Kamis, 05 Mei 2011

Intermezzo one more time

OP BGM : PIECES – L’arc en ciel
Aku segera menuju kamarku, tapi begitu aku memasuki kamarku, aku ga merasakan sinar terang atau tiba-tiba terbangun. Aku melihat kamarku. Persis seperti saat aku tadi memutuskan untuk tidur, tapi perbedaannya, aku tidak melihat diriku dimanapun. Tempat tidur terlihat kosong.
Aku menjadi panic dan mulai mencari ke segala tempat, bahkan aku melihat ke bawah tempat tidur, karena aku pikir mungkin saja tubuhku terjatuh dari tempat tidur.
Setelah yakin bahwa tubuhku gak ada dimanapun, aku lalu mencoba kembali rileks, mencoba menenangkan diri.
Aku berbaring di lantai, memejamkan mata, dan berharap begitu membuka mata, aku sudah benar-benar terbangun.
Aku memejamkan mata selama beberapa menit, sambil menarik nafas panjang dan menenangkan pikiranku.
Setelah cukup lama aku kembali membuka mata.
Aku melihat ke sekelilingku.
Sepertinya aku masih berada di kamarku.
Meja tempatku biasa menulis masih ada di sisi kananku, dan aku melihat tempat tidurku di sisi kiriku.
Tunggu…
Meja dan tempat tidur….
Jangan-jangan aku berada di lantai?
Aku segera bangun dari tidurku dan masih mendapati kedua tanganku yang tembus pandang.
Ga mungkin!
Kenapa aku belum kembali terbangun??
Dengan putus asa aku kembali memejamkan mataku dan terus berkata, “bangun, ayo bangun”
Tapi begitu aku membuka mata, aku masih dalam kondisi aku sebelumnya.
Sambil berjalan mondar-mandir dikamar, aku terus berpikir, ‘kenapa aku bisa tetap berada dalam kondisi seperti ini? Apa yang terjadi?’
Berkali-kali aku mencoba memejamkan mata dan tidur. Tapi semuanya tidak bisa membuatku kembali terbangun.
Aku sudah mulai pasrah dan putus asa, ketika pintu kamarku terbuka.
Dhe Bsblover memasuki kamarku. Ia mengenakan kacamata khusus yang sepintas mirip kacamata baca biasa. Ia melangkah menghampiriku yang masih duduk bersimpuh dilantai.
“Mau ikut denganku?” tanyanya padaku
“Aku?” ulangku.
“Ya, sepertinya kami tau dimana tubuh aslimu berada,” ujarnya.
Aku segera bangkit dari dudukku.
“Dimana?” tanyaku.
“Ayo ikut aku,” Dhe lalu berjalan keluar dari kamarku. Aku mengikutinya.
Kami berjalan menuju ruang pertemuan di Lantai 2.
Aku melihat Ace yang sedang duduk terdiam di tempat biasanya. Ia sempat melihat ke arahku. Aku ga yakin apa dia bisa melihatku seperti beberapa orang yang lain. Aku melihat ke arah Dhe yang sedang membuka pintu dan kembali melihat ke arah Ace. Saat itu aku melihat Ace tersenyum. Tapi hanya sesaat saja, karena detik berikutnya, ia kembali duduk serius melihat ke arah para penghuni yang sedang berada di Lantai 1.
Aku memasuki Ruang Pertemuan. Baka Hyde, Yauchi, Sinc Sei, Cherie, Urahara, Shinigami Chan, Shino dan Kyu. Hampir semuanya sudah berada di dalam ruangan kecuali Seiryu yang aku lihat keluar melalui portal sebelum aku kembali ke kamar tidur. Dan hampir semuanya mengenakan kacamata yang sama dengan yang dipakai Dhe.
Sinc sepertinya sedang sibuk mengetikkan sesuatu di layar monitornya, karena aku bisa melihat barisan data yang muncul di layarnya.
“Ini benar-benar hal yang baru,” Baka Hyde buka suara.
Aku menoleh. Aku ingin tau apa yang dimaksud dengan hal baru itu.
“Mang apa yang baru?” tanya Yauchi.
“Bahwa seseorang bisa meninggalkan data fisiknya, dan berjalan seperti hantu,” ujarnya menatap kagum ke arahku.
“Aku lebih suka aku yang biasa,” jawabku
“Sudah banyak kok kejadian seperti itu, tapi yang baru sadar dan bisa bergerak bebas sepertinya baru dia doang,” balas Sinc sambil terus mengetikan data ke layar hologramnya.
“tapi aku ga pernah liad selama ini?” tanya Baka Hyde.
“Itu karena kamu jarang banget keluar dari tempat ini,” balas Sinc
Shino nampak sedang berbicara dengan suara pelan kepada orang lain yang ga berada di ruangan ini. Sepertinya ia seolah menelepon tapi aku ga melihat ia memegang handphone atau alat komunikasi yang lain.
Shino lalu bangkit dari duduknya dan membisikkan sesuatu pada Sinc. Sinc nampak berkata pelan pada Shino lalu mengangguk pelan.
“Posisi tubuhmu sudah kami temukan, tapi karena bergerak terus, agak susah memastikan tempat pastinya,” Sinc berkata kepadaku.
“Lalu?” tanyaku.
“Lalu sekarang aku akan menugaskan tim pengambil untuk mengerjakannya,” Sinc membalas dengan santai.
“Shin, itu tugasmu kan?” ujarnya kepada Shinigami chan
“Nyaaaw, aku kan pengumpul item,” Shinigami chan terlihat protes, “kenapa ga Shino aja?”
“Wah sori, aku cuma informan, ga boleh terlibat pada pekerjaan langsung,” shino menolak sambil tersenyum.
“Nyaaaw,” Shinigami chan masih terlihat tidak puas.
“Apa aku perlu ikut?” Tanya Baka Hyde.
“Ga usah, Nyaw, nanti malah bikin repot ga jelas,” tolak Shinigami chan.
“teganya…” baka Hyde terlihat murung.
“Oke, nyaaw, tapi biar aku sendiri yang menentukan timku,” usul Shinigami Chan.
“Terserah kamu,” jawab Sinc Sei.
Shinigami Chan nampak berpikir sejenak.
Ia lalu berkata, “ Oke Nyaaw, serahkan saja padaku. Aku akan membawa kembali tubuh yang kau minta.”
“data akan tubuh fisiknya tepatnya,” koreksi Sinc
“Ya, apalah. Berikan saja koordinatnya padaku,” balas Shinigami chan
“Sudah kutransfer datanya,” layar hologram di depan Sinc menghilang. “Aku tunggu kabar baik darimu,” ujarnya.
“Kau tidak perlu menunggu lama, aku jamin,” Shinigami Chan keluar dari ruang pertemuan.
Urahara mengeluarkan sebuah boneka sedang dari tas yang ia bawa.
“Aku baru saja menyelesaikan ini,” ujarnya sambil meletakkan boneka di atas meja.
Boneka itu seperti sebuah boneka yang sering dibawa oleh para peniru suara (ventriloquist). Ukurannya agak sedang, Berambut panjang layaknya seorang gadis kecil dan memakai jubah hitam.
“memangnya itu apa?” Tanya Cherie.
“Aku yakin kalau teman kita yang satu ini, tidak akan suka menunggu sampai Shin chan pulang dari tugasnya. Tapi kita juga ga bisa membiarkan keadaannya yang seperti hantu ini berkeliaran diluar sana. Makanya aku menciptakan ini,” jelas Urahara.
“Dan tepatnya fungsi dari boneka ini apa? Selain karena tampangnya yang imut,” tanya Baka Hyde.
“Boneka ini akan menyimpan data keberadaan Tezu, atau lebih mudahnya, dia akan menjadi benda yang dirasuki Tezu,”
“hah?” aku terlihat kaget.
“Kenyataan kalau Tezu adalah sebuah hantu, bukan tidak mungkin dia bisa merasuki sesuatu kan? Maka dari itu, anggap saja kalau ini adalah benda yang dirasuki Tezu,” jawab Urahara.
“Dia itu kan cuma data yang terlihat abnormal saja,” Sinc terlihat tidak tertarik.
“Tentu, tapi kalau dia kita biarkan berkeliaran, bisa saja mempengaruhi keseimbangan data yang kalian atur kan, Sinc?”
“Terserah kamulah,” Sinc menyandarkan kepala di sandaran kursi pertemuan.
“Mang itu bisa berfungsi, Ura?” tanya Yauchi.
“Memangnya aku pernah mengecewakan kalian? Tenang saja pasti berfungsi kok,” jawab Urahara.
“berarti kau belum pernah mencobanya kan?” yauchi berkata sinis.
“Justru itu, silakan kalian hasilnya,” Urahara membawa boneka itu ke dekat tempatku berdiri.
“Sentuh saja dia, Tezu, ga akan terjadi apa-apa kok,” ujarnya
Dengan ragu-ragu, aku menyentuh boneka itu, dan aku merasakan diriku terhisap kedalam.
Untuk sesaat semuanya gelap, dan begitu aku bisa melihat sekelilingku, aku seperti merasa menciut menjadi kecil. Seolah-olah tubuhku menyusut seperti anak kecil. Tapi aku masih bisa melihat sekelilingku dengan sangat jelas. Bahkan aku bisa merasakan apa yg terjadi dibelakangku walau aku tidak bisa melihatnya secara langsung.
Aku bisa mendengarkan apa yg terjadi. Tapi ketika aku mencoba menggerakan tanganku, aku tidak bisa melakukannya.
Sepertinya aku hanya bisa mendengar dan melihat saja.
“Tenang saja, boneka ini ga akan bisa berbuat apa-apa. Ia hanya menjadi wadah bagi data Tezuka aja, Ia bisa melihat dan mendengar dengan jelas, tapi tidak bisa berbuat yang lain,” jelas Urahara.
“Jadi kau akan membawa boneka ini dan langsung mengembalikan data Tezuka ke tempatnya?” tanya sinc.
“Bukan aku tepatnya, tapi timnya shin chan, kan dia yang akan mengambil kembali wadah asli dari data Tezu,” jawab Urahara.
“Kau yakin? Lagipula itu dilakukan bukan di wilayah kita, bukankah itu beresiko terlihat musuh?” tanya Sinc lagi.
“Sangat yakin. Dan masalah orang lain, aku yakin dengan orang-orang pilihan shin chan, masalah itu pasti akan teratasi. Dia mendapat julukannya sebagai Pengambil Item Langka No. 1 bukan cuma omong kosong belaka,” tegas Urahara.
“Aku hanya mengingatkan,” Sinc kembali bersandar.
Tiba-tiba pintu ruangan diketuk. Tak berapa lama Jheea nampak masuk ke dalam
“Shin chan bilang aku harus menemuimu, Ura,” ujarnya agak bingung.
“Oh ya, Jaheku yang tantique, kamu akan menemani shin chan kan? Tolong antarkan boneka ini ya?” ujar Urahara sambil menyerahkan aku.. eh maksudku aku yang berada dalam boneka itu ke Jheeea.
“Aku hanya perlu membawa ini?” tanyanya masih bingung.
“Betul sekali. Kamu bisa kan?”
“wah, jangan meremehkan aku yang tantique ini loh, kalau cuma mengantarkan boneka ini sih masalah gampang.” Jawab Jheeea penuh percaya diri.
“Ini saja?” tanyanya kemudian
“Ya, itu saja,” jawab Urahara.
“Baiklah, aku permisi,” Jheeea lalu keluar dari ruangan sambil membawaku, eh, boneka yang ada diriku.
Saat melewati Ace yang masih saja duduk di balkon lantai 2, aku bisa melihat dia menatap ke arahku dengan wajah agak bingung.
Kami menuruni tangga dan bergabung dengan Shinigami Chan yang menunggu di dekat portal.
“Bntar nyaaw, mereka belum datang,” ujar Shinigami chan.
Aku jadi bertanya-tanya, seperti apa sih tim yang dibawahi Shinigami chan, yang katanya Pengambil Item Langka No. 1
ED BGM : BUTTERFLY - Smile

Intermezzo part 3

OP BGM : KIZUNA – ORANGE RANGE
Aku menatap ke arah Nchex Rage yang masih duduk disampingku.
‘Apa dia bisa mendengarku?’ pikirku
“Ada yg kau butuhkan?” ulangnya sambil kembali menghisap rokoknya.
“Kau bisa mendengarku?” tanyaku
Nchex Rage hanya tersenyum.
“Apa dia masih kecewa ma aku?” Aku menatap ke arah Silvergin
“Masih, tapi dipikirkan juga percuma, ga akan merubah apa-apa, memang faktanya kalau kau ga inget tentang dia. Mending kau pikirkan hal lain yang lebih bermanfaat. Seperti bagaimana kamu bisa mengetahui siapa dirimu sebenarnya,” Nchex berkata dengan suara pelan tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
Aku menatap Nchex dengan heran.
‘Kenapa sepertinya dia tau banyak tentang aku?’ batinku
Aku mencoba menyentuhnya tapi anehnya aku ga merasakan apa-apa. Tidak ada ingatan apapun, atau mungkin karena dalam bentuk seperti ini? Apa mungkin aku harus dalam bentuk fisik asliku?
“Apa kamu pikir bisa menarik ingatanku dalam bentukmu seperti itu? Kamu sekarang hanya sebuah hantu. Keanehan data yang tidak punya kekuatan apa-apa,” ujar Nchex pelan.
Jadi ternyata benar aku ga bisa menggunakan kelebihanku bila dalam bentuk ini.
“Lagipula bukankah itu kesannya curang? Mengintip ingatan orang lain tanpa mereka ketahui. Sama saja kau melakukan cara yang cepat dan ga mau repot,” ujar Nchex
“Tapi kalau aku tanya, pasti mereka ga akan mau jawab,” kilahku
“Kau belum coba kan? Memangnya Yauchi tidak mau jawab waktu kau tanya dia?” tanya Nchex masih dengan nada tanpa emosinya.
“Tidak, sih,” jawabku.
“lalu kenapa kau ga mencoba dulu secara langsung, kalau mereka memang berbohong, kau kan bisa tau dengan menggunakan kekuatanmu. Daripada buang-buang tenaga untuk menggunakan kekuatan yang hanya terbatas 2x dalam sehari. Atau mungkin kau memang sebegitu inginnya lepas dari dunia ini?” Nchex bertanya tanpa menatapku.
“Aku hanya ga mau menambah luka yang mereka derita karena perbuatanku,” jawabku pelan.
“Itu hanya pemikiranmu saja. Dari dulu kamu ga pernah berubah, selalu saja larut dalam pemikiranmu sendiri tanpa pernah bertanya pada yang lain,” balas Nchex.
“Tapi aku sudah membuat Sora dan Silvergin kecewa, aku…. sebenarnya agak menyesal kenapa aku datang kesini,” sesalku
“Hanya karena itu, kamu bisa down? Sepertinya kamu masih lemah seperti biasanya. Bisa ga kamu hidup tanpa ada penyesalan? Kalau memang mengecewakan, maka perbaiki dengan sekuat tenaga, bukan hanya menyesal dan menyalahkan diri sendiri, tapi itu Cuma pendapatku saja. Kan dirimu yang menjalani hidup ini.”
Aku memikirkan kata-kata Nchex. ‘Perbaiki dengan sekuat tenaga’
“Apa aku bisa?” gumamku.
“Semua tergantung niat, kalau bersungguh-sungguh pasti bisa. Dulu kau bisa mengumpulkan kami semua, kenapa sekarang malah ga yakin pada dirimu sendiri?”
“Entahlah, mungkin karena aku bukan aku yang dulu,” jawabku lirih
“Memangnya berbeda? Baik dirimu yang dulu dan sekarang itu tetap dirimu kan?”
“Tapi aku yang sekarang ga bisa berbuat apa-apa. Tidak sekuat dulu,” aku kembali berkata lirih.
“Tez, kau lihat rokok ditanganku? Mau dia tinggal setengah, masih utuh, atau sudah habis, ia tetap menjadi sebuah rokok. Mau ditaruh di bungkusnya, diselipkan ditelinga atau disimpan dalam kantong juga ia tetap sebuah rokok. Kalaupun ia patah menjadi dua, bagi yang membutuhkannya, pasti ia akan digunakan,” Nchex menaruh rokoknya yang sudah hampir habis ditelapak tangannya
“Kalaupun ia terbakar habis seperti ini,” Rokok ditangan Nchex tiba-tiba terbakar tak bersisa, “Asapnya masih bisa tercium. Begitupun manusia, biar ada dimanapun, pasti ada orang yang membutuhkannya. Walaupun ia lemah tak berdaya, pasti ada yang membutuhkan kehadirannya. Karena kita itu unik Tez, biar ditempatkan di lingkungan yang bagaimanapun, kita akan tetap menjadi unik. Walaupun kita berusaha sama dengan yang lain, tapi tetap saja berbeda satu dengan yang lain. Kalaupun kau sudah tidak kuat seperti dulu, maka biarkan orang-orang yang membutuhkanmu memberikan sebagian kekuatannya. Jangan semua kau simpan sendiri dan kau tanggung sendiri. Sekuat apapun dirimu pasti kau akan hancur.”
Nchex bangkit dari duduknya dan kembali berjalan ke arah teman-temannya berada.
“Aku sarankan kau tanya pada Gyaboo, katakan yang sejujurnya pada orang-orang yang menyayangimu,” Sarannya sebelum pergi meninggalkan aku.
Ketiga temannya nampak menyambut Nchex dengan gembira.
“Lama amat sih,” protes Hota
“Aku kan ga mau meracuni kalian semua dengan asap rokok,” jawab Nchex sambil tersenyum.
“Tuh denger Potape, bagus pemikiran kaya gitu, ga kayak kamu merokok di tengah-tengah kerja,” ujar Silvergin.
“Hey, tiap orang kan berbeda,” Hota kembali protes.
“Lebih baik ga ngerokok,” B3rserker ikut menimpali.
“Ikut-ikutan aja nih Beruang,” Protes Silvergin
ketiganya lalu tertawa.
Entah mengapa dalam ingatanku muncul kenangan indah akan kami berempat. Aku berada ditengah-tengah mereka, dan ikutan tertawa.
Aku ingat setiap kami akan menjelajahi suatu ruangan, kami akan berkumpul dimeja itu dan saling mengemukakan usul tempat yang bagus. Hotaru dan Silvergin akan saling mencela tempat masing-masing dan B3rserker akan sok ikut-ikutan. Sementara aku dan Nchex hanya akan menunggu sampai mereka capek sendiri sambil ikut tertawa.
Mungkin ini yang dimaksud dengan Nchex tadi, bahwa ingatanku akan muncul dengan sendirinya atas peristiwa tertentu.
‘Kalau begitu, aku akan bertanya pada Gyaboo, aku akan katakan sejujurnya, mungkin saja ini akan berhasil,’ pikirku.
Bila nanti ternyata berhasil maka aku akan bertanya pada yang lain, termasuk Sora.
Ya, aku akan minta maaf pada Sora dan mengatakan sejujurnya, aku ga peduli dia percaya atau tidak. Aku akan mencoba memperbaiki semua ini.
Aku lalu melangkah ke Ruang Tidur, karena aku yakin dalam kondisiku seperti ini, Gyaboo atau yang lain tidak akan menyadari keberadaanku. Karena seperti kata Shino bahwa hanya orang-orang tertentu yang menyadari keberadaanku.
Saat melewati Counter makanan, aku melihat seorang gadis. Gadis itu sepertinya agak marah kepada Hime yang tengah melayani pemuda yang mengantri di depannya.
“Ga usah sok pura-pura baik deh,” ujar Gadis itu.
“Maksudnya apa, kak?” tanya Hime
“Kamu mau cari perhatian kan ma Aoki. Ga malu ya, sudah ada Soran, masih juga cari perhatian ke cowok lain,” seru gadis itu.
“Aku ma kak Soran ga ada apa-apa kak, beneran,” Hime mencoba menjelaskan kepada gadis itu.
“Alah, ga usah bohong deh,” gadis itu lalu mengambil makanan yang dipegang Aoki, “jangan-jangan makanan ini udah kamu kasih sihir biar Aoki peduli ma kamu lagi?” tuduhnya
“Astaga, demi Tuhan, kak, aku ga mungkin ngelakuin hal seperti itu,” suara Hime terdengar bergetar.
“Kalau bicara tolong dijaga,” seorang pemuda dengan mata kucing tiba-tiba sudah berada didepan Aoki.
“Hey, Aoki, cewekmu mang ga kamu ajarin sopan santun ya?” tanya pemuda itu.
“Sori –kamu1, tapi aku bahkan ga kenal dia itu sapa,” jawab Aoki singkat.
“Ih, Aoki, kok kamu gitu siih, kan kamu janji katanya mau menemaniku mengambil quest,” Gadis itu merajuk.
“maaf, tapi aku ga ingat pernah bilang begitu,” jawab Aoki dingin lalu menyerahkan sejumlah uang ke Hime.
“Tiba-tiba aku jadi ga selera makan disini,” ujar Aoki lalu pergi meninggalkan Counter Makanan.
“Aokiiii, tunggu,” gadis itu mencoba menyusul Aoki tapi ia malah tidak bisa bergerak.
“Kau belum meminta maaf pada Hime,” ujar –kamu1
“Buat apa aku minta maaf ma cewe kaya dia. lepaskan aku ato aku akan teriak nih,” ancam gadis itu.
“Aku ga akan melepaskanmu kalau kau belum minta maaf, terserah kalau kau mau teriak juga,” balas –kamu1
“Beneran nih?” gadis itu sepertinya bersungguh-sungguh akan ancamannya.
“Kak, sudah lepaskan saja dia,” Hime berkata dengan suara pelan.
-kamu1 menggerakan tangannya, dan gadis itu bisa bergerak bebas lalu segera berlari menyusul Aoki.
“kamu ga apa-apa, Hime?” tanya –kamu1
“Makasih kak, aku ga apa-apa,” Hime berusaha tersenyum tapi airmata jatuh menetes dipipinya.
“keterlaluan memang dia, kalau bukan di Ruangan ini, aku akan membuat mereka membayarnya,” geram –kamu1
“Jangan, kak, beneran aku sudah ga apa-apa,” pinta Hime
“Kamu yakin?”
“Ya. Maaf sudah merepotkan kakak,” suara Hime kembali bergetar.
“Hime, ada apa? Katakan saja,” –kamu1 terlihat khawatir.
“Bunda… Bunda sudah kembali, kak,” Airmata kembali menetes di pipi Hime.
“Maksudmu, Kak Tezuka yang dulu menghilang?”
“Ya,” Hime mulai terisak.
“Wah, bagus dong, dia sudah kembali, tapi kenapa kamu bersedih? Atau jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?” tebak –kamu1
“Bunda…. Bunda ga ingat ma aku, bunda… ga kenal aku sama sekali,” Hime mulai menangis.
“Tapi… itu ga mungkin kan? Masa dia ga ingat kamu sama sekali?”
Hime hanya bisa menangis.
Sepertinya sesaat aku melihat kalau –kamu1 ingin memeluknya tapi ia lalu mengurungkan niatnya dan memegang kedua bahu Hime.
“Kau yakin?” tanyanya lembut.
Hime menghapus airmatanya, “ ya kak, tadi pagi aku menyapanya, tapi bunda sedikitpun ga ingat ma aku. Atau bertanya siapa aku.”
“Aku harus menanyakan hal ini padanya, sekarang dia dimana,” –kamu1 melihat ke sekeliling ruangan berupaya mencari aku.
Dia tidak tau kalau aku berada dekat dengannya.
“Aku ga tau kak, sepertinya tadi ia kembali ke ruang Tidur,” ujar Hime disela isaknya.
“Aku harus menemuinya,” gumam –kamu1
Hime terduduk lemas di pojok Counter.
“Bunda ga ingat, kak Soran juga sudah mulai cuek padaku, aku bingung harus bagaimana,” isaknya.
“kau masih punya aku, Hime, aku akan menjagamu, tenang saja,” –kamu1 berjongkok depan Hime.
“sekarang kau tenangkan dirimu, biar aku yang menggantikanmu disini, oke,” hibur –kamu1
“terima kasih, kak,” jawab Hime
Aku melanjutkan langkahku ke Ruangan Tidur. Bertambah lagi satu orang yang harus aku jelaskan semuanya.
Mungkin Nchex benar, pemikiran bahwa mereka ga peduli ma aku, hanyalah pemikiranku saja. Sebenarnya mereka berupaya keras menahan perasaan mereka sebenarnya padaku. Mereka menderita sedangkan aku malah berupaya melarikan diri, dengan mencuri ingatan mereka.
Aku memang curang, aku tidak mau melibatkan mereka, padahal mereka yang paling terluka oleh perbuatanku. Aku menggunakan alasan tidak ingin menyakiti hanya untuk kepentinganku sendiri, padahal kenyataannya aku makin menyakiti mereka.
Saat aku mendekati Ruangan Tidur aku melihat Seiryu yang baru saja keluar dari Ruang Tidur. Ia menghentikan langkahnya tepat didepanku, seolah-olah melihat aku berada didepannya.
Aku bisa melihat ia menatapku sejenak. Aku bisa melihat wajahnya yang nampak bingung tapi hanya sejenak karena ia lalu melangkah agak kekiri seolah-olah menghindariku dan terus berjalan.
Aku melihat Seiryu saat ia berjalan menuju portal dan berpikir, jadi dia bisa melihatku juga. Tapi aku lalu mencoba tidak memikirkan raut wajah bingung Seiryu saat berada didepanku.
Aku harus kembali terbangun. Aku harus mulai memperbaiki ini semua.
Aku segera menuju kamarku.
ED BGM : LITTLE SKY – Fukushi Kentarou

intermezzo part 2

INTERMEZZO PART II THE COMMON ROOM
OP BGM : U’R MY ANGEL – BGM SONG AUDITION AYODANCE
Aku lalu  melangkah mendekati tempat Shino, Sora dan Kangaji yang sedang berbicara.
Aku berdiri tepat dibelakang Shino.
“Mang kamu yakin kalo itu dia, Sora?” tanya Kangaji.
“Aku yakin, Cherie aja kan bilang begitu, Ya kan Shino?” jawab Sora.
“Cherie Cuma bilang kalo dia menemukan data yang sama antara dia dengan Tezuka Ayumu yang dulu, tapi dia belum bisa mastiin itu orang yang sama atau bukan,” ujar Shino.
“Tapi kan kata Cherie juga, ga mungkin kalau dua orang bisa memiliki Code yang sama, Jadi udah pasti kalau dia memang Tezuka Ayumu yang dulu” balas Sora.
“Selama belum ada bukti, aku ga akan mengambil kesimpulan seperti kamu, Sora,” Shino berkata sambil menatap ke arah Sora.
“Kurang bukti apa lagi, coba! Semua dah nunjukin kalo dia memang orang yang sama, hanya saja sekarang dia pura-pura lupa ingatan biar kita kembali kasihan sama dia,” Sora terlihat kesal.
“Aku ga nyangka, kupikir dia orang yang baik, dia selalu ada kalau aku ada masalah, dia juga janji kalau kita bakal keluar dari dunia menyebalkan ini, aku percaya ma dia, tapi ternyata itu semua omong kosong!” Sora mengepalkan tangannya menahan amarah.
Aku ingin sekali mengatakan bahwa yang dia pikir itu salah, tapi kemudian aku ingat kembali perkataan Urahara, kalau aku harus menjaga emosiku. Kalau tidak semua upayaku mencari tau siapa aku sebenarnya bisa sia-sia.
“Tapi Sora, kenapa kamu bisa bilang kalo dia pengkhianat, kan dia cuma menghilang beberapa bulan? Masa gitu aja kamu bilang dia pengkhianat?” tanya Kangaji.
“Bukan karena hal itu Kang, tapi aku dapat bukti kalau dia memang pingin kita semua mati!” Jawab Sora
“Bukti apa itu?” tanya Shino.
“Aku… aku ga punya bukti itu. Maksudku aku ga megang. Orang lain yang megang bukti itu, tapi aku yakin kalau itu benar, kalau memang dia sengaja memberitahu pihak luar kelemahan kita biar mereka bisa masuk dan membunuh kita semua!” Tegas Sora
Shino dan Kangaji hanya terdiam.
Dorongan untuk mengatakan kalau itu semua salah semakin kuat dalam diriku. Aku benar-benar ga tau apa yang mereka maksud. Tapi lagi-lagi aku berusaha menahan perasaan itu. Aku harus bisa menahannya, agar semua ini bisa terungkap.
“Kalian sendiri juga ingat kan, kejadian setelah dia datang kembali kesini? Kita mengalami serangan. Bahkan Sinc aja bilang kalau mereka sepertinya berada dalam satu komando. Mereka mengerti bagian-bagian mana aja yang lemah dari pertahanan kita, bahkan mereka bisa membuka pelindung atas Ruangan Utama. Dan disaat kita semua bertarung, kalian tau apa yang dia perbuat, cuma duduk terdiam di pojok ruangan. Kalau dia memang hebat seperti yang mereka bilang, kenapa dia ga bantu kita?!” saat menjelaskan hal itu Sora nampak sangat kesal.
Perasaan sedih mulai terasa dalam hatiku mendengar perkataan Sora. Tenggorokanqu sepertinya tercekat.
Ga.
Aku ga boleh nangis, aku ga boleh menunjukkan emosi. Aku ga boleh ketauan.
Aku menarik nafas panjang dan berusaha meredam kembali emosi yang aku rasakan.
“Dan semua itu, kamu simpulkan dari sejumlah bukti yang ditunjukkan orang lain?” Tanya Shino
“Mang penting ya, darimana aku tau semua itu?” Jawab Sora kesal.
“Sora, maaf ya, tapi sepertinya kamu sedang terlalu emosi deh,” Kangaji berkata dengan suara lembut.
“Hah?”
“Kangaji benar, sepertinya kenyataan bahwa orang yang paling dekat denganmu tidak mengenalimu lagi setelah menghilang tiga bulan yang lalu, benar-benar telah membuatmu kesal,” Ujar Dernew sambil menghampiri Sora, Shino dan Kangaji.
“Ini ga ada hubungannya dengan itu!” Bantah Sora
“Aku setuju dengan Dernew, kali ini sepertinya pemikiranmu sedang tidak fokus,” shino terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “aku rasa kau perlu istirahat Sora,”
“Aku ga perlu hal itu, aku masih bisa menjalankan tugasku,” protes Sora
“Kangaji,” Shino sepertinya ga mempedulikan protes Sora,” aku minta kamu tolong jagain Sora, jangan sampai dia membuat masalah yang berlebihan,”
“Okey,” jawab Kangaji.
“Apa maksudnya ini, Shino?!” Sora terlihat keberatan.
“Sampai kamu bisa berpikir jernih, untuk sementara kamu diistirahatkan dari tugasmu,” tegas Shino.
“Tapi kamu ga bisa begitu!” Sora masih melancarkan protesnya.
“tentu saja aku bisa, aku kan mendapat wewenang penuh dari Baka Hyde untuk memilih partnerku sebagai pencari Informasi,” jawab Shino
“Memangnya kau bisa mendapat pengganti aku secepat itu?” tanya Sora.
“Aku justru udah dapat, makanya aku berani menggantimu untuk sementara,” jawab Shino
“Hah? Siapa?”
“Dernew,” jawab Shino singkat
Dernew terlihat terkejut, “Aku?”
“Kau sudah mengerti daerah luar kan? Lagipula dengan kemampuan khususnya, aku rasa dia bisa menjadi asset yang bermanfaat. Sebenarnya dari dulu aku ingin mengajaknya, tapi aku masih berpikir kalau dia tidak mau,” jelas Shino.
“Memang sih, aku kurang nyaman kalau berada dibawah perintah orang lain,” Dernew menggaruk-garuk kepalanya.
“Aku bukan atasanmu kok, Dern, kita kan partner,” ujar Shino.
“Hmmm… oke deh, akan kucoba dulu,” Dernew nampak setuju.
“kamu ga ada keberatan lagi kan, Sora?” tanya Shino.
Sora hanya terdiam dan menggigit bagian bawah bibirnya
“tidak,” ujarnya pelan.
“Aku bukannya membela dia, tapi kau juga tau kan beratnya tugas kita sebagai pencari informasi, kita diminta berupaya senetral mungkin tanpa berat sebelah. Makanya kita tidak boleh menggunakan emosi dalam melaksanakan tugas. Tapi kondisimu sekarang ini tidak memungkinkan untuk melaksanakan tugas kita,” Shino berkata sambil memegang pundak Sora.
“Ya, aku tau,” jawab Sora lirih.
 “Nanti kalau kau sudah bisa kembali berpikir jernih, aku bersedia menerimamu kembali,” lanjut Shino.
“Baiklah,” Sora akhirnya setuju.
“Yuk sora, kita hunting item yang bagus,” hibur Kangaji.
Sora dengan agak lemas mengikuti Kangaji menuju portal dan pergi bersama.
“kamu ngapain masih disini, Dern?” Tanya Shino.
“Loh mangnya ga boleh ya?” Dernew balik bertanya.
“Bukannya awalnya kamu mau menemui seseorang?” Shino kembali bertanya.
“Memangnya siapa?”
“Dia,” Shino menunjuk Fuunay yang nampak duduk di salah satu kursi panjang ga begitu jauh dari mereka. Sepertinya ia sedang membaca buku namun sesekali ia melihat ke arah Shino dan Dernew.
Dernew hanya tertawa kecil.
“Sudah temui dia, sekalian bilang soal pekerjaan barumu, soalnya kalian akan susah bersama-sama terlalu sering,” ujar Shino
“Eh… tapi… bagaimana?” dernew terlihat bingung.
“Sudah sana temui, tidak baik membiarkan seorang gadis menunggu, apalagi gadis yang paling spesial,” shino mendorong dernew ke arah Fuunay.
“Thanks,” Dernew berkata  sambil tersenyum dan menghampiri Fuunay.
Aku bisa melihat wajah Fuunay yang bersemu merah saat Dernew duduk disampingnya.
Pemandangan itu sempat membuatku tersenyum juga.
“Kemampuanmu dalam mengendalikan emosi bagus juga,” Shino bergumam pelan.
Aku menoleh ke arah Shino. Jangan-jangan dia juga bisa melihat seperti Urahara?
Aku melihat sekeliling. Ternyata memang tidak ada satu orang pun yang dekat Shino.
Aku kembali menatap Shino dengan wajah bingung.
“Tidak semua orang bisa menyadari keberadaanmu, hanya orang-orang tertentu, jadi kau ga perlu khawatir,” Shino kembali berkata dengan suara pelan. Ia lalu memasukkan kedua tangannya ke saku celananya dan beranjak pergi.
“Lebih baik kau gunakan kesempatan ini untuk mengetahui betapa besar luka yang kau tinggalkan pada kami semua tiga bulan yang lalu, mungkin dengan begitu kau bisa mengetahui seberapa penting dirimu bagi kami semua,” ujar Shino sebelum pergi.
Luka? Aku meninggalkan luka yang besar?
Aku ingat perkataan yauchi saat kembali melihatku lagi, walau dia berkata kalau dia jarang ngobrol denganku, tapi saat aku tidak mengenalinya, dia merasa bimbang. Kalau saja Yauchi yang tidak begitu mengenalku bisa merasa bimbang, seperti apa yang dirasakan oleh orang-orang yang telah mengenalku secara dekat.
Aku juga teringat betapa Len Tsukimori gemetar saat aku mengatakan aku ga mengenalnya. Atau betapa terkejutnya Silvergin begitu tau aku tidak punya ingatan apapun tentang dia.
Aku juga ga bisa melupakan kekesalan Sora, hingga ia mengatakan kalau aku pengkhianat. Sebesar itukah luka yang telah aku perbuat?
Apa mungkin, kebersamaan Nigi dan Hota, cuma sebagai penghibur agar Nigi bisa tetap ceria berada didekatku? Di dekat orang yang mungkin sangat berarti baginya tapi melupakan keberadaannya sama sekali.
Mataku mulai berkaca-kaca. Gejolak kesedihan mulai meliputiku. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Tapi kemudian aku mencoba menahannya, menahan kepedihan dalam hatiku.
Aku harus ingat untuk tidak emosi, aku harus kuat…
Sebagian hatiku merasa sudah tidak kuat lagi meneruskan ini. Rasanya ini sebuah kesalahan. Seharusnya dari awal aku ga usah ikut program ini.
Tapi sebagian hatiku yang lain, ingin meneruskan, ingin tau apa sebenarnya kebenaran dalam program ini. Setidaknya aku ingin tau seperti apa diriku yang dulu.
Aku melangkah menyusuri Ruang Utama.
Aku melihat Cherie yang tengah mengobati Jouz dan Pin di salah satu kursi. Tapi saat diobati keduanya malah sempat saling pukul-pukulan dan berakhir dengan tonjokan ke arah muka oleh Sugar yang menemani Cherie.
“Bisa diam ga sih kalian?!” Sugar terlihat kesal.
Cherie hanya mendesah.
“aduh hidungku… hidungku,” Pin nampak kesakitan
“Adududuh, jangan-jangan gigiku copot nih,” Jouz juga nampak kesakitan.
“Makanya jangan bertingkah kalo diobatin, kalian kaya anak kecil aja,” ujar Cherie.
Ia lalu mengobati kembali kedua orang itu.
Aku juga melihat Eukaristia dan Jheea yang baru saja keluar dari ruang Mandi bersama. Keduanya nampak bercanda. Aku ingat kalau Euka adalah orang terakhir yang bertemu denganku, maksudku, Tezuka Ayumu yang dulu. Sejauh ini kami memang ga pernah berbicara tapi mungkin saja aku bisa menggunakan kekuatanku untuk melihat kenangannya.
Saat akan menghampiri Euka, langkahku terhenti.
Aku melihat Silvergin, B3rserker, Hotaru dan Nchex Rage, sedang duduk bersama di sebuah meja di dekatku. Aku bisa melihat wajah Silvergin yang nampak murung. Tapi ia lalu tersenyum lagi saat ketiga temannya mengajaknya ngobrol.
Aku ingin tau apa yang ada dalam pikirannya, apa ia masih kecewa padaku?
Saat aku mendekati mereka, Nchex lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke arahku. Aku menghentikan langkahku.
“mau kemana?” Tanya Hotaru
“Aku mau merokok sebentar, Hota chan,” ujarnya.
Ia lalu duduk di salah satu bangku tepat disebelah aku berdiri, dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.
“kau butuh sesuatu, Tez?” tanyanya pelan sambil menghembuskan asap rokok
Seperti yang sudah kuduga, dia juga bisa melihatku.
ED BGM : TRICKLING - WHEESUNG

Intermezzo part I

INTERMEZZO PART I THE COMMON ROOM
OP BGM : Baby It’s You - JUNE
Aku mencoba bertanya lagi pada Shino tapi sepertinya ia tidak mau mengatakan hal lain selain yang sudah ia ucapkan. Akhirnya aku meninggalkan Ruang Utama, aku memutuskan untuk kembali ke kamarku. Setelah tuduhan yang Sora tujukan kepadaku, mungkin aku harus mencari tau dari diriku yang lain perihal kebenarannya.
Saat aku melangkah ke Ruangan Tidur, aku mendengar Nigi memanggilku.
“TEEEZZZ, Tunggu! Kamu mau kemana?” serunya.
Aku menoleh
“Aku mau ke kamar,” jawabku singkat
“Temani aku aja, kita ke tempat-tempat lain yang menarik,” ajak Nigi dengan suaranya yang ceria.
Biasanya mungkin aku akan setuju, tapi mengingat apa yang terjadi antara Nigi dan Hota tadi serta kejadian dengan Sora, membuatku tidak bersemangat.
“kamu aja sendiri, aku mau ke kamar aja,” tolakku. Terdengar sedikit nada kesal dalam suaraku.
“Lho, kok begitu? Ayolah, banyak tempat menarik loh,” ajak Nigi.
“Aku bilang, ga mau. Udah deh, jangan ganggu aku,” Ujarku seraya berbalik langsung ke Ruangan Tidur.
Nigi hanya terdiam mendengar kata-kataku tadi.
Sebenarnya aku ingin minta maaf pada Nigi, aku ga bermaksud berkata sekasar itu, tapi egoku membuat aku mengurungkan niatku, mungkin nanti setelah emosiku agak reda aku akan minta maaf padanya.
Aku memasuki kamarku dan langsung merebahkan diri di tempat tidur.
Menjadi orang yang ga tau apa-apa itu benar-benar menyebalkan!
Ditambah lagi ternyata disaat aku tertidur, ada pribadi yang lain yang menguasai tubuhku dan bertindak sesuka hati.
Aku masih teringat perkataan Sora saat menyebutku pengkhianat, dan betapa dia muak melihatku. Tanpa aku sadari, airmataku mulai menetes lagi.
Aneh, aku kan selama ini selalu sendiri dan ga peduli dengan orang lain, tapi kenapa sekarang ini aku gampang sekali emosian, kenapa tindakan mereka yang orang asing bagiku bisa membuatku menangis sedih.
Aku memejamkan mata dan membiarkan airmataku terus menetes. Aku ingin sekali bertanya pada kedua pribadiku yang lain, aku ingin tau kenapa mereka membuatku jadi lemah begini disini.
Aku lalu membuka mata, tapi bukannya berada di ruangan putih yang biasa, aku malah berada di Ruangan Utama. Aku melihat kesibukan yang rutin di Ruang Utama. Tapi sepertinya ga ada yang menyadari aku ada. Bahkan beberapa orang menembus diriku seolah aku hanyalah sesosok hantu yang tidak tampak dimata mereka.
Dalam kebingungan aku melihat sekeliling, aku melihat Sinc yang masih sibuk dengan layar-layar hologramnya. Dhe yang sedang duduk di salah satu meja dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu karena keningnya nampak berkerut saat menatap layar Ipad miliknya. Nigi yang juga sedang duduk di salah satu meja dan tampak kebingungan.
“Ah, sudahlah, daripada aku mikirin itu, mending aku pergi sendiri” ujarnya kemudian sambil melompat turun dan berjalan menuju portal disamping tempat Sinc berada.
Padahal aku baru saja ingin meminta maaf padanya. Tapi aku hanya terpaku ditempat dan melihatnya.
“Sinc, tempat yang biasa,” ujar Nigi.
Saat itu aku melihat Rena juga datang dan menunggu disamping Nigi.
“Pergi juga?” tanya Rena
“Ya, aku banyak pikiran, kalo kamu?” balas Nigi.
“Pedangku bisa karatan kalo ga digunakan,” jawab Rena sambil menunjukkan pedang yang diikat di punggungnya.
“kau benar, kemampuan bertanrungku bisa menurun kalo tidak berlatih,” Nigi sepertinya ingin memunculkan sesuatu tapi langsung dicegah oleh Sinc.
“Jangan pernah berpikiran untuk memunculkan sabitmu disini, kamu tau sulitnya mengatur ulang portal supaya kamu dan sabitmu bisa lewat,” ujar Sinc.
“Ehehe, Sory, kebawa suasana,” Nigi tertawa kecil. Ia dan rena lalu melangkah masuk via pintu keemasan yang menjadi portal mereka.
“Nigi..” bisikku.
“Kendalikan emosimu,” aku mendengar suara Urahara berkata pelan dibelakangku.
Aku melihat sekelilingku dan tidak melihat ada orang didekatku. Aku lalu menatap ke arah Urahara lagi.
“Kalau kau ga kendalikan emosimu, Dhe dan Sinc akan sadar kalau kau ada disini, dan kecurigaan mereka akan bertambah, Tezu,” ujarnya kemudian masih dengan suara pelan.
Aku terkejut, jadi Urahara bisa melihatku?
“Ura, kamu..”
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Urahara sudah menghampiri Hikari Dheean.
“Hika chaaan, aku sudah siap untuk quiz selanjutnyaa,” panggilnya.
Hikari langsung menoleh dan entah kenapa sepertinya sekeliling Hikari langsung bersinar, kalo dalam manga seperti ada cling-cling gitu.
“Ayo, Ura, kita lanjutkan permainan kita,” Hikari berkata lembut sambil tersenyum manis.
“Oookkee,” Urahara langsung mengikutinya.
Belum sempat aku mengejar mereka, tiba-tiba tubuhku diterobos oleh Shinigami Chan.
“nyawww,” ujarnya saat menembus tubuhku. Ia berbaring dan tanpa tersenyum senang. Ia lalu mengambil ancang-ancang untuk kembali menerobosku lagi.
“Hey, tunggu!” seruku.
Tapi hal itu rupanya ga berpengaruh bagi Shinigami Chan, sambil berlari ia tanpa ampun menembus tubuhku lagi.
“Nyaaww,” ia terlihat senang.
“Shin chan, kau kenapa?” tanya seorang gadis berambut biru pendek yang malam itu aku liat di Bar.
“Cuma lagi senang aja, Rie chan, Nyaw,” Shinigami Chan lalu melangkah pergi.
Gadis yang dipanggil Rie hanya terdiam melihat arah pergi Shinigami Chan lalu kembali berjalan ke Counter Makanan.
Aku kembali melihat sekeliling dan melihat Sora, Shino dan Kangaji sedang berbincang di tengah ruangan, aku lalu memutuskan untuk menghampiri mereka.
Ternyata berjalan sambil ditembus orang-orang mempunyai sensasi aneh juga. Kadang aku merasa apa mereka ga merasa apa-apa saat berjalan menembusku. Tapi seperti yang Urahara katakan, aku harus mengontrol emosiku atau Sinc dan Dhe akan sadar kalau aku ada disini.
Saat aku berjalan mendekati Sora, aku mendengar suara pertengkaran di sisi ruangan.
“Jadi itu toh maumu, Pin, ayolah kita duel kalo begitu,” Seorang pemuda tengah berhadapan dengan pemuda lain.
“Alah, kamu paling juga ndak berani toh, Jouz,” balas pemuda yang dipanggil Pin tadi.
“Wetz, sapa bilang, ayo kita lakukan sekarang,” tantang pemuda yg ternyata dipanggil Jouz.
“ayo aja!” balas Pin
“Ayo!”
Mereka saling mengancam sambil mendekatkan diri hingga jarak antara wajah mereka menjadi sangat dekat. Tiba-tiba..
sebuah tonjokkan melayang ke wajah keduanya.
“Dilarang adegan Maho disini! Kalo mau Maho dikamar aja!” ternyata Seiryu yang menonjok keduanya.
“Apa-apan sih Sei,” protes Jouz
“Ya nih, Sei, tiba-tiba nonjok,” protes Pin
“Ini tempat umum, Kalo mau Yaoian di kamar aja, sana,” jawab Sei.
“Lagian kami kan ga ngapa-ngapain beda ma kamu yang jelas-jelas melakukan SM,” balas Jouz
“SM?! Ini bukan SM,” tegas Seiryu sambil menarik tali yang ia pegang. Ternyata tali itu terhubung ke gelang yang mengikat kedua tangan Naru.
“Sei, udah dong, kan aku dah bantuin kamu,” pinta Naru.
“Loh yang janji kan kamu sendiri, aku ga akan ganggu sewaktu kamu berwujud anjing, tapi kalau sudah jadi manusia, aku boleh berbuat sesukaku,” Seiryu lalu berpaling kepada Jouz dan Pin, “dan asal kalian tau, aku ga SM, Narutard itu pembantuku.”
Seiryu lalu berjalan meninggalkan mereka berdua sambil menarik Naru yang terus memohon, “Udah dong, Sei, Lepasin..”
Naru sempat menoleh ke arah Jouz dan Pin, tapi keduanya Cuma bsa berbisik.
“Sori, ga bisa bantu,”
Saat Seiryu dan Naru melewati dekat tempat Sora dan Shino berada, aku bisa mendengar celetukan Shino.
“Hey, Naru masih ga bisa lepas ya dari Sei, mau aku bantu?”
Naru sempat menoleh namun belum sempat ia menjawab sudah dipotong oleh Seiryu.
“diam kau, rejahentaimesumechi!” Dan Sei lalu menarik Naru menjauh.
Shino hanya tertawa mendengarnya.
ED BGM : Kanariya – Ayumi Hamasaki

chapter 6a part 5

Chapter 6a (Exposed)
Opening BGM : Insomnia – Craig David
Aku duduk disamping ranjang tempat Yauchi baru saja menjalani pengobatan.
“aku perlu tau Yau, seperti apa diriku yang dulu, yang membawamu pertama kali ke sini,” ujarku
“Tapi sebelumnya aku mau tau dulu, kenapa dirimu sampai bisa jadi dua begitu?” Tanya yauchi
“Aku juga ga tau,” aku mendesah, “yang aku tau kalau aku dulu pernah berada disini sampai tiga bulan lalu, tapi anehnya aku sendiri ga ingat sedikitpun peristiwa yang terjadi selama aku berada disini, apalagi peristiwa saat aku menghilang.”
“tapi bagaimana bisa?” Tanya Yauchi
“Itu juga aku ga tau, yang jelas sepertinya aku harus bertanya pada orang-orang yang tau aku dulu, mungkin aja bisa membantu aku mengingat semuanya,” jawabku.
“dan kau minta bantuanku?”
“Yah, mengingat kejadian kemarin, aku rasa dirimulah yang pertama yang harus aku tanya,”
“Hmm,” Yauchi nampak berpikir sejenak.
“Jadi kau ingin tau soal bagaimana aku mengenalmu kan?” tanya Yauchi kemudian
“Aku sudah tau, kalau kau bertemu aku di salah satu area Game waktu itu kau menjadi NPC kan?”
Yauchi nampak terkejut waktu aku nyatakan itu, tapi ia hanya terdiam
“Aku ingin tau apa yang terjadi setelahnya,” lanjutku
Yauchi kembali terdiam namun ia lalu berkata, “ saat itu Anime Fans belum begitu besar, kalau tidak salah belum ada lantai dua. Penghuninya juga belum banyak. Setelah aku datang, aku berkenalan dengan Gyaboo, seperti biasa dia itu punya ketertarikan pada penghuni baru, aku juga sempat bertemu dengan Baka Hyde, yang katanya membuat Anime Fans Room, dia dulu belum sehebat sekarang, masih sering membuka buku untuk menghafal mantera.”
“Lalu?” tanyaku
“Aku ingat saat itu ada Endhog, aku ingat dia soalnya dulu sering beradu pendapat dengan Kangaji Tenshi, kemudian ada juga Hyuukaz3, aku ingat dulu dia sering menghilang melulu, katanya sibuk memutar waktu, walau sampe sekarang aku ga tau artinya apa. Dia pun kalo ditanya hanya menjawab lupa,” yauchi tertawa sendiri tapi kemudian kembali terdiam setalah melihat wajahku yang serius.
“Ehm, siapa lagi, ya?” ia nampak berpikir
“Ah ya, waktu itu sudah ada Cherie, dulu dia sering banget merawat orang di ruangan utama, bahkan ada beberapa yang jadi percobaan obatnya yang ga jelas,” Yauchi kembali tertawa, “untung aku ga pernah kena.”
Melihat aku tidak ikut tertawa, Yauchi kembali terdiam.
“Hey, kamu kelihatannya serius banget, santai sedikit,” ujarnya.
“aku hanya berpikir, orang-orang yang kamu sebutkan itu, kenapa pada saat awal bertemu aku, mereka ga menunjukkan tanda kalau mereka mengenaliku?” tanyaku.
“Saat melihatmu lagi, terus terang aku sempat kaget, apalagi waktu Gyaboo mengenalkan dirimu sebagai penghuni baru dan kamu pun tidak menunjukkan tanda-tanda mengenalku, aku jadi ragu-ragu,” jawab Yauchi
“Kalau saja Silvergin tidak mengatakan kalau aku adalah sahabatnya dulu, mungkin aku ga akan melakukan semuanya ini,” ujarku.
“Lagian dulu aku juga tidak terlalu akrab dengan dirimu, hanya beberapa kali ngobrol, yang aku tau dulu kamu sangat akrab dengan Gyaboo dan Bakadayo,” jawab yauchi.
‘Gyaboo dan Bakadayo’ batinku, ‘tapi kenapa saat mereka pertama kali bertemu aku seolah-olah ga kenal aku’
Aku kembali mengingat saat bertemu bakadayo dan Gyaboo.
Aku ingat saat Gyaboo menyambutku dengan senyuman manis dan menyapaku tanpa menunjukkan tanda-tanda kalau dia mengenalku sebelumnya.
Dan aku juga ingat kalau bakadayo sempat menjabat tanganku dan memuji aku sebagai orang baru yang mempunyai potensi hebat.
‘Kenapa mereka bisa berkata seperti itu? Apa mungkin mereka ga ingat siapa aku? Tapi Yauchi saja ingat walaupun pada awalnya dia agak ragu-ragu’, aku terus berpikir alasan-alasan yang masuk akal.
“Oh ya, ada yang aku lupa, saat itu kalo aku ga salah ingat Eukaristia dan Knightmares juga sudah ada. Euka tetap seksi seperti biasa, benar-benar membuatku deg-degan waktu awal bertemu,” ujar Yauchi.
“Siapa Knightmares?” tanyaku.
“Masa kamu ga tau? itu loh, cowok berambut putih yang sering bersama Euka,” jawab yauchi
Aku mencoba mengingat-ingat.
‘Ah ya, mang ada sih cowo berambut putih yang selalu bersama Euka di meja bar, cowo yang selalu bercanda dan membuat Euka tersipu. Jadi itu yang namanya Knightmares,’ batinku
“Yauchi, jadi aku dulu yang membuatmu jadi ahli senjata ya?” tanyaku
“Bukan,” jawab Yauchi
“Heh?” aku agak kaget
“Dulu, kau hanya mengantarku ke Anime fans, dan kau pernah bilang kalau aku ingin tau apalagi kemampuanku aku harus bertanya pada Bakadayo. Aku butuh waktu seminggu sampe akhirnya aku berani bertanya, kalo ga salah selama seharian itu, Bakadayo dan aku ngobrol terus, dan keesokan harinya aku akhirnya memutuskan untuk menjadi ahli senjata, setelah beberapa kali latihan dibimbing Dhe, aku juga bisa mengeluarkan bentuk Mecha menjadi nyata,” yauchi terlihat bangga.
“Dhe, maksudmu Dhe Bsblover?” tanyaku
“Ya, waktu itu dia juga ada,” jawab Yauchi
ia lalu nampak teringat sesuatu, “ Itu dia, dulu Cherie merawat orang di ruang utama karena pada awalnya klinik memang tidak ada, tempat ini dulu dipakai sebagai Ruang Latihan bagi yang baru menyadari kekuatannya. Saat itu yang mengawasi mereka langsung itu Cuma Dhe seorang,” ujarnya
‘Sepertinya daftar orang yang harus aku tanya makin panjang,’ batinku.
“oh ya, yauchi, aku mau tanya sesuatu hal lagi,” ujarku
“Tanya apa?”
“Soal aku menghilang tiga bulan yang lalu, apa kamu tau sesuatu?” tanyaku
“soal menghilang itu ya? Sebenarnya aku ga begitu jelas sih bagaimana, yang aku tau waktu itu Anime Fans sempat mengalami serangan yang hebat, korban yang jatuh ga sedikit. Termasuk aku juga,” Yauchi memperlihatkan luka yang melingkari pergelangan tangannya.
“Luka bekas apa?” tanyaku
“Mecha ku terluka parah dan saat terjatuh bagian lengannya sempat terpotong oleh monster, saat aku meregenerasi bagiannya, aku sudah diserang lagi, jadinya tanganku terluka. Sampai pertempuran berakhir aku baru sadar kalau pergelangan tanganku terluka parah, sampai Cherie harus menjahitnya, dan akhirnya berbekas seperti ini,” jelas Yauchi
“memangnya sangat parah ya?” tanyaku
“Kalo kau bandingkan dengan penyerangan kemarin, kau bisa bilang, kemarin hanya 1/3 nya saja,” jawab yauchi.
“Jadi kau ga tau kenapa char Tezuka Ayumu menghilang?” ulangku
“Ga. Tapi sebelum kejadian itu para petinggi sepertinya sempat ada pertemuan, karena aku ga diundang, aku ga ambil pusing.” Jawab Yauchi
“Petinggi?”
“Baka Hyde, Urahara, Bakadayo, Sinc, Seiryu, Sora, Shino, Cherie dan kalau ga salah waktu itu Nchex juga ikut,” jawab Yauchi
Aku nampak berpikir sejenak.
Selain Sora dan Shino yang belum aku kenal baik, hampir semuanya sudah kutemui dan tidak ada tanda-tanda bahwa mereka mengenalku sebelumnya. Apa mereka lupa? Atau mungkin pura-pura lupa?
“Sudah tidak ada lagi yang ingin kau tanyakan? Aku mau mandi dulu, daripada bengkaknya jadi makin besar nantinya,” ujar Yauchi.
“Ah, ya, makasih Yauchi,” ujarku.
“no problem,” Yauchi turun dari ranjangnya dan keluar dari klinik.
Aku mengikutinya. Saat menuju keluar, aku melihat Cherie yang sedang bercanda dengan Sugar dan tertawa, saat melihatku, ia hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
Aku membalasnya dengan sebuah anggukan singkat.
Rasanya ga bisa dipercaya kalau mereka menyembunyikan fakta bahwa mereka mengenalku sebelumnya. Mereka semua nampak seperti orang-orang baik.
Atau jangan-jangan Nigi juga begitu?
Pikiran itu terlintas dibenakku. Keakraban dengan Hotaru yang tadi sempat kulihat, apa  mungkin karena Nigi juga sebenarnya mengenalku tapi harus ikut berpura-pura?
Tapi kenapa harus berpura-pura?
Aku terlalu sibuk dalam pikiranku sendiri hingga tidak menyadari saat aku keluar dari klinik, seseorang sedang menungguku.
“sudah puas bermain interogasinya?” suara seorang gadis terdengar.
Aku menoleh dan melihat Sora Ryuzaki tengah berdiri bersandar di dekat pintu klinik.
“Apa maksudmu?” tanyaku
“Kau masih bertanya, apa maksudku? Yang aku tanya kau sudah puas bermain interogasi, apa mungkin kau ingin memastikan bahwa tidak ada yang tau perbuatanmu?” Sora terlihat kesal.
“Aku benar-benar ga ngerti apa maksudmu?”
Sora mendekatiku, “dengar ya, aku ga tau apa yang ada dalam pikiranmu, tapi tingkahmu yang pura-pura lupa itu ga akan mempan denganku, kau tau itu kan?”
“Aku ga pura-pura, justru aku pikir kalian semua yang pura-pura,” jawabku agak kesal.
Sora tertawa sinis, “kami pura-pura? Hah?”
Ia lalu mengenggam kerah bajuku, “kau tau aku bisa aja menghabisimu, dasar pengkhianat. Sepertinya perbuatanmu menjual kami semua hingga nyaris mati belum cukup ya?”
“Lepaskan aku!” seruku
Pertengkaran kami rupanya menarik perhatian hampir semua orang yang membuat mereka berusaha memisahkan kami.
Shino datang dan melerai kami
“Sora, sudah lepaskan dia,” lerainya
“Dia membuatku kesal Shino, wajahnya pura-pura ga bersalah, padahal hatinya busuk,” ujar Sora kesal.
“sudah, sudah, kita makan dulu yuk, Sora, nanti kau bisa cerita semuanya,” Kangaji lalu membawa Sora pergi.
“Kenapa sih dia? Tiba-tiba nuduh aku penghianat?” tanyaku kepada Shino.
“maaf ya, sepertinya dia masih agak shock karena kau begitu mirip dengan temannya,” Shino memohon maaf padaku.
“Tezuka ayumu yang dulu kan?” ujarku
“Ya, sepertinya karena kepergiannya yang mendadak dan ga ada kabar selama 3 bulan, serta kenyataan kalau kami sering mendapat serangan membuat Sora berpikir semua itu ada kaitannya dengan Tezuka ayumu yang dulu,” jelas Shino
“Tapi kan mungkin aja itu kebetulan,”
“Masalahnya, dasar dari pembuatan pelindung dan portal ini semua dilakukan bersama-sama dengan Tezuka ayumu yang dulu, secara ga langsung dia mengetahui bagaimana dan dimana titik-titik perlindungan kami, dan entah kenapa serangan kami selalu berasal dari titik-titik tersebut,”
“Jadi kau juga menganggap aku pengkhianat?” tanyaku
“Aku ga pernah menuduh tanpa ada bukti, jadi selama bukti belum menunjukkan kalau Tezuka Ayumu adalah pengkhianat, aku ga akan berkata begitu,” Shino tersenyum.
Kenapa semuanya jadi makin rumit begini?
ED BGM : Walking Away – Craig David