Jumat, 04 Februari 2011

CHAPTER 3 PART 4

Part 4
op BGM : BSB – Drowning
Suasana di ruangan terasa agak berbeda, mungkin semua masih merasa shock akibat serangan yang baru saja terjadi. Fuunay dan Chiki_i membantu di klinik sementara Cherie terlihat keluar dari klinik dengan membawa sebuah tas berisi peralatannya dan memeriksa kondisi seluruh penghuni ruangan. Ada yang ia obati ditempat tapi ada juga yang diminta datang ke klinik untuk pengobatan lebih lanjut.
Nigi, yang sudah kembali mengenakan pakaiannya yang biasa, menghampiri aku, “ kamu ga apa-apa Tez? Mukamu pucat tuh.”
“Owh, mungkin Cuma sedikit kaget,” ujarku
“Hal ini sudah biasa kok, terkadang memang kami suka mendapat serangan kaya begini,”
“Dan biasanya berakhir kaya gini?” tanyaku
“Ga juga sih, kadang kaya gini, kadang Cuma serangan ringan aja.”
Nigi menatapku, “kamu yakin ga perlu ke klinik?”
“Mungkin karena aku belum sarapan saja,” ujarku.
“kalau begitu, kamu duduk dulu aja, aku ambilin makanan, oke?” Tanpa menunggu persetujuanku, Nigi langsung menuju counter makanan. Aku pun lalu duduk di salah satu kursi terdekat.
Aku melihat Gyaboo yang membantu Bakadayo ke klinik, Sinc yang duduk terdiam dan kembali memakan rotinya yang kedua sambil menatap I-Padnya. Sepertinya ia tengah membaca sesuatu. Aku juga melihat Seiryu yang menghampiri Sinc sambil membawa sebuah kotak kecil.
Sinc mengangkat wajahnya begitu Seiryu duduk dihadapannya, “Dapet semuanya?” tanyanya
“Semua ada disini, lengkap,” Seiryu menyerahkan kotak itu pada Sinc. “Tumben sekali kau memintaku,”
“Ada yang sesuatu yang dari tadi ku pikirkan, rasanya serangan mereka aneh sekali. Mudah-mudahan dengan data darimu, aku  bisa tau kenapa,” ujar Sinc.
“Owh,” jawab Seiryu
Sinc bangkit setelah menghabiskan rotinya, ia membawa I-Pad dan kotak kecil dari Seiryu. “Thanks Anyways.”
“Tez!” suara Nigi membuyarkan konsentrasiku. Ia membawa sebuah nampan berisi makanan. Ada sepiring nasi goreng, sebuah hamburger, beberapa lontong, roti, dan kue-kue, segelas teh hangat, segelas jus dan segelas susu.
Aku hanya terdiam melihat makanan sebanyak itu, “Nigi, ini kebanyakan.”
“Habis aku ga tau kamu sukanya apa, jadi aku ambil semua,” ujar Nigi.
“Sebenarnya roti aja juga gak apa-apa kok,” ujarku sambil terus menatap makanan di atas nampan.
“Wow, Nigi sepertinya kamu mau buat temen baru kita mati kekenyangan, yah?” Urahara tampak sudah berada didekat kami.
“kan udah aku bilang, aku ga tau kesukaan dia apa, makanya aku ambil semua, Kalo ga suka ya udah buang aja,” Nigi duduk sambil cemberut.
“Ah, ga kok, aku seneng diambilin…. makasih yah Nigi…,” aku menatap Urahara “Kamu mau membantuku kan? Kamu boleh ambil yang kamu mau kok, Urahara.”
“Ura aja cukup, ato UTL boleh, hmmm semuanya kelihatan enak.”
“kalo aku boleh juga….. Nyaa?” Shinigami Chan muncul dari belakang tubuh Urahara
“Ya, boleh,” jawabku.
Shinigami chan lalu mengambil sepiring berisi kue-kue, “ sankyu..” ia duduk dimeja sebelahku. Urahara sendiri mengambil sepiring nasi goreng dan segelas jus dan mengambil tempat disebelah Shinigami chan.
“kamu ga mau makan juga, Nigi?” tawarku
“Aku dah kenyang, lagian kan aku ngambilin buat kamu, Tez,” jawab Nigi
“Oh ya, maaf,” Aku mencoba tersenyum.
Sambil memakan roti aku mencoba mencari orang-orang yang aku kenal, aku ga enak sama Nigi yang sudah mengambilkan makanan sebanyak ini. Tapi tidak ada wajah yang aku kenal, ada sih orang-orang yang aku tau namanya, tapi rasanya ga enak saja kalau aku tiba-tiba memanggil namanya tanpa pernah diperkenalkan.
“Hikwa chwaan,” Shinigami chan melambai kepada seorang wanita berambut biru sambil sibuk mengunyah kuenya.
Wanita itu datang menghampiri meja kami.
“Shin chan, makanannya ditelan dulu dong,” ujarnya lembut.
Shinigami chan tersenyum, setelah selesai menelan makanannya, ia lalu berkata, “Nigi chan ngambilin banyak makanan buat Tezu nyaaw, mau ga?” tawarnya.
Wanita itu melihat ke arah kami, “memangnya boleh?” tanyanya.
“Ya, kebetulan ini agak banyak buat aku habiskan sendiri, kalo mau silakan saja,” ujarku.
Wanita itu mengambil sebuah hamburger dari nampanku, “makasih yah…. ehmm Tezuka Ayumu kan?”
“Ya.”
“Aku Hikari Dheean, salam kenal,” ujarnya
“Salam kenal,” ujarku
“Wah, ada Ura disini, kamu belum makan yah?” Hikari duduk berhadapan dengan Urahara.
“Gara-gara serangan tadi, aku kehilangan selera makanku, kalau mau kita bisa makan berdua, Hika.”
“Ahahahaha, kamu sudah ketularan Kiza nih jadi pandai merayu,”  Hikari tertawa kecil
“Loh aku kan hanya menawarkan, kalau mau kita bisa makan bersama,” Urahara tampak tersenyum .
“Terima kasih atas tawarannya, tapi aku rasa, ini saja sudah membuatku kenyang kok.”
“Atau mungkin kau mau mencicipi nasi goreng ini Hika?” tawar Urahara
“Waah, si Ura knapa Shin chan?” Hikari pura-pura terkejut.
“Salah minum obat kali nyaaw,” jawab Shinigami chan.
Hikari hanya tertawa mendengar jawaban Shinigami chan.
Cherie menghampiri tempat kami duduk, “wah kelihatannya kalian sehat semua, aku rasa aku ga perlu memeriksa keadaan kalian,”
“Ah, Cherie, Tez tadi pucat banget, bisa kamu check ga? Dia bilangnya karena belum sarapan aja,” ujar Nigi
“Boleh saja,” Cherie lalu mengeluarkan peralatannya. Sebuah alat yang agak pipih, mungkin sebesar kalkulator dengan fasilitas layar sentuh. Dan alat itu memancarkan sebuah sinar yang sepertinya memindai seluruh tubuhku.
Cherie menatap alat itu, sepertinya hasil pemindaian tubuhku membuatnya berpikir sejenak.
“Sepertinya memang Cuma kelelahan, aku sudah meminta Sinc mengatur agar air di pemandian bersama dicampur dengan sedikit obat dariku, coba saja,” ujar Cherie sambil memasukkan kembali peralatannya ke dalam tas.
“Oke, masih banyak pasien menunggu,” ujarnya lalu melangkah pergi.
“Tez, kita harus ke sana, ayo,” Nigi menarik tanganku. Aku segera bangkit dari dudukku dan mengikuti Nigi.
“kesana kemana?” tanyaku
“Kamar mandi bersama, kamu denger kan kata Cherie, airnya bisa menyembuhkanmu,” Nigi terus menarikku ke arah pintu geser besar yang bergambar wanita.
Ditengah jalan kami bertemu Charazchan yang bersama Nana. Lengan Charaz nampak terbalut perban.
“Nee.. neee, Nigi chan mau kemana?”
“ke kamar mandi, kata Cherie airnya sudah diberi obat jadinya bisa menyembuhkan penyakit,” jawab Nigi.
“Cha juga ikut!! Siapa tau luka Cha bisa sembuh kena air itu, Ayo Nana chan!”
“Heeee!! Gak mau! aku kan dah bilang aku risih kalo mandi bersama-sama kayak gitu!”
“Ayolah Nana chan…” Charaz menarik tangan Nana
“Gak mau!” Nana mencoba berontak tapi sepertinya tenaga Charaz memang lebih kuat.
Setelah dengan sedikit unsur pemaksaan akhirnya aku, Nana, Charaz dan Nigi memasuki kamar mandi bersama.
Begitu membuka pintu geser kami masing-masing diberikan sebuah keranjang kecil yang berisi peralatan mandi dan handuk oleh sebuah robot kecil yang mengingatkan aku akan robot serupa di film Star Wars. Nigi dan Charaz melepas sandal mereka. Aku dan Nana juga mengikuti mereka. Kami menaruh sandal kami di tempat sandal. Sepertinya ada lumayan banyak yang berada di dalam. Kami lalu masuk ke sebuah ruangan yang sepertinya merupakan ruangan untuk berganti baju. Karena terdapat deretan locker untuk menyimpan baju.
Di ruangan itu aku bertemu dengan gadis bersayap yang tadi menyelamatkan Silvergin, seingatku namanya Kangaji Tenshi. Sayap dipunggungnya telah menghilang dan berganti menjadi semacam tato kecil bergambar sayap. Ia baru saja melilitkan handuk ditubuhnya dan mau menuju ruangan mandi.
“Kang,” sapa Nigi
Gadis itu berbalik dan menghentikan langkahnya.
“Eh, halo, Nig, Cha, wah tumben Nana mau masuk kemari,” ujarnya.
“Aku dipaksa, Kang,” Nana terlihat pasrah.
Kangaji hanya tertawa mendengarnya, “oke deh, aku tunggu kalian di kamar mandi yah,” ia lalu melangkah pergi.
Nigi dan Charaz mulai membuka baju mereka dan menaruhnya di loker. Loker itu tidak mempunyai kunci, sepertinya adalah semacam pemindai yang langsung mengenali sidik jari yang menyentuh pegangannya. Aku dan Nana hanya saling berpandangan. Memang sih terasa agak risih juga walaupun sama-sama cewe. Nigi menatap ke arah kami berdua, “ Kenapa kalian belum berganti baju? Ayo cepatlah.”
“Apa perlu Cha bantu??” ujar Charaz sambil tersenyum penuh arti.
“ga usah, makasih,” Nana mulai merinding.
Melihat Nana yang sudah mulai melepaskan bajunya, mau ga mau aku mengikutinya. Kami menyimpan pakaian kami di loker masing-masing dan memakai handuk ke ruangan mandi.
Kami melewati beberapa buah shower yang terpisah dalam bilik-bilik sendiri, dan menuju ke sebuah area yang agak besar dimana terdapat deretan bangku kecil di sisi sebuah bak yang besar dan panjang. Aku juga melihat sebuah meja kecil yang digunakan untuk menaruh keranjang tempat peralatan mandi. Di ujung ruangan terdapat sebuah bak dengan ukuran agak besar yang digunakan beberapa orang untuk berendam.  Beberapa gadis nampak tengah membasuh badannya sambil mengobrol. Nigi dan Charaz melepas handuknya dan menaruh di tempat khusus untuk menaruh handuk.
Dengan berat hati aku dan Nana melakukan hal yang sama. Sempat terasa agak canggung bersama dengan para gadis-gadis ini. Aku melihat Jheea dan Eukaristia tengah bercanda sambil bermain pistol sabun. Aroma menyejukkan tercium dari bak yang besar. Sepertinya airnya telah diberi sedikit bubuk aroma terapi. Kami mengambil tempat di dekat para gadis yang sedang bercanda. Aku meletakkan keranjang kecilku dan membasuh diriku, airnya terasa hangat. Dan benar saja seperti kata Cherie, semua rasa sakit menghilang dan aku merasa lebih segar.
“Wuaahh, Nana chan akhirnya berani mandi bersama,” ujar Jheeea. “Ga ada masalah kan?”
“Kalo ga dipaksa, aku juga ga kesini,” ujar Nana.
“Tapi ga ada yang salah kok ma Nana chan, aku pikir kamu menyembunyikan sesuatu, makanya ga mau mandi bersama.”
“Ga usah menatapku seperti itu dong! Aku Cuma risih, itu aja,” Nana menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.
“Nah, kalo Nigi ini tetep kecil aja, yah?” Ujar Euka
“HEY!” protes Nigi.
“terima ajalah, yang cukup sexy dan dikategorikan wanita itu cuma aku dan Euka,” ujar Jheeea sambil berpose ala model
“aku ga peduli kata-kata kalian yee,” Nigi kembali membasuh badannya
“Kalo begitu, aku ga termasuk sexy dong?” Hikari memasuki ruangan mandi
“Kalo Hika chan sih, termasuk, ya gak Euka?” tanya Jheeea
“Bisa sih, tapi masih lebih seksi aku ah,” Euka mengedipkan matanya.
Mereka bertiga lalu tertawa.
Aku ikut membasuh badanku, dan melihat dinding pembatas yang berupa marmer. Dinding itu tidak benar-benar membatasi kami, pada seperempat bagian atasnya terbuka.
“Di sebelah kita itu apa yah?” tanyaku
“Bagian para cowo Tezu, makanya aku ga suka disini,” ujar Nana.
Terdengar suara-suara tertawa dari sisi para cowo.
“Kayanya kita jangan terlalu lama disini deh,” ujarku
Nana mengangguk tanda setuju. Kami segera menyelesaikan acara mandi bersama kami, sementara Euka dan Jheeea masih bercanda dan perang sabun.
Setelah membersihkan badan dari sabun, aku dan Nana segera mengeringkan badan kami dan menuju ruang loker.
Saat kami mengenakan pakaian, muncul Nigi dengan mengenakan balutan handuk berjalan bersama Kangaji.
“Gimana Tez, sudah agak mendingan?” tanyanya
“Jauh lebih baik, Nigi, makasih yah,” ujarku
“sama-sama.”
Setelah mengenakan pakaian, aku dan Nana keluar dari ruangan mandi bersama.
Tapi saat aku membuka pintu, aku merasa berada di tempat yang aneh.
Aku berada di sebuah lorong seperti lorong rumah sakit dan mengenakan baju putih seperti para dokter, aku bisa melihat beberapa orang nampak terbaring terendam dalam sebuah cairan dengan sejumlah kabel menempel dikepala mereka untuk memonitor sesuatu.
Ada seorang yang nampaknya tengah mengalami kejang dan beberapa orang menyuntikkan sesuatu.
“Ayumu… Ayumu…,” terdengar suara seseorang memanggil.
“Tezu!!” aku mendengar suara Nigi yang kencang dan menoleh.
“Ngapain kamu ditengah jalan begitu?” tanyanya
Aku hanya terdiam, dan ketika aku melihat ke arah depan lagi, koridor tadi sudah menghilang dan berganti menjadi tempat kami biasa berkumpul.
“Aku… melamun … kayanya,” jawabku.
“Ya, jangan ditengah jalan dong,” protesnya.
Aku hanya tersenyum, sambil berpikir, apa tadi yang aq lihat..

Closing BGM : Smooth - santana feat Rob Thomas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar