Jumat, 11 Februari 2011

CHAPTER 4 PART 1

Chapter IV : Who Am I
Opening BGM : sleepwalker – Alice Nine
Walau masih dipenuhi pemikiran atas apa yang tadi baru saja aku lihat, namun aku akhirnya melangkahkan kaki ke klinik. Aku pengen tau bagaimana kondisi Silvergin akibat pertempuran tadi.
Aku membuka pintu klinik dan melihat beberapa ranjang yang dibatasi oleh tirai-tirai dengan sebuah meja kecil disampingnya. Mengingatkan aku akan suasana yang ada di sebuah bangsal kelas ekonomi di rumah sakit. Cherie sepertinya belum kembali dari memeriksa di Ruang Utama, karena aku cuma melihat Sugar yang sedang membalut luka yang diderita oleh Bakadayo. Aku juga melihat Nchex yang sedang duduk membaca sambil menunggui Baka Hyde yang masih terbaring pingsan di ranjang sebelah kirinya dan Silvergin yang berada di ranjang sebelah kanannya. Tubuh Silvergin nampak diliputi sebuah pelindung yang transparan, karena aku bisa melihat aliran energi yang mengelilingi tubuh Silvergin. Sepertinya energi itu tengah menyembuhkan luka-luka di tubuh Silvergin.
Disebelah ranjang Silvergin, aku juga melihat Rena yang tengah berbaring dengan sebelah tangannya terpasang selang infus. Hotaru juga nampak berbaring diranjang sebelah Rena dan sama dipasangkan infuse ditangannya. Ia terlihat bosan dan terus menyalakan api kecil dari jari-jari tangan yang tidak terpasang infuse lalu dipadamkan sendiri.
“Hey, sugar, sampai kapan aku disini? Aku dah sehat kok,” ujar Hotaru
“sampai Cherie bilang kamu boleh keluar,” Sugar menjawab tanpa berpaling dari kesibukannya.
“Aku gak apa-apa kok, Ngapain juga aku dirawat dsini?” protesnya
“Kamu tuh kan nanti malam harus tugas lagi, bsa ga sih diem disini?” protes Sugar.
“Nih liat, aja, aku dah lebih baik,” Hotaru menggerakan tangannya yang tidak terpasang selang infuse. “ Aku bahkan dah bisa bangun nih,”  ia mencoba bangun dari ranjangnya. Tapi Sugar lalu menggerakan tangannya dan membuat jarum infuse ditangan Hota masuk sdikit dalam.
“AWWW!!” teriak Hotaru
“Owh, masih sakit yah, katanya dah baik,”  Sugar lalu berkata pada Bakadayo, “ Om Baka, jangan terlalu sering digerakin yah? Kalo mau agak cepet mandi aja pake air pemandian bersama, cepat kering lukanya.”
“oke deh, makasih yah nona,” Bakadayo tersenyum dan berdiri.
“Sakit tau Sugar!! Gila, brapa cm tuh jarumnya??” Hotaru kembali protes.
“Lah yang bilang sendiri kan kamu toh?” Sugar membereskan peralatannya.
Aku dan Bakadayo sempat saling tersenyum saat kami berpapasan di dekat pintu keluar.
“Tapi kan ga harus ditusuk lebih dalam lagi!”
“Cuma tes apa kamu bener dah sehat ato belum,kalo masih mengeluh berarti belum sembuh,” jawab Sugar
“Ya, tapi kan  ga perlu begitu,” Hotaru masih melancarkan aksi protesnya.
“Mau ditambah lagi?”
“Dasar bego, dah tau sifatnya dia kaya begitu, diem aja bisa kan?” Rena berkata ke Hotaru.
“Dasar bocah, ga usah ikut campur deh,” Hotaru mengalihkan protesnya ke Rena
“Eh Bego, kalo gue ga bantu ngasih pedang ke loe tadi, bisa ga selamat loe,”
“Sapa juga yang nyuruh?? Tanpa itu juga semua musuh tadi bakal gue lawan abis.”
“lama-lama loe  jadi nyebelin yah,” Rena bangkit dari tidurnya.
Sugar menggerakkan kedua tangannya.
“Aw,” Rena meringis.
“Aduhhh…, Hey kenapa aku kena lagi sih Sugar?!” Protes Hotaru
“ini Klinik, harap tenang, ntar yang lain terganggu,” Sugar membawa beberapa berkas dan menyimpannya di laci.
“Mang sapa yang bakal terganggu? Dia tenang-tenang aja kok,” Hotaru menatap ke arah Nchex.
“Hota chan, aku diam bukan karena ga terganggu tapi karena aku ga peduli,” Jawab Nchex sambil terus membaca buku. “Tapi kalau kamu terus membuat keributan, aku juga bisa bertindak, lho. Mang mau hota chan aku cium?”
Hotaru langsung terdiam dan kembali berbaring, begitupun dengan Rena.
“Suara kalian itu, terdengar sampai ke ruang utama, lho,” Cherie berkata saat memasuki klinik.
“Ah, Tezuka kan? Ada perlu apa?” tanyanya saat melihatku.
“A… aku hanya mau tau keadaan Silvergin saja,” jawabku
Cherie menatap Sugar.
“Dia sudah membaik, tanda-tanda vitalnya sudah stabil, lukanya juga sudah mulai menutup,” jawab Sugar.
Cherie lalu menghampiri tempat Hotaru dan Rena berbaring.
“Aku dah bilang berkali-kali kan Hota, jangan pernah melawan Sugar disini, kamu pasti kalah,” Cherie memeriksa keadaan Hotaru.
“Aku ga kalah Che, Cuma mengalah aja, dia kan cewe,” kilah Hotaru.
Cherie hanya tertawa. “Sabar sedikit yah, sebentar lagi kamu boleh keluar kok,”
“Che, tanganku ga kenapa-kenapa kan? Ga jadi makin parah kan?” Hota terlihat cemas.
“Ga apa-apa kok, tenang aja,” Cherie tersenyum.
“Habisnya sakit banget, aku pikir tadi jarumnya malah sudah masuk semua ke kulitku,” Hotaru melihat tangannya yang terpasang infuse. Sepertinya memang nyaris tidak ada perubahan pada posisi jarum yang menusuk tangannya.
“Mang aku sesadis itu apa?” Sugar protes
“Yah, sapa tau kan,” kilah Hotaru.
“Sudah, sudah, jangan diteruskan lagi, ntar kalian semua bisa dapat ini loh,” Cherie mengeluarkan sebuah tabung kecil yang berisi cairan berwarna keunguan dari saku bajunya.
Hotaru langsung terdiam.
“Kalo Sora bagaimana, Sugar?”
“Dia masih dalam proses pemulihan,” Sugar menyibakkan tirai di sebelah ranjang Silvergin.
Aku bisa melihat Sora yang tengah berbaring. Sebuah tirai air berbentuk kubah menyelimuti tubuhnya. Beberapa alat sensor terpasang ditubuhnya untuk memonitor kondisi tubuhnya.
Cherie lalu meletakkan tas kerjanya di sebuah meja, “ada lagi yang kau butuhkan, Tezuka?”
“hmm, tidak.. kalo Baka Hyde dia juga tidak apa-apa kan?” tanyaku
“Owh, dia Cuma pemulihan diri saja, lagi tidur,” jawab Cherie.
“tapi Nchex bukannya juga sama-sama kelelahan?”
“Kalo Hyde bsa diibaratkan alat yang hanya bisa di charge kalo sedang dalam kondisi mati, tapi kalo Rage dia itu bisa di charge walaupun sedang dalam keadaan hidup. Pemulihan kondisinya mang seperti itu,” Jelas Cherie. “Kamu sendiri bagaimana? Sudah agak mendingan?”
“Ya, terima kasih. Air itu manjur sekali,” ujarku.
“Baguslah, ada lagi yang kau perlukan?” Cherie kembali bertanya.
“Ehmm… Gak ada kyanya, makasih,” Aku lalu melangkah keluar klinik.
Di ruang utama, keadaan masih ramai, ada yang duduk-duduk mengobrol, Gyaboo dengan beberapa gadis nampak berbicara santai dengan sesekali tertawa.
“Ah, si anak baru yang banyak dibicarakan itu,” aku mendengar suara seorang pemuda yang terdengar dekat denganku. Saat aku melihat ke sekelilingku, aku ga melihat siapapun yang berbicara denganku.
“kudengar kekuatanmu sudah muncul saat kau tiba,” suara itu kembali terdengar. Dan aku kembali mencari sekelilingku, tapi tetap saja tidak ada seorangpun yang berbicara padaku. Mereka semua memiliki kesibukan masing-masing
“Kamu mencariku yah?” suara itu bertanya.
Aku tidak menjawab dan terus mencari-cari. Aku melihat seekor anjing putih yang tengah dibelai-belai oleh beberapa gadis. Ga mungkin lah kalo anjing itu yang berbicara.
“Hahahahaha, aku bukan anjing kok,” suara itu tertawa seakan-akan tau apa pikiranku.
“Aku ada dibelakangmu,” ujarnya.
Aku langsung berbalik dan melihat sebuah kepala dengan kuping kucing tersenyum ke arahku. Cuma kepala tanpa ada tubuh, nyaris saja aku berteriak tapi ia lalu berkata, “ ah sori, badannya kelupaan.”
Perlahan-lahan badannya mulai terlihat. Ternyata dia memang seorang pemuda biasa tapi dengan telinga dan ekor kucing seperti Nigi.
Sepertinya memang disini banyak penyuka kucing, pikirku.
“Ga juga sih, habis kayanya bentuk kaya gini yang unik,” jawab pemuda itu.
“Kamu… bisa baca pikiranku?” tanyaku
“Hanya bila kau mengizinkan,” ujarnya tersenyum, “tapi tenang saja, aku bukan tipe yang suka ngelihat pikiran orang lain kok.”
Pemuda itu menghilang dan muncul lagi disebelah kananku.
“Aku Taranata, banyak yang dah kenal aku disini, senang bertemu denganmu, Tezuka Ayumu,” ujar pemuda itu. Ia lalu menghilang lagi.
“Ah, ya,” Taranata muncul disisi kiriku, “ satu saran kalau kau ingin mengingat hal penting yang ada dalam pikiranmu, rileks saja, makin kamu tertekan mengingatnya, makin terkunci ingatan itu.”
Ia lalu menghilang lagi.
Ingatan penting? termasuk Taranata sudah dua orang yang bilang kalo aku mempunyai ingatan yang tidak bisa aku ingat. Apa mungkin ini Cuma kesalahan pembentukan character? Tapi kalo Cuma itu, tidak menjelaskan pemandangan yang aku lihat didepan pintu kamar mandi bersama. Aku sangat yakin kalau ini adalah pertama kali aku datang ke tempat ini. Tapi entah kenapa sepertinya aku merasa sudah pernah melakukan ini sebelumnya. Apa yang terjadi denganku?
“..juh… Tejuh… woy Tejuh!” suara seseorang membuyarkan pemikiranku.
Ternyata Seiryu.
“Ya… eh… Ada apa?” tanyaku
“Tadi liat kucing garong ga?”
“Hah?”
“Kucing garong. Itu loh, cwo yang pake hiasan kucing kaya Nigi,”
“Hiasan kucing???? Owh… Taranata maksudnya, tadi ada disini sih, tapi dianya hilang-hilang melulu,” ujarku
“Berarti bener dia sudah pulang kesini. Thanks,” Seiryu lalu berjalan meninggalkanku. Aku hanya melihat dia berjalan ke arah anjing putih yang sepertinya masih dimanja-manja oleh para gadis.
Dengan sengaja Seiryu  menginjak ekor anjing putih itu saat sedang berjalan dan mengakibatkan dia melolong kesakitan.
“SEI!!” gadis-gadis itu serentak berkata.
Seiryu hanya tersenyum dan terus berjalan.
“Duh, Naru, kasihannya, ga sakit kan?” Seorang gadis berambut panjang mengelus-elus kepala anjing putih itu.
“Seiryu mang jahat, sabar yah Naru,” gadis lain ikut membelai anjing putih itu.
Anjing yang dipanggil Naru itu mengonggong pelan dan sepertinya kembali menikmati perhatian dari para gadis yang mengelilinginya.
Sebuah pintu emas muncul dan terbuka, seorang pemuda mengenakan sepeda BMX melesat masuk dan langsung berhenti di dekat sebuah meja makan. Pemuda itu mengenakan pakaian casual dan sebuah topi dengan ornament sayap dikedua sisinya.
“Mail Time!” ujarnya. Ia menjentikan jari dan meja tempat ia berhenti tiba-tiba penuh dengan surat, dokumen dan beberapa keping CD. Beberapa orang nampak menghampiri pemuda itu.
“Ada surat buatku ga, Rock?” Seseorang bertanya pada pemuda itu.
“Cari sendiri aja deh, aku capek banget, gara-gara serangan tadi, portal utama kesini tertutup jadinya aku harus cari jalan lain deh,” Pemuda itu menghempaskan dirinya disebuah kursi.
“Kakak Rock ‘n Roll, mau minum apa?” Gadis yang bernama Hime menghampiri pemuda itu.
“Biasa aja Hime, tapi tambahkan es,” ujarnya
“Oke,” Hime lalu berjalan ke counter makanan, dan menyiapkan pesanan pemuda itu.
Makin banyak yang datang mengerumuni meja tempat Rock berada. Ada yang nampak senang karena mendapat surat yang mereka tunggu, ada juga yang terlihat sedih, karena sepertinya yang mereka harapkan belum datang
Ternyata memang ruangan ini selalu penuh kejutan, ga pernah berubah.
Tunggu sebentar, ga pernah berubah? Berarti aku memang pernah kesini, tapi kapan?? Apa memang ada sesuatu yang sengaja aku lupakan?
Closing BGM : Otegami - SID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar