Sabtu, 09 Maret 2013

Chapter 9 part 2

Chapter 9 part 2
My Memories.. Is it mine?
Disampingku berdiri seorang gadis. Ia mengenakan kacamata dan rambut pirangnya ia biarkan terurai. Ia mengenakan baju terusan berwarna hitam dan dilapis jaket berwarna putih. Wajahnya dihiasi make up sederhana tapi tetap tidak mampu menyembunyikan warna pucat kulitnya.

"Baru kali ini aku bisa membuatmu terkejut, tezu," ujarnya sambil tertawa geli.

"Kamu siapa?" tanyaku.

"Aku siapa? Jangan bilang kamu lupa padaku, tezu," matanya yang hijau nampak berkilat saat bertanya padaku.

Belum sempat aku menjawab, gadis itu kembali berkata sambil menepuk dahinya, "aduh, bodohnya aku, tentu saja kamu ga ingat. Setelah mengalami hal seperti itu, hilang ingatan pasti wajar."

"Apa maksudmu?"

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita ulang perkenalan kita," tanpa mengindahkan pertanyaanku, gadis itu mengulurkan tangannya.

"Namaku Jyesta, charku adalah seorang Dream Weaver, atau disebut Perajut Mimpi"

Aku menyambut uluran tangannya. Tangannya sangat dingin seperti es.

"Namaku tez..." aku terdiam lalu melanjutkan "ah, tapi kan kamu dah tau siapa aku."

Jyesta kembali tertawa kecil.

Aku lalu menyadari sesuatu, "kenapa kamu bisa ada disini? Aku ini dimana?" tanyaku.

"Ini dunia mimpi, kamu ga sadarkan diri dan sampai disini. Karena aku seorang Perajut Mimpi,  maka daerah kekuasaanku adalah mimpi," ia lalu meletakkan jari di dagunya, "walau ada beberapa mimpi yang begitu gelap dan tidak berani kumasuki. Tapi hampir semua mimpi bisa kumasuki," ujarnya sambil merentangkan kedua tangannya.

"Kamu sendiri yang bilang, aku harus buat char yang unik, kan tez," matanya berbinar sambil menatapku.

"Memangnya aku bilang begitu?" ujarku ragu-ragu

"Haaah?" Jyesta terlihat kaget. "Bahkan hal itu pun kamu lupa?"

Jyesta tampak berpikir. Ia menatapku tanpa berkedip.
Ditatap seperti itu tentu saja membuatku risih. Tanpa sadar aku mengalihkan pandangan dari dirinya.

Ia lalu bergumam sendiri dan mengangkat tangannya. Dalam sekejap ruangan putih tempat kami berada berubah menjadi sebuah ruangan lain.
Kami lalu berada disebuah ruangan dengan meja kerja berwarna coklat tua dan kursi hitam di tengah ruangan. Warna pastel tampak menghiasi dinding. Terdapat sebuah lemari besar di masing-masing sisi ruangan. Kedua lemari itu penuh berisi bermacam buku.

"Ini dimana?" tanyaku.

"Ini.. adalah salah satu kenangan yang aku punya tentang kehidupan dunia nyata kita, Tezu," ujar Jyesta. Sorot matanya menyiratkan kesedihan saat mengucapkan hal itu. "Mungkin ini bisa membantumu mengingat beberapa hal," sambungnya.

Saat menatap ruangan itu, entah kenapa ada perasaan rindu. Padahal aku yakin kalau aku tidak pernah datang bahkan melihat ruangan ini sebelumnya.

Aku melangkah mendekati meja kerja yang ada di tengah ruangan. Entah kenapa tapi aku merasa ada sesuatu yang harus kuperiksa di meja itu.

Diatas meja kerja itu, terdapat sebuah kotak berwarna hitam. Saat aku amati, ternyata itu adalah sebuah harddisk eksternal. Aku langsung mengulurkan tangan untuk meraihnya. Tapi tanganku menembus harddisk itu.

"Kau gila ya?!" aku tersentak mendengar suara Jyesta dan langsung berbalik. Dan saat itu aku melihat, bukan Jyesta yang berbicara, melainkan seorang gadis berambut hitam lurus sebahu dan memakai kacamata. Ia mengenakan jas lab berwarna putih.
Dan yang lebih mengagetkan adalah wajahnya persis dengan Jyesta, hanya warna rambut mereka yang berbeda.
Gadis itu berjalan menembus tubuhku.

"Kamu yakin dengan hal itu?" ujar gadis itu.
Aku menatap ke arah orang yang ia ajak bicara.
Seseorang tampak sedang duduk di kursi hitam, ia sedang menundukkan kepalanya ke bawah meja.
Aneh, padahal aku yakin bahwa kursi itu tadinya kosong.

"Ya, aku yakin," jawabnya.
Aku mengenal suara itu..
Ia lalu menegakkan tubuhnya. Dan aku langsung menatap tidak percaya.
Dia itu aku.. Wajahnya, tubuhnya, suaranya. Bahkan cara ia memakai kerudung pun sama persis denganku. Aku tidak mungkin salah mengenali diriku sendiri.

"Apa maksudnya ini?" Tanyaku kepada Jyesta yang berambut pirang. Tapi ia hanya meletakkan jarinya didepan bibirnya, meminta aku untuk diam.

"Tapi kau tahu kan resikonya? Dia akan marah besar kalau semua ini terbongkar," ujar gadis berkacamata itu.

"Ya, aku sadar, Jyes. Tapi ini sudah kelewatan. Memenjarakan mereka semua disini dan membiarkan mereka tertidur lelap.. Keluarga mereka pasti khawatir," jawab diriku yang satu lagi. Ia nampak mengusap sebuah cincin perak di jari manisnya.

Tanpa sadar aku melihat jari manisku. Tidak ada cincin yang melingkar disana. Mendadak aku merasa sedih, aku ingat cincin itu sangat penting, walau aku tidak ingat siapa yang memberinya. Suara diriku yang lain membuyarkan lamunanku.

"Tapi aku butuh bantuanmu. Setidaknya kalau semua rencanaku tidak berjalan lancar, kau bisa menjadi satu-satunya yang mampu membantuku."

"Tapi.. Apa yang bisa kulakukan?" tanya gadis berkacamata itu.
"Masuk kedalam dunia itu, buatlah char yang unik, kamu bisa konsultasi ke bagian desain, Deris, Reza dan Santi pasti mau membantumu. Aku sudah minta bantuan mereka."

"Lalu apa rencanamu?"

Diriku yang lain memegang harddisk eksternal yang tadi aku coba sentuh.
"Saat ini, Khalil dan Fate sedang mempersiapkan stagenya. Erdit dan Fazari akan mencari jaringan yang aman dari luar dan mereka akan membantu Khalil dan Dwi untuk *hacking main program* agar bisa menyusupkan program ini. Sementara aku akan *login* untuk bertemu Pia dari NHX dan Sherlita serta Stellar dari Manga. Mereka sudah berjanji mau membantu dan melakukan hal yang sama." Diriku yang lain tersenyum sedih, "mudah-mudahan saja ini bukan *login* terakhirku," ujarnya sebelum semuanya menghilang dan kembali berganti menjadi ruangan putih.

"Ternyata kau ingat, Teju," Jyesta tampak terharu.
"Apa maksud semua itu?" tanyaku
"Itu adalah ingatanmu. Aku yakin pasti ada yang bisa memicu ingatanmu. Makanya aku membawamu ke tempat itu," jawabnya
"Tapi itu pasti salah,"tegasku, "aku cuma mahasiswa, tidak mungkin aku bekerja seperti itu!"
"Kamu ga inget, Teju?" Jyesta menatapku penuh tanda tanya. " Semenjak kejadian tiga bulan yang lalu, kamu kan ga sadarkan diri dan koma," sambungnya.

"Bohong! Itu.." tanpa sadar aku berteriak. "Ga, itu ga mungkin. Kemarin aku masih kuliah.. Ga mungkin."
Aku yakin Jyesta pasti berbohong tapi ada bagian dari diriku yang percaya bahwa itu benar.

Tiba-tiba wajah Jyesta terlihat tegang. Ia melihat sekelilingnya.
"Mereka sudah mulai mencariku, kamu sudah ga aman lagi disini. Sekarang, pergilah, Teju. Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi," ujarnya perlahan.

"Tunggu dulu..." cegahku. Tapi sebelum aku sempat berkata lagi, ruangan di sekelilingku menjadi gelap gulita. Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan rasa sakit di lenganku. Aku mengedipkan mata dan terbangun di klinik.

Aku melihat Sugar, Cherie, Arieth dan Ryocha berdiri mengelilingiku.
"Mum" Ryocha langsung memelukku. Sementara yang lain terlihat lega

Sabtu, 02 Maret 2013

Chapter 9 part 1

Chapter 9
My memories.. Is it mine?

Hal terakhir yang aku ingat sebelum aku pingsan adalah ketika Gyaboo dan Arietta memanggil namaku. Setelah itu semuanya menjadi gelap. Tapi ditengah kegelapan itu, aku melihat setitik cahaya. Aku mengikutinya dan mendapati diriku berada di ruangan serba putih. Ruangan yang biasanya aku kunjungi saat aku tertidur atau tidak sadarkan diri.

Tapi ada yang berbeda kali ini, aku tidak melihat diriku yang lain. Juga tidak ada lemari buku tempat aku menyimpan kenangan-kenangan yang aku dapat. Hanya sebuah ruangan putih yang luas dan tak berujung. Tidak ada pintu, jendela atau bahkan warna dinding lain selain putih.

Aku lalu berjalan menyusuri ruangan tersebut, mencoba mencari apakah ada jalan keluar dari ruangan serba putih ini.
Saat itu aku mendengar samar-samar suara seorang gadis.
"Maafkan Ryo, mum. Ryo malah pergi disaat mereka menuduh
mum pengkhianat hingga mum harus bertarung sendiri dan kehilangan semuanya."
Aku melihat sekeliling dan berteriak, " siapa?!"
Tapi tidak ada yang menjawab. Tidak ada satu orangpun yang muncul.
"Apa maksudmu, Ryo?" Terdengar suara gadis yang berbeda dari gadis yang tadi.
"Mum menghapus ingatan kita semua, ariett. Bahkan aku juga. "
"Tapi untuk apa?"
"Sepertinya dia berbuat itu hanya agar dianggap pahlawan sama kalian semua," kali ini terdengar suara seorang pemuda.
"Aku ga terima kamu bicara seperti itu tentang mum, tyo," ia terdengar marah.
"Hey, aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Kalo memang dia menganggap kita semua temennya, kenapa dia harus melakukannya sendiri? Apa dia pikir, kita hanya menghambatnya? Atau mungkin dia hanya ingin mendapat pujian dari kita semua?" balas pemuda itu.
"Jangan pernah bicara seperti itu tentang mum!!"
Lalu terdengar suara gaduh dan seruan beberapa orang. Mungkin mereka coba melerai keduanya.
"Seperti mendengar sandiwara radio ya?" terdengar suara berbisik di telingaku.
Aku menoleh dan sempat mundur beberapa langkah karena kaget.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Chapter 8 B

Seperti yang tadi aku katakan di awal, Jouzen, Cherie, Sugar dan beberapa orang lainnya membawa Tezuka ke klinik. Pada saat itu aku baru saja mau berpamitan kepada Lun4, tapi begitu aku menoleh, dia sudah berjalan menuju counter makanan dengan peri kecilnya yang hinggap di bahunya. Padahal baru saja aku melihat dia duduk disampingku.
Aku lalu berdiri dan baru saja mau berjalan ke arah Zey kay berada ketika aku melihatnya.
Ryo chan baru saja menuruni tangga dari lantai 2 dengan dibantu oleh Shino. Wajahnya pucat pasi dan kedua tangannya menutupi mulutnya, seolah ia tengah menahan tangis.
Tubuhnya nyaris tidak bertenaga, karena ia sepenuhnya bersandar pada Shino untuk berjalan.
Aku kenal Ryo Chan dan ia bukan tipe cewe cengeng yang gampang menangis. Setahuku hampir tidak ada yang bisa membuatnya menangis, tapi kali ini dia bisa tertekan seperti itu, maka itu pasti hal yang sangat berarti.
Atau mungkin itu terkait dengan perkataan Shino soal hidup matinya seseorang. Apa itu seseorang yang sangat penting bagi Ryo chan?
Niatku untuk bertanya kepada Zey Kay hilang sudah, aku malah mengikuti Shino dan Ryo Chan yang tengah menuju ke klinik.
Tapi ini bukan berarti aku iri atau cemburu dengan keakraban mereka. Aku dan Ryo Chan sudah menjadi teman biasa dan hal ini tidak berpengaruh kepadaku, kalau dia mau dekat dengan siapapun. Bahkan terhadap Shino yang sebenarnya aku tidak setujui, karena dia suka mengambil kesempatan ke cewe-cewe (Okay, mungkin aku sedikit tidak suka, tapi itu wajar bagi seorang teman).
Aku terus mengikuti mereka sampai mereka memasuki Klinik
Aku berhenti dan memutuskan untuk tidak mengiikuti mereka. Akan lebih baik kalau aku berada di luar saja. Sambil bersandar di dinding Klinik, aku memutuskan untuk menggunakan kemampuanku.
Konsentrasi.
Dalam bayanganku, Klinik menjadi dua dimensi, aku mendengar suara Sugar, Jouzen, Arietta, Shino, Gyaboo dan Cherie. Semakin aku berkonsentrasi aku bahkan bisa membayangkan dimana saja mereka berada.
“Dia kenapa,” Aku mendengar Cherie bertanya kepada Shino membawa Ryo chan ke klinik.
“Cuma kelelahan sepertinya,” jawab Shino.
“Mom Tezu,” suara Ryo Chan terdengar bergetar, “maafin Ryo, Mom. Ryo ga bisa ngejaga Mom sampai akhirnya jadi begini,” dengan tertatih Ryo chan menghampiri Tezuka yang terbaring di salah satu ranjang di Klinik.
“Ini bukan salah Ryo chan kok,” Arietta menghampiri Ryo Chan dan memegang bahunya.
“Bukan soal itu, Riet. Kalo saja Ryo lebih kuat, semua ini ga akan terjadi. Kalo saja Ryo bisa seperti yang lain, Mom ga perlu menghapus ingatan Ryo, dan menanggung semuanya sendiri,” Ryo chan mulai menangis.
“Maafin Ryo, Mom. Ryo malah pergi saat mereka menuduh Mom pengkhianat, hingga Mom harus bertarung sendiri dan akhirnya… akhirnya… Mom … kehilangan…,”
Tiba-tiba aku merasakan sakit yang teramat sangat dan menyebabkan konsentrasiku hilang, aku tidak sempat mendengar kata-kata dari Ryo Chan tapi aku sempat melihat ekspresi kaget dari semua orang yang ada di Ruangan itu.
Aku membuka mata dan melihat seorang gadis manis berdiri di hadapanku. Rambutnya sebahu dan ia terlihat seperti gadis biasa. Ia mengenakan kaos dan celana jeans. Ia tersenyum padaku dan entah kenapa aku merasa kalau aku pernah mengenalnya.
“Tidak baik menguping pembicaraan orang,” ujarnya. Dan pada saat itu aku baru sadar, bahwa tangannya tengah menembus dadaku. Tepat di daerah jantungku.
Aku mengerang kesakitan. Dan aku yakin kalau teriakanku pasti akan menarik perhatian semua orang di Ruangan Utama. Tapi mereka semua seperti tidak mendengar apapun. Beberapa orang bahkan lewat di dekat kami dan hanya terus berjalan.
“Ada beberapa hal yang belum perlu kau ketahui,” Tyosuke berjalan menghampiriku. “Belum tiba bagimu untuk mengambil peranan disini.”
“Apa…. Mak..sudmu?” tanyaku. Rasa sakit yang kurasakan menyebabkan kesadaranku mulai menghilang.
“Semua ada waktunya, nanti akan tiba giliranmu untuk berperan,” ujar Tyosuke.
“Dan sampai saat itu tiba, lebih baik kau tidak berbuat macam-macam,” gadis itu ikut berujar.
“lepaskan dia, Nda,” Tyosuke berkata kepada gadis itu.
Gadis yang dipanggil Nda itu, melepaskan tangannya dari dadaku. Anehnya tidak ada darah keluar dari tempat tangannya menembus tubuhku. Hanya rasa sakit yang terasa. Aku jatuh bersandar di dinding klinik.
Tyosuke lalu mengajak gadis itu agak menjauh dariku. Mereka Nampak berbicara serius. Aku yakin aku mengenal gadis itu.
Nda…. Sepertinya nick awalnya dimulai dari huruf H
Dengan sisa kesadaranku, aku mencoba mengingat nicknya.
“Jangan membebani dirimu sendiri, biar semua mengalir apa adanya,” aku mendengar suara Sasyachiru.
Ia berjongkok didepanku dan tersenyum, “lebih baik sekarang kamu istirahat,” Sasyachiru kembali mendorong tubuhku secara pelan. Dan aku merasa tubuhku perlahan-lahan menembus tembok. Sebelum pandanganku menjadi gelap, aku sempat melihat Darkness of The Day dibelakang Sasyachiru melambaikan tangan ke arahku.
Dan akhirnya semua menjadi gelap.
Tepat sebelum akhirnya aku pingsan, aku akhirnya ingat nick gadis itu.
Heekary_Nda.
END OF CHAPTER 8

Sabtu, 22 Oktober 2011

Chapter 8a

Aku menghampiri Lun4mari4 yang telah berhasil mewujudkan sebuah peri kecil yang melayang rendah di dekatnya.
“Hai Lun4,” sapaku.
Lun4 hanya menoleh lalu kembali memperhatikan peri kecilnya. Tanpa berbicara satu patah kata pun. Mungkin aku lagi kurang charm dengan para cewe, soalnya mereka sepertinya tidak peduli denganku.
“Ciptaan baru lagi? Memangnya ada yang salah?” tanyaku kemudian, dengan berharap kalau itu akan membuatnya memberi perhatian kepadaku.
“Gitu deh,” jawab Lun4 singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari peri baru ciptaannya.
“Aku bantu teliti deh, gak apa-apa kan?” Dengan percaya diri, aku langsung duduk disamping Lun4.
“Silakan,” jawabnya
Aku lalu ikut mengamati ciptaan terbaru Lun4, walau sudah diperhatikan baik-baik, tapi kesannya tidak ada yang salah dari ciptaannya kali ini. Aku melirik ke arah Lun4. Ia hanya menopangkan wajah cantiknya itu ke kedua tangannya. Sepertinya dia juga merasa tidak ada yang salah pada ciptaannya kali ini.
Menit ke menit berikutnya aku habiskan dengan mencoba mengajak ngobrol Lun4, dan seperti yang sudah diduga, jawaban Lun4 hanya sebatas satu atau dua suku kata.
Tepat pada saat aku kehilangan harapan dan memutuskan untuk mencari makanan, disaat itulah aku melihat dia.
Dia baru saja masuk dari portal, rambutnya masih pendek seperti biasa dan dia mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Di salah satu tangannya, ia memegang sebuah bola yang bersinar.
Wajahnya juga tidak berubah banyak, masih manis seperti dulu, hanya saja sekarang ia lebih kecoklatan, mungkin karena ia sering berada di arena Field.
Sambil setengah berlari, ia menuju ke mejaku. Aku jadi salah tingkah. Walaupun hubungan kami sudah lama berakhir, tapi tetap saja aku merasa agak risih kalau ia melihatku bersama gadis lain.
Oh ya, aku lupa memperkenalkan namanya, Dia adalah Ryo_cha93, gadis yang dulu menjadi kekasih hatiku, bidadari kecilku, belahan jiwaku. (okay, aku memang sedikit mendramatisir, tapi gak apa-apa kan? Namanya juga dulu lagi jatuh cinta)
 Aku mencoba tidak menatapnya, aku sibuk memikirkan alasan apa yang akan kukemukakan padanya.
Ryo_chan makin mendekati mejaku, dan aku makin gugup. Tapi berbeda dari yang aku harapkan, ternyata Ryo chan malah melewati mejaku dan terus berjalan. Ia bahkan tidak berhenti untuk menyapaku.
Aku hanya terdiam dan sedikit merasa kecewa., Sepertinya aku memang sedang tidak mujur dalam berhadapan dengan cewe-cewe. Mungkin ada hubungannya dengan horoskopku hari ini. Sayang tadi aku ga sempat melihatnya.  Aku melihat ke arah Lun4 dan menyadari kalau dia sama sekali tidak menyadari (atau bahkan peduli) dengan salah tingkahku tadi.

Chapter 8

CHAPTER 8 : NAMIKAZE
Aku bukan tipe orang yang akan ikut campur dalam urusan orang lain, tapi kalau tiba-tiba ada orang berteriak di tengah ruangan yang penuh dengan orang ramai, sudah pasti akan membangkitkan rasa ingin  tahu.
Itu yang aku rasakan saat mendengar Gyaboo berteriak, “Mbak Tezu!!”
Aku menoleh dan melihat sosok Tezuka Ayumu, orang yang kini menjadi topic pembicaraan di AF ini, char yang kembali dari kematian tapi tidak ingat apa-apa ( oke, bagian kematian itu memang agak ku dramatisir), jatuh pingsan di depan Gyaboo.
Aku juga sempat melihat Cherie dan Sugar yang langsung menuju TKP tempat Tezuka Ayumu pingsan, dan Jouzen yang entah karena memang ingin menolong atau karena ada Sugar, yang juga ikut menuju tempat yang sama.
Cherie lalu memunculkan sebuah ranjang dorong, dan –kamu1, Jouzen, Sugar dan Cherie lalu berusaha mengangkat Tezuka Ayumu ke ranjang dorong dan membawanya ke Klinik.
Arietta mengikuti di belakang mereka.
Untuk sesaat keadaan di Ruang Utama sempat hening. Benar-benar hening. Sampai aku merasa kalau saja ada yang menjatuhkan jarum akan terdengar dengan jelas. Sayangnya itu hanya sesaat, dan yang kumaksud adalah benar-benar sesaat. Kurang lebih 5 detik. Setelah itu Ruangan Utama kembali bising, dan semua orang kembali beraktivitas seperti seolah-olah tidak ada yang pernah terjadi.
Tapi sebelum aku kasih tau kelanjutannya, lebih baik aku ceritakan awal mulanya kejadian ini.
Perkenalkan, Nickku Namikaze_dfn. Tapi semua orang lebih senang memanggilku dengan sebutan Depin.  Aku sudah berada di AF cukup lama, dan aku menempati kamar No. 69.
Soal nomor kamarku itu, Jouzen dan Knightmares sering bercanda bahwa penghuni kamar 69 pasti berpikiran mesum. Dan untuk diketahui, aku bukan orang mesum.
Dikamarku bahkan tidak ada poster artis AV, atau majalah Playboy atau bahkan koleksi film khusus 17++ di PC. Bukan karena aku tidak suka hal-hal seperti itu, tapi koleksi-koleksi tertentu kan butuh tempat yang khusus juga.
Oh maaf, kita tadi sedang membicarakan soal awal mula Tezuka Ayumu pingsan kan?
Hmm, awal mulanya sebenarnya ketika aku memutuskan untuk keluar kamar dan menyusuri lorong Ruang Tidur yang panjang sekali.  Bagaimana tidak panjang, soalnya kan masing-masing sisi ada 50 kamar dan terus bertambah.
Sebelum nanti aku malah bercerita tentang siapa saja penghuni masing-masing kamar, lebih baik kita kembali ke cerita awal.
Seperti yang aku bilang, saat itu aku sedang santai menyusuri lorong Ruang Tidur sambil menyapa beberapa orang. Apa perlu kusebutkan siapa saja?
Hmm, aku menyapa cc.riby yang baru saja keluar dari kamarnya, walaupun dia tidak membalas sapaanku.
Aku juga menyapa Darkness of the day, yang seperti biasa baru kembali dari kegiatan malamnya. Satu hal yang perlu aku sebutkan soal Darkness of the day. Kalian pasti bisa mengenali dia kalau bertemu di siang hari, soalnya di sekelilingnya dalam radius 1 meter akan menjadi gelap gulita. Makanya dia lebih senang berpergian saat malam hari.
Aku juga melihat Knightmares yang baru saja keluar dari sebuah kamar. Dan yang membuat aku kaget adalah, dia bukannya keluar dari kamarnya sendiri melainkan keluar dari kamar Eukaristia, pacarnya.
Aku memang tahu kalau Knightmares itu termasuk yang punya pikiran mesum (jangan tersinggung, lho), tapi sampai menginap di kamar cewe?!

Lanjutan chapter 7b

Seperti kali ini, Lun4 nampak merasa puas dengan hasil karyanya. Ia membentangkan kertas gambar di hadapannya. Kedua tangannya berada di atas hasil karya yang baru ia gambar beberapa saat lalu, seolah-olah hendak menarik gambar itu keluar dari kertasnya, Dari kertas gambarnya, perlahan-lahan muncul sebuah bentuk. Awalnya terlihat samar-samar tapi kemudian menjadi semakin jelas. Kali ini Lun4 memunculkan sebuah peri kecil. Tubuh peri itu bersinar indah dan sepasang sayap kecil terlihat dari punggung peri itu.
Lun4 lalu meneliti detail dari peri yang baru ia ciptakan saat peri itu melayang rendah di hadapannya. Pada saat yang bersamaan, Depin menghampiri meja tempat Lun4 berada. Mereka sempat berbincang sebentar. Kemudian dengan tersenyum lebar Depin duduk di sebelah Lun4.
Ace menatap ke arah portal. Sebuah pikiran melintas di benaknya tapi ia lalu berkata dalam hati, “mereka tidak mungkin menemukannya secepat itu.”
Saat ia akan mengalihkan pandangannya, pintu portal bersinar, pertanda bahwa akan ada yang memasuki ruangan AF. Dengan penuh rasa penasaran Ace memperhatikan pintu portal.
Dari pintu portal muncul seorang gadis berambut pendek  dengan memegang sebuah bola sinar di salah satu tangannya. Gadis itu Ryo_cha93 menghampiri meja tempat Yauchi Hiruma sedang menunggu, sepertinya mereka berdua ada sedikit transaksi, karena Yauchi Nampak mengeluarkan sebuah alat yang dilengkapi dengan sebuah pena kecil. Alat itu disebut E-cash, alat yang digunakan untuk bertransaksi di dunia ini, bisa barter atau bahkan jual beli.
Ace kembali mengawasi ruangan utama. Ia mengambil sebotol minuman dari tas ransel yang ia letakkan disampingnya. Tas itu menyimpan hampir  sebagian besar ransum makanan dan minuman yang biasanya ia beli saat ia turun ke Ruang Utama.
Ia juga mengambil beberapa kamera mini dan menaruhnya di balkon. Ace lalu turun dari balkon dan memasuki Ruang Pertemuan. Ia lalu duduk bersandar di salah satu kursi. Ace memang  biasa menggunakan Ruang Pertemuan sebagai markas kecilnya, tapi hanya bila ruangan itu tidak dipakai.  Sebuah layar hologram muncul dari tengah meja. Di layar tersebut muncul beberapa layar-layar kecil seperti layaknya kamera keamanan.  Diantaranya ada layar yang menayangkan keadaan di bagian kanan Ruang utama, termasuk daerah pintu keluar Kamar Mandi Bersama. Lalu ada juga layar yang menayangkan keadaan di bagian kiri Ruang Utama termasuk daerah dekat pintu portal. Dan yang terakhir ada layar yang mengawasi area menuju Ruang Tidur, dan Klinik.
Di salah satu layar Ace melihat Shino sedang berbicara dengan Ryo_cha93. Ace memunculkan sebuah layar hologram baru di dekatnya dan memindahkan layar yang menampilkan Shino ke layar yang baru ia munculkan.
“Aku mau minta pertolonganmu,” terdengar suara Shino

Chapter 7a : Ace ..... continue

OP BGM : CHASSIS – The Gazette
 “Apa mungkin mereka sudah tau perbuatan orang itu?” Ace bertanya-tanya.
Shinigami Chan dan Jheeea yang sedang membawa boneka nampak berdiri di dekat portal. Sepertinya mereka sedang menunggu seseorang.
Dari arah Ruang Tidur, Ace bisa melihat kalo Suko_Gaara dan Yu_sakur4 berjalan menemui Shinigami Chan di dekat portal. Pada saat itu, kelompok kecil itu bertemu dengan Seiryu_Kawaii yang baru saja masuk melalui portal, keduanya sepertinya sempat berbicara sebentar, lalu kelompok itu pergi melewati portal, sementara Seiryu kembali menuju ke Ruang Tidur.
Pintu Ruang Pertemuan di belakang Ace kembali terbuka. Kali ini para petinggi satu persatu mulai turun dan kembali melanjutkan aktivitasnya kecuali Shino yang berdiri bersandar pada tembok dibelakang Ace.
Sinc keluar paling akhir dan menyerahkan sesuatu kepada Shino.
“Ini data semua yang menggunakan portal kemarin dan hari ini,” ujar Sinc saat menyerahkan micro chip ke Shino.
“Aku ga akan bertanya tentang siapa yang kau curigai, tapi begitu dugaanmu terbukti, aku ingin jadi yang pertama tau soal ini, mengerti?” lanjut Sinc
“Kami mengerti,” jawab Shino.
Sinc lalu turun ke Ruang Utama dan kembali melanjutkan kegiatannya.
“Aku akan menganalisa ini dengan Dernew, kalau ada hasilnya aku akan memberitaumu,” ujar Shino.
“Thanks,” jawab Ace.
Shino terdiam sejenak, sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia lalu mengurungkan niatnya dan langsung menghilang.
Ace memperhatikan Ruang Utama dan melihat Shino muncul didekat Dernew yang sedang mengobrol dengan Fuunay. Walaupun mereka sedang berbicara berdua tapi Fuunay terlihat sangat sedih. Ia terus meremas kedua tangannya dan menunduk. Dernew memegang tangan Fuunay dan mengatakan sesuatu lalu berdiri dan menghampiri Shino.
Walau jauh, tapi Ace dapat melihat bahu Fuunay bergetar. Ia sudah mengerti apa yang terjadi, tapi seperti biasa ia tidak peduli,
Dan para penghuni yang beraktivitas di Ruang Utama juga sepertinya tidak sadar soal rapat yang baru saja berlangsung.
Seperti Gyaboo, Gigadramon dan Gurl_1715 yang masih asyik mengobrol. Ace memperhatikan kalo Gyaboo sesekali menatap ke arah Dann of Thurday yang sedang asyik dengan pekerjaannya.
Di salah satu sudut, ia melihat Fuko_san, gadis manis berambut coklat yang tengah berbicara dengan Mifu. Mungkin tentang game dance yang akan mereka datangi. Biasanya Rena, Tezuka dan Endhog akan ikut bersama mereka tapi hari ini Rena sudah pergi dari pagi bersama Nigihayami dan Tezuka yang sekarang, Ace yakin kalau Tezuka yang sekarang tidak akan ingat kebersamaan mereka dulu, sementara Endhog sudah lama tidak pernah muncul di AF lagi, walau beberapa hari yang lalu, Ace sempat melihatnya melindungi Tezuka saat serangan tiba-tiba ke AF.