Kamis, 24 Februari 2011

CHAPTER 5

Chapter V  PART 1: MY POWER IS…
Opening BGM : Show me the Meaning of Being Lonely - BSB
Aku memutuskan untuk tetap berbaring di klinik, selain menghindari perhatian Nigi yang berlebih kalau aku memutuskan untuk keluar, aku juga merasa lebih nyaman disini. Sugar sudah memeriksaku, dan mengatakan kalau aku tidak mengalami masalah kesehatan apapun selain sedikit kelelahan. Tapi begitu melihat aku ga mau bangkit dari tempat tidurku, ia langsung menyarankan untuk aku lebih lama beristirahat diklinik dan berhasil mengusir Nigi keluar klinik.
Dari tempat aku berbaring, aku bisa melihat ranjang Silvergin, Dirinya masih diselimuti kubah yang berisi aliran energy, dan Nchex Rage yang masih setia menunggunya sambil kini mendengarkan lagu melalui earsetnya. Tadinya aku ingin bertanya padanya soal sikap Silvergin padaku, tapi setelah tadi aku mendengar semua di ruang pertemuan, aku merasa tidak ingin lagi mengetahui siapa diriku.
Aku mulai menyesal mengikuti ini semua, mungkin akan terasa lebih baik kalo aku tidak peduli akan email itu dan tetap seperti biasa, hingga aku ga perlu mengalami semua ini. Aku masih bisa bersama keluargaku, masih hidup normal, bukan di tempat ini, tempat dimana aku ga bisa keluar, tempat aneh dimana aku merasa asing.
Air mataku mulai menetes dan segera aku menghapusnya, aku ga mau terlihat lemah. Setidaknya aku harus terlihat kuat dihadapan mereka semua.
“Kamu ga apa-apa, Tezuka?” tanya Sugar. Ia baru saja selesai memeriksa keadaan Silvergin lagi.
“Tidak apa-apa, aku mungkin hanya lelah,” Jawabku.
“Ya sudah, kau boleh istirahat disini sampai kau merasa kuat,” Sugar lalu menuju meja kerjanya.
Aku menutup mataku dengan sebelah tanganku. Aku berusaha sekuat mungkin untuk tenang, dan tidak memikirkan semua hal yang baru aku dengar. Kepalaku masih terasa sangat pusing, namun dari kejauhan samar-samar aku mendengar sebuah alunan melodi yang merdu, dan aku merasa sangat rileks, tak berapa lama aku kemudian tertidur.
Aku membuka mata, dan sepertinya aku berada disebuah ruangan yang serba putih.
‘Mungkin aku bermimpi’ batinku.
Aku berjalan menyusuri ruangan yang serba putih itu. Lantainya, dindingnya semua serba putih. Dan tidak ada satupun jendela atau pintu diruangan itu. Aku terus berjalan hingga akhirnya aku melihat sebuah pintu kayu berwarna kecoklatan.
Sebenarnya aku sedikit ragu-ragu waktu ingin membuka pintu itu, tapi aku kemudian berpikir, toh ini hanya sebuah mimpi, apa ruginya.
Aku lalu membuka pintu itu dan sebuah sinar terang menyilaukan mataku, sehingga aku harus menggunakan tanganku untuk menghalangi sinar itu. Saat aku bisa melihat dengan lebih jelas, aku bisa melihat seorang gadis tengah duduk dikursi dengan kedua matanya tertutup sebuah kain putih. Yang lebih mengherankan adalah gadis itu mengenakan jubah yang sama dengan gadis yang ada dalam bayanganku. Dan setelah aku perhatikan lagi lebih jelas, gadis itu…. sepertinya adalah aku sendiri…
Aku segera berlari menuju tempat gadis itu duduk, aku mendekatinya, ia sepertinya  tengah menggumamkan sesuatu dan berulang terus menerus.
“sudah cukup… aku tidak ingin melakukan lagi… hentikan…”
“Hey!!” aku mengguncang bahu gadis itu. Tapi ia sepertinya tidak merespon apa-apa dan terus menerus menggumamkan kalimat yang sama.
