Sabtu, 29 Oktober 2011

Chapter 8 B

Seperti yang tadi aku katakan di awal, Jouzen, Cherie, Sugar dan beberapa orang lainnya membawa Tezuka ke klinik. Pada saat itu aku baru saja mau berpamitan kepada Lun4, tapi begitu aku menoleh, dia sudah berjalan menuju counter makanan dengan peri kecilnya yang hinggap di bahunya. Padahal baru saja aku melihat dia duduk disampingku.
Aku lalu berdiri dan baru saja mau berjalan ke arah Zey kay berada ketika aku melihatnya.
Ryo chan baru saja menuruni tangga dari lantai 2 dengan dibantu oleh Shino. Wajahnya pucat pasi dan kedua tangannya menutupi mulutnya, seolah ia tengah menahan tangis.
Tubuhnya nyaris tidak bertenaga, karena ia sepenuhnya bersandar pada Shino untuk berjalan.
Aku kenal Ryo Chan dan ia bukan tipe cewe cengeng yang gampang menangis. Setahuku hampir tidak ada yang bisa membuatnya menangis, tapi kali ini dia bisa tertekan seperti itu, maka itu pasti hal yang sangat berarti.
Atau mungkin itu terkait dengan perkataan Shino soal hidup matinya seseorang. Apa itu seseorang yang sangat penting bagi Ryo chan?
Niatku untuk bertanya kepada Zey Kay hilang sudah, aku malah mengikuti Shino dan Ryo Chan yang tengah menuju ke klinik.
Tapi ini bukan berarti aku iri atau cemburu dengan keakraban mereka. Aku dan Ryo Chan sudah menjadi teman biasa dan hal ini tidak berpengaruh kepadaku, kalau dia mau dekat dengan siapapun. Bahkan terhadap Shino yang sebenarnya aku tidak setujui, karena dia suka mengambil kesempatan ke cewe-cewe (Okay, mungkin aku sedikit tidak suka, tapi itu wajar bagi seorang teman).
Aku terus mengikuti mereka sampai mereka memasuki Klinik
Aku berhenti dan memutuskan untuk tidak mengiikuti mereka. Akan lebih baik kalau aku berada di luar saja. Sambil bersandar di dinding Klinik, aku memutuskan untuk menggunakan kemampuanku.
Konsentrasi.
Dalam bayanganku, Klinik menjadi dua dimensi, aku mendengar suara Sugar, Jouzen, Arietta, Shino, Gyaboo dan Cherie. Semakin aku berkonsentrasi aku bahkan bisa membayangkan dimana saja mereka berada.
“Dia kenapa,” Aku mendengar Cherie bertanya kepada Shino membawa Ryo chan ke klinik.
“Cuma kelelahan sepertinya,” jawab Shino.
“Mom Tezu,” suara Ryo Chan terdengar bergetar, “maafin Ryo, Mom. Ryo ga bisa ngejaga Mom sampai akhirnya jadi begini,” dengan tertatih Ryo chan menghampiri Tezuka yang terbaring di salah satu ranjang di Klinik.
“Ini bukan salah Ryo chan kok,” Arietta menghampiri Ryo Chan dan memegang bahunya.
“Bukan soal itu, Riet. Kalo saja Ryo lebih kuat, semua ini ga akan terjadi. Kalo saja Ryo bisa seperti yang lain, Mom ga perlu menghapus ingatan Ryo, dan menanggung semuanya sendiri,” Ryo chan mulai menangis.
“Maafin Ryo, Mom. Ryo malah pergi saat mereka menuduh Mom pengkhianat, hingga Mom harus bertarung sendiri dan akhirnya… akhirnya… Mom … kehilangan…,”
Tiba-tiba aku merasakan sakit yang teramat sangat dan menyebabkan konsentrasiku hilang, aku tidak sempat mendengar kata-kata dari Ryo Chan tapi aku sempat melihat ekspresi kaget dari semua orang yang ada di Ruangan itu.
Aku membuka mata dan melihat seorang gadis manis berdiri di hadapanku. Rambutnya sebahu dan ia terlihat seperti gadis biasa. Ia mengenakan kaos dan celana jeans. Ia tersenyum padaku dan entah kenapa aku merasa kalau aku pernah mengenalnya.
“Tidak baik menguping pembicaraan orang,” ujarnya. Dan pada saat itu aku baru sadar, bahwa tangannya tengah menembus dadaku. Tepat di daerah jantungku.
Aku mengerang kesakitan. Dan aku yakin kalau teriakanku pasti akan menarik perhatian semua orang di Ruangan Utama. Tapi mereka semua seperti tidak mendengar apapun. Beberapa orang bahkan lewat di dekat kami dan hanya terus berjalan.
“Ada beberapa hal yang belum perlu kau ketahui,” Tyosuke berjalan menghampiriku. “Belum tiba bagimu untuk mengambil peranan disini.”
“Apa…. Mak..sudmu?” tanyaku. Rasa sakit yang kurasakan menyebabkan kesadaranku mulai menghilang.
“Semua ada waktunya, nanti akan tiba giliranmu untuk berperan,” ujar Tyosuke.
“Dan sampai saat itu tiba, lebih baik kau tidak berbuat macam-macam,” gadis itu ikut berujar.
“lepaskan dia, Nda,” Tyosuke berkata kepada gadis itu.
Gadis yang dipanggil Nda itu, melepaskan tangannya dari dadaku. Anehnya tidak ada darah keluar dari tempat tangannya menembus tubuhku. Hanya rasa sakit yang terasa. Aku jatuh bersandar di dinding klinik.
Tyosuke lalu mengajak gadis itu agak menjauh dariku. Mereka Nampak berbicara serius. Aku yakin aku mengenal gadis itu.
Nda…. Sepertinya nick awalnya dimulai dari huruf H
Dengan sisa kesadaranku, aku mencoba mengingat nicknya.
“Jangan membebani dirimu sendiri, biar semua mengalir apa adanya,” aku mendengar suara Sasyachiru.
Ia berjongkok didepanku dan tersenyum, “lebih baik sekarang kamu istirahat,” Sasyachiru kembali mendorong tubuhku secara pelan. Dan aku merasa tubuhku perlahan-lahan menembus tembok. Sebelum pandanganku menjadi gelap, aku sempat melihat Darkness of The Day dibelakang Sasyachiru melambaikan tangan ke arahku.
Dan akhirnya semua menjadi gelap.
Tepat sebelum akhirnya aku pingsan, aku akhirnya ingat nick gadis itu.
Heekary_Nda.
END OF CHAPTER 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar