya kamu dah mulai sadar dengan kekuatan yang kamu inginkan,” suara seorang gadis terdengar dibelakangku. Aku berbalik dan seorang gadis dengan pakaian ala Ninja dan cadar yang menutupi wajahnya,  disampingnya ada seorang gadis kecil yang membawa pedang kecil berlumuran darah,wajahnya tampak cemberut.
“Kekuatanku? Kamu siapa?” Tanyaku
Gadis itu membuka cadarnya. “aku MizZ Fly44, bagianku menjemput orang-orang atau membawa orang-orang ,yah bisa dibilang penculik lah. Berbeda dengan jahe, aku ga minta bayaran, tapi kalo dikasih tip ga keberatan,” wajahnya terlihat letih.
“Banyak permintaan hari ini Mizz?” Tanya Gyaboo.
“lumayanlah, Rena ini yang terakhir. Habis kalo kubiarkan dia bisa ketinggalan portal,” jawab Mizz
“Bukan salahku, kalau aku ada di dungeon dan ga denger bunyi jam,” protes gadis kecil yang dipanggil Rena. Ia lalu menuju meja bar.
“Aku mau istirahat dulu ah,” Mizz lalu menghilang.
“Itu bukan pedang beneran kan?” tanyaku ke Gyaboo
“Beneran sih, biasanya dia suka melampiaskan emosinya dengan membunuhi monster-monster di bagian Game,” jawab Gyaboo
Monster? Oke sekarang bener-bener dah jadi aneh.
Terjadi sedikit keramaian di meja bar. Sepertinya Rena tengah bertengkar dengan Hotaru. Saat aku mencoba mendengarnya lebih jelas lagi, aku nyaris ditabrak oleh seorang gadis yang berpakaian jubah putih.
“ah, maaf,” ujarnya. Sepertinya ia sedang terburu-buru dan membawa sebuah bungkusan yang dipegang erat dengan kedua tangannya.
“Sugar, kau sudah jadi dokter yah?” Tanya Gyaboo. Wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat gembira dengan hal ini.
“Oh ya, baru saja Gya, Pengakuannya baru saja keluar,” jawab gadis yang dipanggil Sugar itu.
“wah hebat, berarti namamu jadi dr.ccandy yah? Selamat yah,” Gyaboo sepertinya ingin memeluk gadis itu tapi ia lalu mengurungkan niatnya.
“Makasih yah Gya,” Sugar tersenyum, “kamu pasti anak baru yah, maaf yah, sebenarnya aku ingin ngobrol dengan kalian tapi sepertinya Cherie menunggu ini di Klinik.”
“Gak apa-apa kok, lain kali aja kita ngobrolnya,” jawabku
Sugar lalu bergegas menuju ke klinik.
“Cherie itu perawat yang aku bilang itu. Tadinya Sugar ikut membantunya, tapi sekarang setelah dia diangkat jadi dokter, jadinya kita punya dua orang yang ahli dalam pengobatan disini,” Gyaboo berkata dengan ceria.
“Tapi bukannya perawat itu posisinya dibawah dokter?” tanyaku
“Cherie sebenarnya bisa jadi dokter dari awal, tapi dia ga mau, katanya lebih enak jadi perawat. Jadi biarpun Cherie perawat tapi kami semua sangat menghormatinya lebih dari seorang dokter,” ujar Gyaboo panjang lebar.
Klining
Suara bel membuatku menoleh. Ternyata ada seorang gadis kecil dalam kostum kucing sedang mengamatiku. Bunyi tadi ternyata berasal dari bel kecil yang menjadi kalungnya.
“Shin chan, kenapa tidak menyapa tamu kita yang baru?” Tanya seorang pemuda. Hal yang paling menyolok dari pemuda itu adalah bahwa ia mengenakan sebuah topi bergaris berwarna hijau putih dan mengenakan geta.
“Nyaa, habis sepertinya ada yang aneh dengannya,” ujar gadis kecil yang dipanggil Shin chan itu.
“Maaf atas ketidak sopanan kami. Aku Urahara true Light, ini partnerku Shinigami Chan. Kami adalah, yah bisa dibilang merchant disini. Berhubung kau pernah bermain game online, pasti tau istilah merchant kan?” Tanya Pemuda itu.
“Tau darimana kalau aku suka main game online,” aku bertanya heran
“Yah, bisa dibilang kalau aku mempunyai mata dan telinga dimana-mana.”
“Uraaa!!! Akhirnya kau datang juga,” seru seorang pemuda yang berpakaian ala koki datang menghampiri kami.
“Ah, racuntikus, chef kita yang terhormat, pasti ingin mengambil pesanannya yang sangat penting itu yah,” ujar Urahara
“Ya jelaslah, lihat pelangganku semua sudah menunggu tuh,” jawab racuntikus. Ia lalu berpaling kepadaku. “kamu punya makanan yang ga kamu suka? Ato alergi terhadap jenis masakan tertentu?” tanyanya
“hah? Owh, ga kok. Suka hampir segalanya,” jawabku
“Bukan tipe pemilih, baguslah. Merepotkan kalo tipe pemilih,” ia kembali berpaling ke Urahara, “mana?”
“shin chan, tolong yah?”
“Haii..” Shinigami chan lalu memunculkan sebuah alat elektronik ditangannya. Bentuknya seperti sebuah PDA
“Harus kuingatkan bahwa item ini sangat susah didapat loh,”
“Un.. aku aja harus bersusah payah mengambilnya.. Nyaa,” Shinigami chan sambil terus bekerja dengan alatnya.
“ya.. ya, ntar aku ganti ongkos lelah kalian,” balas racuntikus
“Ga usah repot-repot Chef Ucun, hanya salah satu masakan terlezatmu untuk mengembalikan stamina kami berdua,” tawar Urahara
Dari PDAnya Shinigami chan lalu memunculkan sebuah gambar hologram sebuah peti kayu. Urahara memasukkan kedua tangannya ke dalam gambar itu dan menarik keluar sebuah peti kayu seperti yang ada dalam gambar dan menyerahkan ke racuntikus. Gambar dari PDA Shinigami chan pun menghilang. Racuntikus menerimanya dan bergegas kembali kesebuah pintu yang terletak disebelah bar, tempat ia masuk ke ruangan. Setelah ia masuk ke ruangan di balik pintu kemudian pintu itu pun menghilang.
“kalau kau butuh apa-apa hubungi saja UTL oke,” Urahara menyerahkansebuah kartu nama kepadaku.
“Sampai nanti Nyaaan..” Shinigami chan melambaikan tangan saat ia bergegas menuju lantai dua. Bel kecilnya berbunyi saat ia berlari.
“Shin chan, hati-hati,” Urahara lalu duduk disalah satu meja, dan segera dilayani oleh Mifu.
Satu persatu pintu keemasan mulai menghilang. Aku melihat ke sekeliling. Ada yang sudah mulai menempati  meja-meja yang tersedia. Di meja bar, selain ada yauchi, Rena, dan Euka, kini sudah ada seorang gadis manis berkerudung dan seorang pemuda yang tengah memperagakan sebuah trik sulap dan memunculkan sebuah benda dari saputangannya. Melihat raut muka sang gadis sepertinya ia sangat senang atas benda yang diberikan itu.
Pemuda itu lalu tersenyum kearahku dan menunjuk ke arah saku bajuku. Aku melihat kearah yang ia tunjuk dan mendapati sebuah mawar putih berada dalam saku bajuku yang tadi kosong.  Dengan ayunan jarinya, ia membuat mawar putih itu keluar dari sakuku dan melayang diudara. Ada sebuah surat kecil di batang mawar itu. Aku mengambil dan membacanya.
‘Salam kenal dariku, sang Pencuri, tidak ada satupun benda yang tidak bisa kucuri didunia ini                     –Heart Draw-‘
Saat aku selesai membacanya, aku memncari pemuda tadi dan dia sudah tidak berada lagi ditempatnya, bahkan sepertinya dia sudah tidak ada diruangan ini.
Urahara bangkit dari mejanya dan menghampiri gadis berkerudung di meja bar. Dan seperti biasa, aku mencoba berkonsentrasi agar dapat mendengarkan mereka
“Boleh aku lihat, Chiki_i?” tanyanya.
Gadis itu ternyata bernama Chiki-I, ia lalu menyerahkan benda yang baru ia dapat.
“Replika yang sangat bagus sekali, ga ada beda dari aslinya. Sekali lagi sang pencuri memang sangat teliti dalam melakukan pekerjaanya,” ujarnya.
“Walaupun Cuma replica tapi aku seperti merasa mempunyai benda yang sama seperti yang aku punya dirumahku,” suara gadis itu terdengar gembira bercampur sedih
“Jaga baik-baik yah, kita pasti bisa kembali ke rumah,” hibur Urahara. Ia lalu kembali ke mejanya.
Tepat pada saat seorang pemuda sampai di meja bar dan menaruh tas ranselnya ke atas meja, tas itu tampak penuh dengan coklat dan bunga-bunga
“dari fansmu yah, kiza?” Tanya hotaru
Pemuda yang dipanggil Kiza itu mendesah. “Padahal aku ga minta tapi setiap kali aku pergi menggunakan portal pasti akhirnya begini. Aku jadi ga bisa naruh benda-benda yang harusnya aku cari.”
Euka tertawa kecil, “Loh kan sesuai dengan reputasimu. Kizaru sang penakluk wanita.”
“aku bukan penakluk wanita,” bantah Kiza, “Kalian tuh membuat aku seperti playboy aja,”
“Fakta yang berbicara Kiza sayang, aku yakin sang penakluk wanita pun akan luluh karena rayuanku,” goda euka. “tapi sayangnya kau itu tidak menarik bagiku,” Ia lalu melanjutkan minumnya
“tolong kau simpan deh, Hota. Aku malas membawanya ke kamarku,” Kiza lalu pergi menuju pintu menuju ke kamar tidur. Hotaru mengambil ransel Kiza dan menaruhnya di laci bawah meja barnya.
Tepat sebelum pintu terakhir menghilang, seorang remaja berambut pendek masuk ke dalam ruangan.
“Kalian itu selalu meninggalkan aku sendirian deh,” protesnya, “padahal kan kerjaan yang harus aku lakukan banyak,” pemuda itu lalu menuju ke meja bar.
“yang seperti biasa, Sei?” Tanya Hotaru
“Ya lah, kamu kan ga usah nanya itu terus, Hota,” jawab Sei
“Yah, sapa tau kamu mau yang lain ato punya favorite lain gitu. Kan harus ditanya dulu,” ujar Hotaru.
Sebuah tepukan dibahuku membuyarkan konsentrasiku, ternyata itu Gyaboo.
“Kamu ga apa-apa?” tanyanya.
“Ah ya, ga apa-apa kok,” jawabku.
Gyaboo hamya tersenyum
Layar-layar hologram sudah mulai menghilang dari sekeliling Sinc. dan dia kini menjadi seorang remaja biasa lagi. Sebuah alat yang menyerupai keyboard mini yang terletak di mejanya segera ia ikatkan ke lengannya. Sinc membersihkan kacamatanya lalu memasangnya kembali.
“Gya chan, dah malam nih, kembali ke kamar yuk,” ajaknya
“Eh, tapi tezu??”
Sinc menatap ke arahku
“Ga apa-apa kok Gya, aku masih mau duduk sebentar disini, sapa tau aku bisa dapet temen baru lagi,” ujar ku
“beneran gak apa-apa?”
“Bener, kamu istirahat aja dulu, yah?”
“Ya sudah, sampai besok Tezu,”  pamit Gyaboo
“Sampai besok,” jawabku
Gyaboo menuju ke arah kamar tidur ditemani oleh Sinc.
Aku lalu duduk disalah satu meja. Walaupun sudah tau tapi aku tetep saja kaget melihat Mifu tiba-tiba sudah ada disamping meja ku.
“Mau pesan apa?” tanyanya
“Eh.. hmm.. air putih saja.”
“Okey,” Mifu lalu melesat pergi dan kembali 5 detik kemudian. “Silakan menikmati,” ia menyuguhkan sebuah gelas besar berisi air. “kalau ada yang mau dipesan lagi, panggil saja, oke?”
“Ya, makasih.”
Mifu lalu pergi lagi melayani meja yang lain.
Seseorang dengan baju terusan hitam berenda dan topi berenda datang menghampiriku, penampilannya mang sesuai dengan trend Lolita Gothic. Aku pada awalnya menyangka bahwa dia adalah remaja cewe. Yah, orang sudah pasti akan berpikir kalau setiap pemakai gaun terusan adalah cewe, tapi aku agak kaget begitu orang ini menyapaku.
“hai,” Sapanya. Suaranya tuh sangat… cowo banget
“Hai,” balasku

Minggu, 16 Januari 2011

CHAPTER AWAL

CHAPTER AWAL

 Created by : Ayumu Tezuka

Disclaimer : Semua nick disini adalh nyata, Cuma kisahnya aja yang sedikit ga nyata.  Imagenya mungkin ada beberapa yang niru anime tapi karena just for fun, harap dimaklumi



CHAPTER I
NAMAKU TEZUKA_AYUMU
Aku terbangun karena merasa sensasi dingin di punggungku. Aku mencoba membuka mata dan kembali aku merasa pusing yang teramat sangat. Setelah berbaring agak lam, aku lalu kembali membuka mata dan menatap sekelilingku. Sepertinya aku berada disebuah kamar berwarna putih dengan sebuah pintu dan sebuah cermin besar. Saat aku mencoba duduk, aku baru sadar kalau aku berbaring di ranjang besi, dan itulah yang membuat aq merasakan sensasi dingin dipunggungku.
Saat aku duduk, aku baru sadar kalo aku tidak mengenakan pakaian apapun. Aku melihat sekeliling apakah ada lemari atau mungkin pakaian yang tergantung, tapi tidak ada apa-apa selain ranjang besi, cermin besar dan sebuah pintu.
Gak mungkin lah aku keluar dengan kondisi begini, pikirku.
Tapi setelah aku perhatikan baik-baik, aku ternyata ga sepenuhnya telanjang. Aku seperti terbungkus body suit, pakaian ketat yng sewarna kulit. Tapi aku sama sekali ga bisa melihat ujungnya, seolah-olah seluruh tubuhku memang terbungkus body suit  itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.  Aku mencoba mencubit tanganku, dan terasa sakit seolah itu kulitku sendiri.
Okey, sekarang aku tidak telanjang, tapi tetap aja ga mungkin berkeliaran dengan kondisi seperti ini. Kalau saja ada sepatu, atau jubah disini, pikirku
Baru saja aku memikirkannya, tiba-tiba aku sudah mengenakan jubah panjang berwarna hitam dan sepatu kets yang biasa aku pakai.
Wow, berarti aku Cuma tinggal memikirkan pakaian yang ingin aku pakai saja yah.
Aku lalu mulai memikirkan baju-baju yang ingin aku pakai. Mulai dari baju biasa sampai baju-baju aneh. Seperti kita ganti baju tapi tanpa harus melepas yang lama, praktis sekali.
Setelah yakin dengan pilihanku, aku lalu menuju cermin besar untuk melihat penampilanku.  Tapi begitu bercermin, aku langsung berteriak kaget melihat mukaku ga ada. Hanya sebuah wajah rata tanpa hidung, mata ataupun mulut. Aku lalu menarik nafas dan memejamkan mata.
Pasti aku salah liat, pasti tadi pikiranku ngaco, ujarku dalam hati
Aku lalu membuka mata, dan melihat wajahku seperti biasa.  Ada hidung, mata dan mulut serta telinga, semua lengkap.
Huft
Pada saat itu satu-satunya pintu yang ada di ruangan itu membuka. Dengan ragu-ragu aku berjalan menuju pintu dan melihat keluar. Terdapat sebuah lorong tetap dengan tanpa jendela. Aku dapat melihat ada sebuah persimpangan dengan tulisan “GAME” di arah kanan dan “CHAT ROOM” di arah kiri.
Aku lalu memutuskan untuk menyusuri lorong itu, toh berlama-lama di ruangan tadi juga ga akan membawaku kemana-mana. Dipersimpangan aku berhenti sejenak, berpikir untuk menuju ke arah yang mana. Aku lalu melangkah ke arah kiri.
Gak akan mungkin kan dalam chat room ntar pada bunuh-bunuhan, pikirku
Lorong disisi kiri dipenuhi berpuluh pintu dengan symbol-simbol aneh. Mungkin itu symbol dari masing-masing chat room. Aku terus menyusuri  lorong sampai akhirnya aku melihat salah satu pintu di ujung lorong. Simbol diatas pintu itu bertuliskan AF
Aku membuka pintu dan terlihat suasana seperti layaknya sebuah club, ada sebuah meja bartender disisi kanan lengkap dengan kursi-kursi didepannya. Terdapat pula meja-meja kayu dengan kursi bundar mengelilinginya. Diujung ruangan  terdapat dua buah pintu dengan salah satu berlambang palang merah dan diantara kedua pintu itu terdapat papan elektronik besar yang sepertinya bertuliskan nama-nama , mungkin nama yang ada didalam ruangan ini, terdapat 100 nama dan nomor 101 berkedip-kedip walau masih belum bertuliskan apa-apa, juga terdapat tangga disisi kanan ruangan yang langsung menuju ke tingkat atas dimana terdapat beberapa pintu lagi. Disalah satu meja terdapat seorang pemuda dengan layar-layar hologram mengelilinginya. Dan dilantai atas aku melihat seorang gadis dengan telinga kucing menatapku dengan penuh rasa ingin tau. Aku seperti berada di dalam sebuah anime. Begitu aku melangkah masuk, pintu dibelakangku menutup dan menghilang, hingga hanya tinggal sebuah dinding kayu.
Aku mulai berpikir jangan-jangan aku salah masuk kesini, tapi lebih baik beramai-ramai daripada ga bisa keluar dari dunia ini seorang diri.
Seorang gadis berambut pendek dan membawa tas bergambar tuts piano datang menghampiriku
“selamat datang, baru pertama kali yah masuk kesini?” ujarnya ceria
Aku menatap gadis itu, ga ada pandangan kosong kaya android-android yang menjemputku.
“Hmm? Knapa? Ada yang salah?” tanyanya.
“oh, gak,” jawabku “Cuma kaget aja.. kamu manusia kan?”
“hu uh, sama kaya kamu kok, disini ini semua yang terjebak didunia ini, dan aslinya kita semua manusia,” ujarnya sambil tersenyum
“terjebak?”
“Aku sudah 3 bulan berada disini, banyak yang sudah lama sebelum ku, pada awalnya panic sih, bosen juga tapi karena disini makin banyak yang datang, jadi ga terlalu terasa.”
Aku hanya terdiam. Jadi benar aku ga bisa keluar lagi ke dunia nyataku.
Gadis itu menatapku dan buru-buru berkata, “Tapi tenang saja, kami sedang mengusahakan cara biar kembali lagi kedunia nyata kok. Lama-lama berada disini juga ga betah.”
Aku hanya tersenyum, Yah, aku juga ga mau terjebak begini. Bisa-bisa aku diamuk orangtua ku kalo 3 bulan tanpa kabar.
 “oh ya, kita belum berkenalan, Nama nickqu Gyaboo, kalo kamu?” Gadis itu mengulurkan tangan
Aku berpikir sejenak, ga mungkin aku mengatakan nama asliku kan. Toh gadis itu bilang juga kalo itu nama nicknya. Aku lalu teringat satu nama.
“Tezuka Ayumu. Mudah-mudahan kita bisa jadi teman baik yah disini,” aku menjabat tangan Gyaboo.
“pasti,” ujarnya senang
Aku melihat ke arah papan elektronik besar itu dan di nomor 101 tertulis nama nickku. Berarti aku sudah terdaftar di tempat ini, Mudah-mudahan aku ga salah pilih.
“Yosh..” gadis berkuping kucing yang dari tadi mengamatiku meloncat turun dari lantai dua, dan mendarat dengan tanpa suara di lantai kayu. Aku baru sadar kalau gadis itu mempunyai ekor kucing pula. “akhirnya tim kita bertambah satu orang lagi, lebih banyak lebih rame, ya kan SInc?” tanyanya kepada pemuda yang dikelilingi layar hologram.
“terserahmulah” jawab pemuda yang dipanggil sinc itu.
Gadis berkuping kucing itu menghampiriku, “ tenang aja Tez, disini orangnya baik-baik kok, yah ada beberapa yang agak gak waras tapi masih dalam batas normal kok,” ujarnya tertawa.
“dia hanya bercanda,” bisik Gyaboo
Aku hanya tersenyum, gadis kucing ini lucu juga.
“Aku Nigihayami, tapi boleh panggil aku Nigi aja kok Tez.” Nigi lalu berbalik dan berteriak “WOY, Diem dikit napa!!” Suaranya kencang dan langsung mebuat satu ruangan terdiam.  “Kita ada temen baru nih, sapa dulu dong,”
Seperti  sebuah koor, semua orang langsung berkata “Haiii..”
Dengan sedikit malu, aku menjawab balik, “hai”
“nah gtu kan lebih bagus,” ujar Nigi sambil mengibaskan tangannya. Dan sedetik kemudian semua orang kembali pada aktivitas mereka semula, ruangan pun kembali riuh
“selamat datang di anime Fans Tez, aku yakin kamu akan punya banyak teman baru disini,” ujar Nigi sambil melangkah pergi dengan ekor kucingnya mengayun setiap dia melangkah.
Sekarang aku yakin bahwa aku telas salah eh maksudku ga salah lagi milih tempat ini.


CHAPTER 2
WELCOME TO THE JUNGLE OF ANIME FANS
 
Perkenalanku yang telah sedikit dibuat heboh oleh si gadis kucing dengan suara kencang, Nigihayami, membawaku berkenalan dengan para penghuni ajaib lagi di Guild ini. Yah daripada menyebut ruangan atau perkumpulan mending aku pakai kata Guild aja deh.
Gyaboo, gadis ceria ala Nodame ini mengajakku berkeliling.
“Pintu yang ada tanda palang merah itu, klinik kami, saat ini kami punya 1 perawat  dan beberapa tenaga pembantu,” tunjuk Gyaboo
“Klinik? Mang kalian bisa sakit juga disini?” tanyaku
“Selain sakit biasa, kadang kami juga terluka di war ato karena  game online,” jelas Gyaboo
“Disini ada war juga?”
“Yah terkadang ada juga orang-orang yang menyerang ke sini, terutama karena bisa dibilang kami ini para pemberontak, “ ujarnya tertawa kecil.
“Kemudian, pintu itu menuju ke ruangan tidur masing-masing,” tunjuk Gyaboo ke pintu lain. “ Kamarnya dibagi menurut nomor urut masing-masing,” jelasnya sambil melihat ke papan elektronik besar di atas kami.
“berarti kamarku di nomor 101 yah,” ujarku
Gyaboo mengangguk.
“nah, dilantai dua, ada ruang pertemuan,” ia menunjuk pintu kanan di lantai dua, “ruang persenjataan,” ia menunjuk pintu sebelahnya, “dan ruang eksperimen. Segala macam eksperimen dari yang beneran sampai yang sangat ngaco dilakukan disana,” tunjuk Gyaboo ke pintu disebelah kiri di lantai dua. Pintu itu ditulisi symbol tengkorak dan tulisan “Yang Ga punya Urusan Mending Jangan Masuk”
“Ruangan disini Cuma ada itu aja. Jadi tour kita selesai, kalo gitu aku kenalkan pada yang lain yah? Mau?” Gyaboo tersenyum manis lagi
“Oke,” jawabku, mang susah kalo menolak permintaan dari gadis seimut ini.
“hmm, siapa dulu yah??” Gyaboo tampak berpikir.
“Ah, dia itu mifukuro,” Tunjuknya ke arah seseorang dengan pakaian pelayan. Yang sedang melayani salah satu meja “Biasa dipanggil Mifu.”
“ya, ada apa?” tiba-tiba Mifu sudah ada didekat kami.
Cepat sekali, pikirku. Aku mengamati orang ini, wajahnya cantik, tapi rasanya ada yang aneh.
“Ga ada apa-apa kok, Cuma mau ngenalin ke Tezuka,” jawab Gyaboo
“owh, ya sudah,” dalam sekejap Mifu langsung berada lagi di meja yang ia layani.
“Dia itu…”
“Ga usah heran, belum ada yang tau kalo Mifu itu cewe ato cowo,” ujar Gyaboo sambil tertawa kecil. “sebenarnya, disini banyak orang, tapi mereka sedang keluar semua,” lanjutnya. Ia lalu memandang sekeliling lagi.
“nah, dia itu bakadayo alias Baka teppei,” tunjuknya ke arah seorang pemuda yang memakai jas putih dan sedang duduk dipojok ruangan mendengarkan cerita seorang gadis. “dia itu PelaCur disini.”
“Hah?” aku tersentak kaget
“Maksudnya Pelayan Curhat, dia biasa praktek di pojok situ,” Gyaboo tersenyum simpul. “Semua orang disini pasti pernah memakai jasanya, khususnya cewe.”
“Gya chan,” Sinc memanggil. Memang sih dia berada di dekat kami. Gyaboo langsung menoleh. “Kayanya lebih baik kamu mundur sedikit deh, aku kan ga mau kamu terluka loh.”
Setelah diperhatikan lebih baik, dibalik layar-layar hologramnya, sebenarnya pemuda yang dipanggil Sinc ini cukup yah bisa dibilang cakep lah. Dengan  rambut hitam dan kacamatanya, kalo di dunia nyata aku pasti sudah naksir ma dia.
Kriiiinggg..
Tiba-tiba terdengar bunyi weker yang sangat nyaring. Mifu dengan cepat langsung mengatur meja paling belakang ke arah sisi kanan dan kiri ruangan.
“Ah, sudah waktunya yah, makasih yah sinc” Gyaboo menarikku menjauh dari sinc
“Anytime, Honey,” Sinc lalu terlihat sibuk mengerjakan sebuah program. “Opening portal,” ujarnya
“WOY, yang deket pintu Minggir SEMUA!” suara kencang khas Nigi terdengar. Aku melihat dia tengah duduk diatas meja bar. Beberapa orang yang berada di dekat kami buru-buru menyingkir ke pojok ruangan.
“Suaramu ga usah kenceng gitu napa?” ujar seorang pemuda di dekat Nigi yang sedang menyiapkan minuman, di mulutnya terselip sebatang rokok. Sepertinya dia bartender disini.
“suka-suka aku dong, mulut juga mulut aku sendiri,” protes Nigi
“Tapi bising tau dengernya,” balas pemuda itu
“Ya, ga usah denger,”
“Kalo kamu teriaknya di dekat kuping aku, gimana aku ga mau denger.”
“Brisik ah!” Nigi mencakar wajah pemuda itu.
“Jangan duduk di atas meja, ga sopan,” ujar pemuda itu sambil mengusap bekas cakaran Nigi. Dan lukanya langsung menghilang tanpa bekas
“suka-suka aku dong, mang kamu siapa aku,” protes Nigi
“Aku siram loh ntar, kucing kan takut air,” jawab Hotaru
“Coba aja,” tantang Nigi
“pesanananmu Euka,”
Hotaru menuangkan segelas minuman dan melemparkannya ke arah seorang gadis berambut panjang dengan pakaian sexy yang dengan sigap menangkap gelas itu tanpa ada setetes air yang tumpah, lalu duduk kembali sambil memperlihatkan pahanya dan berkata “sankyu, hota” sambil mengedipkan matanya
Aku menatap ke arah mereka.
“Dia Hotaru Ineos, bartender disini dan cewe itu namanya Eukaristia Razu Lipuli tapi biasa dipanggil Euka,” jelas Gyaboo, “mereka memang selalu bertengkar kok, yah ga cuma Nigi doang sih.”
Beberapa pintu keemasan mulai muncul di dekat meja Sinc, dari masing-masing pintu mulai masuk belasan orang. Masing-masing dengan keunikan mereka.
Ada seorang pemuda yang mengenakan kaos dan celana jins menghampiri kami, “hai, pasti orang baru yah? Tezuka san,” ujarnya
“Darimana kamu tau?”tanyaku
“Itu, nomornya terakhir aku lihat masih 100, dan biasanya Gya ini paling seneng ma orang baru,” ujar pemuda itu.
“Wah, pengamatanmu jeli sekali,” pujiku
“Aku kyu dna, detektif, senang berkenalan denganmu Tezuka san,” ia mengulurkan tangan
Aku membalas jabatan tangannya. “Senang juga bertemu denganmu, Kyu kun”
Kyu lalu menuju seorang gadis yang tengah mendengarkan ipod dan menyerahkan sebuah berkas.
“Dhe, ini yang kamu minta,” ia lalu duduk disebelah gadis itu.
“Itu Dhe bsblover,  yang paling lembut disini, pengamat segalanya juga, termasuk salah satu peneliti kami,” jelas Gyaboo.
Seorang pemuda berkacamata lewat didepan kami sambil membawa sejumlah senjata, dan menaruhnya di meja tempat Sinc duduk. “Sinc, analisis ini, aku mau menambahkan ke item senjata kita,”
“mang aku anak buahmu apa? Ga bisa lebih sopan dikit yah?”
“Oh ya, lupa.. Tolong… agak cepetan dikit,” pemuda itu menatap ke arah kami berdua.
“Yauchi Hiruma ini Tezuka Ayumu, Yauchi ini penanggung jawab persenjataan kami,” jelas Gyaboo.
“Owh, anak baru,” Yauchi hanya melihat sekilas lalu menuju meja bar.
“Hey, kucing, ngapain duduk diatas meja bar, aku mau minum ga bisa nih,” protes Yauchi.
“kalian berdua itu bawel banget deh,” keluh Nigi
“Udah aku bilang kan Nig,” ujar Hota sambil menaruh beberapa gelas di sebuah nampan yang dengan cepat langsung dibawa Mifu ke meja di pojok ruangan.
“Om Yau nih, kalo ga ngegoda Nigi, jangan-jangan gatel-gatel yah?” goda seorang pemuda berambut ikal sambil menghabiskan minumannya.
“Enak aja! Bukannya kamu Der, yang naksir Nigi,” bantah Yauchi
“Wah maaf aja, kucing bukan termasuk tipe favorite saya tuh,” jawab pemuda yang dipanggil Der dengan santai.
“Aaah.. ga kamu ga dernew, keduanya bikin bising,” Nigi berdiri di atas meja bar dan langsung meloncat ke lantai dua tempat dia mengamatiku tadi.
Jarak antara meja bar dan lantai dua sangat jauh, aku kagum aja dia bisa meloncat ke tempat yang jauh seperti itu, tapi mungkin juga itu sudah menjadi bagian kekuatannya.
“yah, kucingnya pergi deh, Om Yau sih,” Dernew menyerahkan gelasnya yang sudah kosong ke Hotaru yang langsung mengisi ulang dengan minuman  yang sama.
“Kok aku sih!” protes Yauchi. “Hota, yang biasa, makanan dah siap belum?”
“Ucun lagi nunggu barang dari Ura katanya, bentar lagi,” jawab Hotaru sambil menyiapkan minuman pesanan Yauchi.
“AWW,” teriakan Nigi membuat hampir semua orang menoleh ke lantai dua. “Panas tau, Ace! Apa-apaan sih kamu!”
“Lagian kamu duduk ditempatku, ngehalangin pandanganku nih,” Seorang pemuda dengan topi merah muncul dibelakang Nigi.
“Siapa suruh kamu jadi invicible mana aku tau kamu disitu, lagian kan ini masih luas, cari tempat lain sana,” Nigi mengusap bahunya, “untung ga berbekas,” ujarnya lega.
“Cuma disentuh bahunya aja teriak,” Pemuda yang dipanggil Ace berjalan dan duduk di pagar balkon lantai dua, ga jauh dari Nigi.
“tanganmu itu bisa mengeluarkan panas Ace, Pake sarung tangan dong lain kali,” protes Nigi
“Yah, namanya juga lupa,” Ace perlahan-lahan kembali menghilang.
“Ace D. Portgaz, dia mang seneng disana, yang paling mengetahui semua aktivitas anggota kami selama di ruangan ini,” Gyaboo langsung menjelaskan.
Aku mengangguk-angguk tanda mengerti. Ternyata mang unik-unik semua penghuni disini.
Aku lalu mengalihkan pandangan ke arah meja bar, walaupun agak jauh dan suasana ruangan ini agak riuh, tapi aku sepertinya mampu mendengar dengan jelas percakapan Yauchi dan Dernew.
“Ah, kucing itu mang penggembira suasana yah, pasti sepi kalo ga ada dia,” Dernew berkata sambil mengaduk minumannya.
“kamu kangen yah Der,” goda Yauchi
“justru baru mau bilang kalo Om Yau yang bakal kesepian,” Dernew ga mengalihkan pandangan dari minumannya
“Kata siapa??” Yauchi kembali protes
“Jahe lama nih,” gumam Dernew
Saat aku sedang konsentrasi mendengarkan percakapan mereka, tiba-tiba seorang gadis sudah berada didepanku, wajahnya begitu dekat denganku. Karena kaget, aku mundur selangkah.
“ah, anak baru, manis juga, tapi lebih tantique aku loh,” ujarnya tersenyum.
Ternyata gadis itu melayang di udara, saat sedang berbicara denganku dia dengan santainya duduk melayang.
“kenalkan, dia ini..” Gyaboo baru saja berkata tapi gadis itu memotong pembicaraan Gyaboo.
“Biar aku aja, Gya. Saya adalah Jheeea, teleporter anda,” Ia membungkuk hormat.
“Teleporter?” tanyaku
Jheeea menjejakkan kakinya dilantai. “benar sayang, kalau kau ingin pergi  kemana saja tanpa harus menunggu portal, hubungi saja aku yang tantique ini. Tapi dengan biaya tentunya,” Jheeea tersenyum dan menyentuh hidungku lalu menghilang. Ia lalu muncul dibelakang Dernew.

masih berlanjut....

PROLOGUE

PROLOG

Pernah ga sih kamu merasa bosan dengan kehidupan kamu sekarang ini? Berkhayal seandainya saja dapat menjadi orang lain, di dunia yang berbeda tanpa ada yang mengenali atau tau siapa diri kita??
Pemikiran itu selalu ada dalam kepalaku. Yah, bisa dibilang aku merasa bosan dengan hidupku yang biasa saja, yang selalu aja dipenuhi dengan rutinitas biasa, dengan orang-orang yang biasa. Keluargaku pun biasa-biasa saja. Orang tua yang bekerja dari pagi hingga malam, adik yang punya kehidupan sendiri dan seekor kucing yang hanya datang menghampiri aku saat perutnya lapar. Hampir sebagian besar waktuku dihabiskan di depan layar computer, bermain game, atau hanya sekadar chatting, dan hanya keluar kamar pada saat makan, kuliah, pertemuan keluarga dan mandi.

Yah, aku selalu berharap agar hari-hari membosankan ini segera berlalu, jadi salah satu karakter game pasti enak, pikirku sambil membayangkan betapa enaknya jadi seorang elf atau warrior dalam sebuah game. Tapi aku ga tau kalau mungkin saja harapanku akan jadi kenyataan.


Udara sejuk  dari ac kamar langsung menyergapku saat aku membuka kamar. Segarnya…
Diluar memang cuacanya sedang panas-panasnya. Kamarku ini mang udah kaya oasis di padang gurun. Segera setelah aku melempar tas ke tempat tidur, seperti biasanya, aku langsung menyalakan computer.  Sambil nunggu loading, aku berencana mau mandi dulu biar lebih segar lagi.
Tapi saat aku hendak menuju kamar mandi, aku melihat ada icon email masuk di komputerku.
Aneh, pikirku, email kan jarang-jarang aku buka, lagian juga perasaan tadi ga login ke Yahoo Mail deh.
Iseng-iseng aku buka email itu dan aku baca isinya
Hi there,
You have been chosen to experience the one and only demo of the newest virtual reality game online. Feel  the sensation of being inside of a game
Click here if you have the guts!
Hmmmm..
Nah ini makin aneh aja, virtual reality game online, mungkin kalo orang  biasa saja, email aneh kaya ini pasti dah didelete. Tapi aku penasaran. Iseng-iseng aku klik .
Click
Tak berapa lama hape ku berbunyi.
Terdapat sms dari nomor tak dikenal.
“Selamat anda telah setuju untuk mengikuti demo dari Virtual Reality game Online. Ketik Ya untuk melanjutkan atau anda dapat mengabaikan sms ini”
Hah? Kenapa dari email bisa tau nomor hape?? Aneh banget.
Perasaan ku sebenarnya udah mulai curiga, tapi rasa penasaran dan terkejut yang aq alami, mengalahkan semuanya. Aku lalu membalas sms itu.
YA
Pesan terkirim
Gak berapa lama, hape ku berbunyi lagi. Sms dari nomor yang sama
“Terima kasih anda telah mengikuti Virtual Reality Game Online. Penjemputan akan dilaksanakan besok pagi pukul 10. Mohon agar tidak terlambat”
Penjemputan? Apalagi ini, pikirku
Aku mencoba menelepon nomor itu, tapi malah tidak tersambung, aku kirim pesan lagi, malah gagal.
Aku sudah melupakan niatku buat mandi, dan malah duduk depan computer mencari game online yang dimaksud, tapi sama sekali ga ada berita apapun. Aku bahkan nyoba nyari ke forum-forum internet tapi juga ga ada jejak apa-apa.
Apa mungkin itu Cuma ulah iseng kali yah, pikirku
Pasti Cuma ulah iseng, apalagi coba kalau bukan itu.

Aku kembali tidak mempedulikan email dan sms aneh itu dan melanjutkan kegiatan rutinitas harianku, yaitu chatting dan main game online.
Aku belum tau kejutan yang akan aku terima esok harinya

Suara ketukan eh lebih tepatnya gedoran pintu membangunkan aku yang masih setengah berada di alam mimpi.
“yaa,” aku bangun sambil ngucek-ngucek mata, jalan sempoyongan ke arah pintu kamar.
Begitu aku buka pintu, adikku yang sedang smsan lengkap dengan earphone yang masih menempel ditelinganya langsung buka suara, “ada tamu tuh, mau jemput katanya,” dia lalu pergi persis kaya tukang pos yang udah ngasih surat lalu berangkat ke tujuan selanjutnya.
Aku segera menuju ke ruang tamu, ternyata beneran ada cowo dengan seragam biru bertuliskan VR sedang duduk di kursi tamu.
Begitu melihat aku, dia langsung berdiri, dan belum sempat aku berkata apa-apa, cwo itu sudah tersenyum manis dan bicara duluan, “ saya dari Virtual reality Game Online datang untuk menjemput anda, mohon segera bergegas,”
Dengan tatapan heran aku melihat kearah cwo itu.
“saya harap anda bergegas, kita hanya punya waktu 10 menit dan 12 detik,” kata cwo itu sambil tetap tersenyum.
Aku makin mengerutkan kening, oke, aku yang aneh, ato mang android sudah diciptakan tanpa setahu kita.
“saya ulangi, mohon bergegas karena…”
“oke-oke, “ jawabku. “sebentar”
Aku lalu menuju kamarku, tapi aku sempat melihat ke arah cwo itu, dia kembali duduk dengan pandangan kosong, bahkan minum yang dah dibuatkan pembantuku ga disentuh sama sekali.
Aku mandi dan berganti baju lalu membawa tas yang biasa aku bawa.  Kalau mang cwo itu android, pasti ada hal-hal lain yang lebih hebat lagi.
Jangan-jangan aku dijemput oleh kendaraan super canggih, atau minimal motor yang biasa dipakai oleh Kamen Rider gitu, tapi ternyata kendaraan kereta kencanaku Cuma motor sport biasa.
Kami melaju melalui jalanan protocol Jakarta, dan entah kenapa cwo ini sepertinya tau semua jalan-jalan di Jakarta termasuk jalan tikus soalnya kami sama sekali tidak menemui kemacetan yang biasanya ada di setiap sudut Jakarta. Atau mungkin saja karena dia android jadi semua peta jalan dah dimasukin ke dalam otaknya. Sampai akhirnya kami sampai di sebuah bekas bandara yang dirubah jadi arena pameran terbesar di kota ini.
Anehnya, hampir semua motor yang datang mempunyai spesifikasi yang sama. Dan hampir semua  pengemudinya mengenakan seragam biru bertuliskan VR, persis seperti konvoi tapi dengan motor yang sama dan warna yang sama pula.
Begitu aku turun dari motor, seorang gadis dengan pandangan yang sama kosongnya dengan cwo tadi, tersenyum menyambutku dan melepas helm dari kepalaku, “selamat datang, silakan masuk ke dalam, kami sudah menunggumu,” Gadis itu lalu menuju ke motor dibelakangku dan mengatakan hal yang sama.
Oke, jadi disini ga cma ada android cwo tpi juga ada android cwe. Jangan-jangan didalam ada alien lagi, pikirku geli.
Aku lalu masuk kedalam gedung, tapi ternyata tidak ada yang mencurigakan, hanya sebuah panggung terdapat di depan, dan lusinan meja pesta beserta kursinya beralaskan taplak meja putih dan terdapat sejenis minuman diatas meja-meja itu. Susunannya mengingatkan aku akan pergelaran pesta Academy Award atau Grammy yang suka ditayangkan di televisi. Didalam gedung terdapat puluhan cwo dan cwe yang bener-bener manusia, karena mereka dengan gembiranya berbicara hingga ruangan menjadi riuh. Dan hampir sebagian besar adalah ABG, sepertinya hanya aku yang sudah dewasa. Aku lalu memilih salah satu meja di pojok dan duduk sambil mendengarkan mp3. Mungkin mang sudah jadi kebiasaan di keluarga kalau kami hidup dengan earphone menempel di telinga.
Ga berapa lama kemudian, ruangan menjadi temaram, dan terdengar suara via pengeras suara yang ada di ruangan tersebut.
“para tamu yang terhormat silakan duduk karena acara akan segera dimulai,”
Orang-orang yang tadi berkerumun, menggosip, dan saling tukar cerita serta pdkt, langsung menuju meja-meja yang masih kosong. Seorang gadis remaja dan seorang cwo yang nampaknya dah kuliah ato kerja duduk semeja denganku. Kami sama-sama saling tersenyum. Yah sekadar formalitas lah.
Di panggung, seorang pria berjalan ke arah podium.
“terima kasih, karena kalian sudah mau datang ke tempat ini dalam pemberitahuan yang singkat. Kalian semua adalah orang-orang terpilih yang mendapat kesempatan langka untuk menguji salah satu produk terbaru kami. Kami yakinkan anda sekalian, bahwa anda akan sangat menikmati permainan ini,” pria itu tersenyum puas, “ sebelum kita memulai demo kita, lebih dulu kita bersulang demi sensasi permainan yang tiada tara” pria itu lalu mengangkat gelas yang ada di podiumnya.
Aku melihat sekelilingku dan hampir semua melakukan hal yang sama. Aku lalu meraih gelas minuman di depanku dan mengangkatnya.
“bersulang”
“Kampai”
Mereka lalu meminum minuman mereka, aku mencoba mencicipi sedikit. Terasa manis seperti sirup. Aku lalu meminum perlahan-lahan. Dan aku mendengar suara pintu dikunci, secara reflek aku melihat ke arah pintu masuk. Pintu itu tertutup, dan satu persatu orang yang ada di dalam ruangan mulai terjatuh pingsan. Aku merasa kepalaku mulai pusing berat aku berusaha bangkit dari dudukku, tapi malah terjatuh ke lantai dan semuanya menjadi gelap.