“Kamu siapa?!” suaraku terdengar sangat kencang diruangan itu, tapi lagi-lagi gadis itu tidak merespon apa-apa dan tetap bergumam hal yang sama.
Aku lalu mencoba membuka kain yang menutup matanya, tapi sekuat apappun aku mencobanya, kain itu tetap tidak dapat terbuka.
“Percuma kau lakukan itu,” aku mendengar suara yang sangat kukenal.
Aku menoleh, dan aku melihat sosok gadis yang sama tengah berdiri di depan gadis yang tengah terikat ini.
Sosok aku yang lain lagi.
“Apa maksudmu percuma?” ujarku
“Bagian dirimu yang itu, ga akan mau melihat kenyataan yang ada, ia tidak berani menghadapainya dan terus berupaya menutupi semua,” Gadis itu mendekatiku.
“Bagaimana kau bisa ingin membuka ikatan itu padahal dirimu sendiri tidak menginginkannya,” lanjutnya.
Saat kami berhadapan, aku benar-benar seperti berhadapan dengan cermin. Wajahnya, Rambutnya, semuanya sangat mirip denganku.
“Aku ga ngerti semua perkataanmu,” ujarku.
“lagi-lagi kau menyangkal kan? Jauh didalam hatimu, kau tidak ingin mengingat semuanya, selalu aku yang membereskan semuanya, aku yang menangani semua, sementara kalian berdua bersembunyi dalam ketakutan kalian,” Gadis itu menatap tajam ke arahku, “Aku lelah harus terus membereskan kekacauan kalian, terutama kekacauan dia!” Gadis itu mendorong gadis yang terikat di bangku sampai terjatuh.
Namun gadis yang terikat itu seolah tidak peduli dan terus saja bergumam hal yang sama.
“Hey,” protesku. “apa-apaan sih kamu?”
Aku membantu mendirikan kembali kursi yang ditempati gadis yang terikat.
“Masih saja dengan sifat baik hatimu itu, kurasa,” ia tersenyum sinis.
“Kalian itu sebenarnya siapa?” tanyaku.
“Siapa?? Kamu masih bertanya kami ini siapa? Memang otakmu sudah bebal yah, jadi ga bisa menyimpulkan  hal semudah ini?” Ia mendorong keningku.
“Heeeeyyy! aku tau kalian memang mirip denganku, tapi mungkin saja kan dalam dunia ini ada dua char yang sama,” balasku.
“Setelah yang kamu dengar semua di ruang pertemuan tadi, kamu masih saja beranggapan seperti itu?” gadis itu menggelengkan kepalanya. “Atau mungkin bagimu itu penjelasan yang paling masuk akal?”
“Aku……….. ga tau…” ujarku ragu-ragu.
“kau sudah tau jawabannya, trus buat apa ditanyakan lagi? Supaya lebih pasti?”
“Mungkin..”
Gadis itu menghela nafas. “Aku ga mau ikut permainan bodoh ini, yang pasti kamu sudah tau siapa kami. Sekarang yang jadi masalah adalah apa kau sudah siap mengetahui kehadiran kami?”
“Aku ga inget semua yang pernah terjadi disini, mereka bilang aku sudah pernah ada disini,” ujarku lirih.
“salahkan semua pada sibodoh satu itu, dia gampang banget trauma dan langsung menutup diri, padahal pada awalnya dia juga yang membuat semua ini terjadi,” gadis itu menatap tajam kepada gadis yang sedang terikat di kursi.
“Dia.. maksudmu… ??” aku menjadi bingung.
“Sudahlah, yang penting sekarang kau sudah tau keberadaan kami berdua. Pada saat-saat tertentu memang biasanya kami berdua yang menangani tapi sejak si bodoh satu itu jadi membatu begitu, aku ga bisa menangani semuanya sendiri. Sekarang aku tanya padamu, kamu mau membantuku tidak?”
“membantu?”
“Jangan Cuma bisanya mengulang kata-kata deh, aku bisa jadi emosi nih.. Mau ato Tidak itu saja?!”
“Aku..”
“kamu mau keluar dari sini kan?”
“Ya..”
“Kalau begitu kamu harus membantuku,”
“membantumu…?”
“Ahh, kalian berdua benar-benar membuatku kesal!” Gadis itu nampak marah, persis seperti biasa aku marah saat aku gagal menyelesaikan quest di game online atau aku gagal dalam kuliah.
“Aku beneran ga ngerti,”
“Denger, aku mau kau mengingat semuanya oke, termasuk ingatan si bodoh ini, dia pasti punya catatan akan semuanya, kuncinya semua ada dalam ingatan si bodoh ini, kalau kau bisa membukanya, kau bisa menemukan segalanya. Untuk itu kau harus bisa mencari tau tentang dirinya, semakin kau bisa menerima dia, semakin kau tau tentang semua yang ingin kau tau,” jelas gadis itu.
“Semuanya? termasuk cara keluar dari tempat ini?”
“Semuanya. termasuk janji kepada Silvergin, dan orang –orang itu bisa keluar dari tempat ini juga,”
“kau tidak bohong kan?”
“Ya ampun! Kau pasti tau lah kalo aku bohong. Lagian aku sudah cape ngurusin masalah ini, tubuhmu juga pasti akan lelah kalo terus-terusan begini.”
“Tubuhku??” Sebelum gadis itu kembali protes akan kebiasaanku mengulang kata, aku buru-buru menambahkan, “ Tapi bagaimana caranya aku bisa mengetahui ingatanku yang hilang?”
“Penyelidikan yang kau buat dengan Kyu tidak akan banyak membantu,”
‘Dia bisa tau penyelidikanku?’ batinku
“Ya tentu saja aku tau, sudahlah berhentilah mengajukan pertanyaan bodoh seperti itu. Ada hal-hal yang dia sembunyikan dariku, dan itu hanya ada didalam ingatan para teman-temannya, Hal-hal yang mereka sembunyikan dan hanya bisa dilihat olehmu,”
“Tapi bagaimana caranya?”
“Aku akan memberitaukan padamu pengetahuan akan semua itu. Tapi hanya sebagian, pada saatnya nanti akan kuberikan spenuhnya, setelah aku merasa kau siap dan tidak membutuhkan aku lagi. Bila saat itu tiba, kau bisa bertanya langsung padanya,” gadis itu menatap ke arah gadis yang tengah terikat di kursi.
Berada dalam sebuah ruangan dengan dua orang diriku terasa benar-benar janggal. Gadis yang mirip aku itu lalu memegang kedua tanganku.
“Ini akan terasa menakutkan pada awalnya. Tapi aku minta kau jangan takut, kalau kau butuh bantuan, kau bisa datang kemari dan bertanya padaku,” ujarnya.
aku lalu merasa seperti sebuah bayangan gadis itu masuk kedalam diriku, saat itu aku melihat sekelebatan peristiwa, sangat banyak dan begitu cepat seperti sebuah film yang diputar dengan kecepatan sangat cepat, aku merasakan luapan emosi yang meledak-ledak, kemarahan, kekesalan dan sebuah perasaan hangat… seperti kerinduan akan seseorang. Lalu semua mendadak gelap.
Aku terbangun di klinik dengan tubuh penuh keringat.
Closing BGM : Red Moon - Kalafina


Chapter V part 2
Opening BGM : Toki wo Tomete - Tohoshinki
Aku terbangun di klinik dengan tubuh penuh keringat, walau aku yakin aku tidak mengalami mimpi buruk. Nafasku tersengal-sengal.
Sugar lalu menghampiriku.
“Tezuka, kamu ga apa-apa?” tanyanya. Ia menyentuh keningku untuk memeriksa keadaanku.
Tapi begitu tangannya menyentuh keningku, aku seperti melihat semua kenangan Sugar melintas dalam pikiranku. Semuanya dari awal ia datang sampai saat ini, semua kenangan sedih, senang, dan semua emosi yang ia rasakan, semuanya kembali aku rasakan.
Karena kaget aku ga sengaja menepis tangan Sugar.
“Ada apa?” ia terlihat terkejut.
“Maaf … Aku…. Aku tidak apa-apa kok,” ujarku. Aku bangkit dari tidurku.
Aku melihat kalau silvergin sudah tidak berada di klinik lagi. Sepertinya ia sudah kembali sadar.
“Aku…. Aku rasa aku sudah cukup sehat . terima kasih,” aku lalu berdiri dan keluar dari klinik meninggalkan Sugar yang hanya terdiam melihatku.
Begitu aku keluar klinik, aku masih bisa melihat kilasan kenangan Sugar dalam kepalaku. Kenangan itu terus melintas dan membuat kepalaku pusing. Sekuat tenaga aku mencoba menghilangkan perasaan itu tapi emosi itu terus ada dan tak pernah mereda.
Ruang utama sudah berubah menjadi bar. Dan beberapa orang sudah mulai berdatangan untuk sekadar ngobrol-ngobrol.
Ga begitu jauh dari meja bar tempat Hotaru bekerja, ada sebuah panggung kecil tempat seorang pemuda sedang bernyanyi sambil memainkan gitar. Sepertinya aku belum pernah melihatnya.
Aku tidak memedulikan panggilan Nigi yang dapat kudengar walau tertimpa suara yang lain. aku tidak membutuhkan sentuhan lain lagi yang hanya akan membuat aku merasa makin ketakutan.
Aku terus berjalan ke arah ruangan tidur sambil terus memegangi kepalaku. Aku nyaris saja menginjak ekor anjing putih, yang aku lihat tadi siang. Ia dipanggil Naru kalo ga salah.
“Oops, maaf, Naru, aku ga liat kamu,” ujarku. Untung saja tidak terinjak.
Naru menggonggong pelan seakan mengatakan ‘tidak apa-apa’
ia lalu berjalan mendekatiku
“Jangan… jangan sekarang, oke… Aku sedang tidak ingin bermain,” ujarku sambil menjauh darinya.
Naru menghentikan langkahnya dan menggonggong lirih.
Aku meneruskan langkahku ke arah ruang tidur dan bertabrakan dengan Seiryu yang baru saja keluar dari lorong.
“Maaf,” ujarku.
“Tejuh? Ga apa-apa?” tanyanya.
“Ga apa- apa kok, aku Cuma mau istirahat aja,” ujarku.
“Aku antar deh,” Seiryu mencoba memegang tanganku dan langsung aku tepis.
“Jangan!” seruku
“Eh.. maksudku, ga usah, beneran, aku bisa sendiri,” lanjutku kemudian.
“Ya sudah, terserah,” Seiryu lalu berjalan meninggalkanku.
Suara-suara terus bergema dikepalaku dan hal itu membuatku merasa sangat pusing. Sambil memegangi dinding aku terus berjalan menuju kamar tidurku.
Saat akhirnya aku tiba dikamarku, aku merasa sedikit lega, dengan begini ga akan ada lagi yang menggangguku.
Aku langsung merebahkan diri di tempat tidur tanpa memedulikan apapun. aku merasa lebih tenang, sepertinya suara-suara tadi sudah mulai mereda.
“Ya ampun, sepertinya dia ga peduli akan kehadiran kita, nih,” aku mendengar suara seorang cowo.
Aku langsung bangkit dari tidurku dan melihat mereka. Dua orang cowo sedang berada dalam kamarku.
Aku mengenali mereka, salah satunya adalah NChex Rage dan yang satu lagi adalah cowo yang menolongku tadi siang, yang mengenakan sayap berwarna hitam. Namun sayap itu sekarang sudah tidak ada. Seperti halnya Kangaji yang sayapnya berubah menjadi sebuah tato, mungkin cwo ini juga begitu.
“Ngapain kalian ada di sini?” tanyaku
“Malah dia yang bertanya tuh Rage,” cowo itu berkata  pada Nchex yang sedang duduk di kursi dekat meja belajarku.
“Ya jelaslah, ini kamarku, kamar cewe, kalian dua cowo malah datang bertamu begitu saja,” protesku
Cowo itu menghampiri aku dan mendorong keningku.
“Belagu sekarang, dulu juga kami selalu main ke kamarmu,” ujarnya
“Hey!” aku protes tapi lalu teringat sesuatu.
“Kau baru aja nyentuh aku kan?” tanyaku
“Hah? Ya lah mang kamu pikir sapa?” balasnya
“Aneh..” ujarku
“Aku yang menetralkan pengaruh kekuatanmu,” ujar Nchex
“Maksudnya?”
“Kami sudah diberitau kalo kamu pasti akan kesulitan dalam menguasai kekuatan barumu ini, makanya kami datang kesini.”
“Diberitau oleh siapa?”
“Ya oleh kamu sendiri lah,” cowo yang satunya menjawab.
“End chan, dia bertanya padaku loh,” nada suara Nchex memang tidak berbeda tapi bisa dipastikan kalo dia agak tersinggung.
“Ah maaf, maaf,” cwo itu meminta maaf ke Nchex
“Apa maksudnya aku sendiri yang memberitau kalian?”
“Bagian dirimu yang lain, sudah mengantisipasi kalo ini akan terjadi, jadi jauh-jauh hari dia sudah menghubungi kami agar dapat membantumu,” ujar Nchex.
“Dan maksudmu dengan penetralan itu?”
“Aku membuat sebuah kekkai, yang aku rubah untuk dapat menetralkan kekuatanmu. Tadi pasti kau merasa agak tenang kan? tapi kalau mantra kekkai ini aku cabut pasti, sakit yang kamu rasakan akan kembali lagi, jadi sebelum kamu dapat menguasainya dengan baik, maka aku ga akan mencabut mantra ini,” jelas Nchex
“Lalu, apa maksudnya aku harus diam dikamar selamanya?”
“Ya ga lah, dasar bodoh. Makanya aku juga diminta datang, karena aku yang harus ngajarin kamu gimana caranya mengontrol kekuatanmu,” cowo itu berkata padaku.
“Dia akan menjadi kelinci percobaan atas kekuatanmu,” ujar Nchex.
“Wah, jangan bilang gitu dong,” protes cowo itu. “Tapi ada benarnya juga, kalo aku ga ngajarin kamu, bisa-bisa aku diteror melulu sama dia,” ujarnya kemudian.
“Nah, kalian berdua silakan berlatih, sementara aku mau membaca ini,” Nchex tampak sedang membaca sesuatu di PC ku yang entah darimana bisa ada dimeja belajar.
Aku lalu melihat lebih dekat dan menyadari sesuatu,”hey, itu kan manga scan Yaoi ku,” ujarku.
“lalu? aku ga melihat ada tulisan dilarang baca disini,” ujar Nchex.
“Tapi…”
“BIND!” ujar Nchex
Dan tubuhku terdorong ke sisi tempat tidur, aku jatuh terduduk diatas tempat tidur dengan kedua tangan seperti terikat kebelakang oleh sesuatu yang tidak terlihat. Aku mencoba melepaskan diri tapi tubuhku seperti terpaku di ujung tempat tidur.
“End chan, dia milikmu sekarang,” ujar Nchex.
“Oke..,” cowo itu tersenyum tapi kemudian dia tersadar sesuatu,” wah, itu bisa bermakna negative loh, Rage,” ujarnya kemudian.
Tapi Nchex tidak menjawab dan terus membaca.
Aku masih berupaya melepaskan diri. “memangnya aku harus belajar ya?” ujarku sambil mencoba menggerakan badanku.
“harus sih, kecuali kamu mau disini selamanya,” ujar cowo itu. Ia lalu mendekatiku dan memegang kepalaku.
“Jangan!! aku ga mau lagi!” seruku.
“Tenang, jangan meronta,” ujarnya.
Lagi-lagi aku merasakan kenangan-kenangan cowo itu terlintas cepat dipikiranku.
“Wow, tenang, pelan-pelan aja, jangan buru-buru,” ujarnya
“Aku ga tau cara mengontrolnya,” protesku.
“Anggap saja kenangan itu adalah sebuah makanan, kau tau kana pa yang terjadi kalau kau makan terlalu cepat?”
“Keselek?”
Cwo itu tertawa, “Ya, anggap aja pengalamanmu tadi itu seperti orang keselek, sekarang coba kau bayangkan sendiri.”
Aku memejamkan mata. ‘anggap sebagai makanan, anggap sebagai makanan’ batinku berulang-ulang. Dan aku bisa merasakan kenangan itu kini semakin pelan hingga aku bisa melihatnya dengan jelas.
“Bagus, ini sudah lebih baik. Selanjutnya anggap kau sedang menonton semua kenangan itu, kau bisa menaikan volume atau menurunkan volumenya. Nah emosi yang kau rasakan adalah volume itu. Bayangkan kau ada disana melihat kenangan itu, dan turunkan volumenya sampai ke titik dimana kau merasa nyaman,” bimbingnya
Aku mengikuti permintaannya dan merasa seperti aku sedang melihat gambar dalam slide, aku terus mencoba dan aku lalu tidak merasakan lagi luapan emosi yang meledak-ledak, memang masih terasa tapi tidak terlalu jelas.
dalam salah satu kenangan itu, aku melihat kalau cowo itu tengah mengenalkan dirinya padaku. Aku merasa ingin sekali melihatnya, aku mengulurkan tangan menyentuh gambar itu dan tiba-tiba aku berada disebuah ruangan besar. Seperti sebuah gedung besar dengan sebuah bola berwarna kehijauan berada ditengahnya.
“Lalu? kau mau ikut denganku?” aku mendengar diriku sendiri berkata.
“Aku sudah bosan bermain ini, aku selalu saja jadi pemenang, kalau kau memang punya permainan yang lebih menarik, aku mau ikut,” ujarnya.
Cowo itu mengenakan sebuah pakaian unik yang sepertinya terbuat dari logam dan membawa sebuah pedang.
“Aku ga punya permainan yang menarik, tapi aku sedang mencari jalan keluar dari sini,” ujar diriku yang lain.
“Jalan keluar? memang kau ga betah disini?” tanyanya.
“Aku sudah bosan dengan dunia ini, terlalu indah dan ga mungkin jadi nyata.”
“kau mau kembali ke dunia nyata yang membosankan?”
“Membosankan? Justru di dunia nyata banyak yang menyenangkan, ga akan mungkin ada hari yang sama. Orang yang bilang dunia nyata membosankan hanya orang lemah dan bermental pengecut.”
“jadi kau tetap mau keluar?”
“Pasti. Aku pasti bisa menemukan jalannya, aku hanya perlu tau rahasia yang dia pegang saja,” diriku yang lain menatap cowo itu, “kalau kau mau ikut, aku rasa aku bisa menemukan kekuatan mu yang lain,” ujarku.
“Baiklah, aku mau liat bagaimana usahamu,” cowo itu akhirnya setuju.
“Oke, sekarang kita harus keluar dari sini,” diriku yang lain lalu melihat ke sebuah alat seperti iphone dan tampak puas.
“portal datanya akan terbuka sebentar lagi, oh ya namaku Tezuka Ayumu, kamu siapa?”
“Aku…  kau boleh memanggilku endhog,” ujar cowo itu.
Diriku yang lain tersenyum geli.
“kenapa? Lucu ya?” tanya cowo itu.
“Tidak, tamago kun ya?” ujar diriku
“yah, kau bisa memanggilku begitu,” ia lalu tertawa.
Aku merasa tubuhku tertarik perlahan dan aku membuka mata, aku melihat kalau cowo itu.. eh maksudku Endhog tersenyum puas.
CLOSING BGM :  ONGAKu - Kalafina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar