Senin, 31 Januari 2011

Chapter 3 part 3

PART 3
OPENING BGM :  LISTEN – K-ON OP
Cherie yang kini mengenakan baju serba ungu menghampiri gadis bersayap itu, “Bagaimana dia, Kang?”
“Pingsan, suster Cherie, tapi masih hidup kok,” ujar gadis itu.
“dia mengalami banyak luka, untung tidak ada yang serius,” Cherie terlihat lega setelah memeriksa Silvergin.
“Sugar, ayo kita bawa dia ke klinik,” ajak Cherie
“Oke,” Sebuah ranjang dorong lalu muncul didepan gadis bersayap itu. Ia lalu meletakkan Silvergin ke atas ranjang tersebut.
“Sudah lama ga melihat dirimu beraksi lagi, Kangaji Tenshi,” Baka Hyde menghampiri gadis bersayap itu.
Gadis itu tersenyum, “ aku juga sudah lama ga ngeliat kamu memakai jepit rambut sebanyak itu, BAKA Hyde.”
“Baka nya jangan ditegasin gtu dong,” protesnya. Gadis itu hanya tertawa.
Tiba-tiba terdengar jeritan Sugar.
Semua menoleh ke arah klinik. Ada beberapa  orang yang mengenakan topeng dan bersenjatakan pisau kecil tengah menyerang Sugar dan berusaha melukai Silvergin yang tengah pingsan.
Sebuah cambuk melilit pegangan tempat tidur Silvergin dan menariknya menjauh tepat disaat ia hendak diserang.
Wanita berambut biru yang semalam aku lihat mengobrol dengan Yauchi, yang menggunakan cambuk itu. Dengan sekali sentak ia melepaskan cambuk dari pegangan tempat tidur Silvergin dan langsung menggunakannya untuk menyerang orang-orang bertopeng yang ada didekatmya.
Para penyerang yang menyerang Sugar tiba-tiba terjatuh dan menghilang menjadi debu. Di dekat Sugar ada seorang pemuda yang menggunakan dua pedang, sepertinya ia yang baru saja melumpuhkan para penyerang itu.
“Makasih yah Shino,” ujar Sugar
“Ga masalah,” jawabnya.
Saat itu aku baru sadar kalau para penyerang bertopeng itu sudah ada dimana-mana. Dan kepalaku pun makin terasa pusing. Aku hanya bisa meringkuk di pojok ruangan sambil memegangi kepalaku dan melihat perlawanan dari para penghuni ruangan.
Seorang gadis berambut panjang di counter makanan tampak berupaya membuat pelindung bagi dia dan teman-temannya yang melindungi dari setiap serangan dari para penyerang bertopeng.
Beberapa penyerang tampak mendekati Euka, “Ayo kemari,” goda Euka sambil duduk diatas meja, ia masih mengenakan baju tidurnya yang sangat seksi. Para penyerang itu makin mendekati Euka, saat mereka sudah cukup dekat, dengan cepat Euka menggerakan jari tangannya dan para penyerangnya terbelit benang yang tidak terlihat lalu lemas dan hancur menjadi abu.
Aku juga melihat Jheea yang dengan lincah berkelit diantara para penyerangnya, gerakannya sangat cepat dan begitu ia berdiri diam, Jheeea lalu berkata, “Selamat tidur,” dan memberikan ciuman diudara, dalam sekejap para penyerangnya hancur menjadi debu.
Len juga membantu dengan panahnya. Sementara dari lantai dua, para penyerang mulai berjatuhan dalam keadaan terbakar dan hancur menjadi debu saat menyentuh lantai dasar. Aku bisa melihat Ace yang tengah bertarung dengan para penyerang di lantai dua
Tapi para penyerang seperti ga ada habisnya. Shino dan Dernew berusaha melindungi Sinc yang masih berupaya menghambat para penyusup yang berusaha masuk ke basis datanya.
Shino menggunakan kedua pedangnya untuk membasmi para penyerang, sementara Dernew entah dari mana bisa mendapatkan senjata bagi dirinya.
“Sial! Mereka bisa respawn lagi,” ujar Dernew
“Dhe!” seru Sinc.
“Sedang kucari!” Balas Dhe. “Darimana mereka masuk? Ayo… jangan sembunyi..,” Dhe tampak sibuk meneliti dalam kapsulnya.
“Cepat!”
“Aku sedang berusaha!”
Para penyerang mulai muncul di dekat Dhe dan Kyu, Fuunay yang berdiri di dekat mereka langdung berkonsenttrasi dan memunculkan pusaran angin yang meliputi ia, Dhe, Kyu dan Yauchi. Setiap penyerang yang mendekati pusaran tersebut langsung hancur menjadi debu.
Aku juga melihat Gyaboo yang menggunakan tuts piano di tasnya sebagai alat music dan membuat para penyerangnya hancur, tapi ia tidak melihat ada salah satu penyerang yang datang dari belakangnya.
“Gya, Awas!” aku mendengar suara Bakadayo dan aku sempat melihat ia mendorong Gyaboo hingga jatuh dan berakibat ia terkena tusukan dari penyerangnya.
“Baka kun!” seru Gyaboo
Saat akan menyerang kembali, tiba-tiba sebuah belati menusuk tubuh orang bertopeng itu dan membuatnya hancur menjadi debu. Ternyata Kizaru datang menolong mereka.
“kalian ga apa-apa?” tanyanya.
“aku ga apa-apa, tapi Baka-kun terluka,” ujar Gyaboo.
“Cuma  tertusuk biasa kok, bukan masalah,” Bakadayo berusaha tersenyum. Darah mulai membasahi bajunya.
“Kau harus dirawat, kita ke tempat Cherie aja yah,” ajak Gyaboo
“Gak apa-apa Gya, kamu kembali focus aja ke penyerangan, ini hanya luka kecil kok,” ujarnya.
“Apanya yang luka kecil, darahnya banyak keluar tuh, ayo jangan banyak protes,” Gyaboo membantu Bakadayo berdiri.
Sebuah benturan benda keras terdengar diluar, aku bisa melihiat kalau salah satu monster besar yang ada sudah menghilang menjadi abu.
“Yauchi, senjata baru sudah disiapkan,” ujar Kyu
“Okey, kita hancurkan mereka!” Yauchi terlihat bersemangat.
Aku hanya bisa mlihat saat mereka semua bertarung dan melindungi teman-teman mereka yang lain. Hotaru, B3rserker dan Sora melindungi Silvergin dan Cherie, walaupun mereka Nampak kelelahan.
Di pojok ruangan gadis berambut panjang yang membuat shield terlihat mulai kelelahan karena shieldnya mulai jadi tidak stabil.
“Hime chan, bertahanlah!” teman-temannya terus menyemangati gadis itu.
Gadis itu berusaha kembali focus tapi ia sempat lengah sejenak dan mengakibatkan shieldnya hancur berantakan. Para penyerang menggunakan kesempatan ini untuk menyerangnya langsung, tapi baru saja mereka mendekati gadis itu, sebuah sinar berwarna ungu mengurung mereka dan menghancurkan mereka jadi abu.
“kak Soran,” Gadis itu berkata.
“Gak apa-apa kan Hime?” ujar pemuda yang muncul dibalik sinar ungu itu.
“Makasih yah kak,”
“Sama-sama.”
Aku merasa tidak berdaya, saat melihat mereka semua bertempur, tidak ada yang bisa kulakukan selain merasa sakit kepala ini. Aku ga punya kekuatan apa-apa. Tidak seperti Nigi yang kini bergerak lincah walaupun mengenakan armor besi dan membawa sabit panjang yang biasa digunakan oleh Reaper. Aku juga tidak seperti Charazchan yang bisa tertawa-tawa sambil membawa gergaji listrik dan menghabisi beberapa penyerangnya. Atau seperti Heart Draw  yang menggunakan pistol untuk membunuh lawan-lawannya. Perasaan sedih kembali bergolak dalam dadaku.
‘Kumohon tolong, berhentilah.. Mereka bisa tewas kalau begini terus..’
Pada saat itu aku seperti mengingat akan suatu peristiwa, aku teringat seseorang berkata padaku
“Akan kuhancurkan semua yang penting bagimu, semua yang dekat denganmu, tanpa tersisa, kalau kau tidak menuruti perintahku,”
Aku berupaya mengingatnya lebih jauh, apa mungkin ini terkait dengan perasaan sedih yang aku rasakan saat bertemu dengan Silvergin dan yang lain, tapi semakin aku mencoba mengingat, kepalaku terasa semakin sakit dan seperti terbelah dua.
Dan lagi-lagi aku tidak menyadari kerumunan penyerang yang mendekatiku.
“Tezu!” aku sempat mendengar suara Dernew. Tapi kemudian pandanganku terhalang oleh sesuatu, sesuatu yang Nampak seperti sayap hitam besar.
Setelah aku perhatikan ternyata nyaris sama dengan sayap yang dimiliki oleh gadis yang dipanggil Kangaji Tenshi, namun yang ini berwarna hitam. Dan aku bisa yakin bahwa pemilik sayap hitam ini adalah pemuda.
Dengan tanpa kesulitan ia menghabisi lawannya, dan anehnya serangan yang ia lakukan tidak membuat lawan-lawannya muncul kembali. Sepertinya ia membuat mereka hilang untuk selamanya.
“Kamu ga apa-apa Tezu?” Tanya pemuda itu.
Suaranya, wajahnya, entah kenapa aku merasa pernah bertemu dengannya dan pernah mengenalnya. Pemuda itu menepuk kepalaku dengan lembut.
“Jangan dipaksakan untuk mengingat semuanya, pelan-pelan saja,” ujarnya.
Kalau orang lain mungkin aku sudah protes tapi aku hanya terdiam dan anehnya sakit kepala yang aku rasakan menghilang. Begitu aku ingin berterima kasih, pemuda itu sudah tidak ada dimanapun. Aku mencarinya tapi tidak ketemu.
Sebuah dentuman besar kembali terdengar. Sepertinya Yauchi kembali berhasil memusnahkan satu musuh lagi.
“Aku menemukannya! Rasakan kalian!” Dhe terlihat puas.
“Rage, tolong bantu persiapannya,” pinta Baka Hyde.
“Okay,” Nchex segera mengeluarkan tongkatnya dan ditempat ia berdiri mulai terbentuk pentagram dengan ukiran-ukiran bertulisan huruf yang tidak aku mengerti. Pentagram itu makin membesar dan terus membesar dengan titik pusatnya berada di tempat ia dan Baka Hyde berdiri. Setiap penyerang yang terkena pentagram itu langsung hancur menjadi debu. Semakin lama pentagram itu makin membesar hingga nyaris meliputi semua area ruangan. Seluruh tubuh Baka Hyde mulai terlihat bersinar, Ia mulai berkonsentrasi. Sinar yang meliputi tubuhnya makin terang,
“yauchi, kita mundur sekarang, mereka sudah mulai persiapan Erase,” ujar Kyu
“Okey,” jawab Yauchi
Getaran kecil sempat terasa sewaktu Mecha yang dikendalikan yauchi berbalik arah menuju ruangan, Begitu memasuki ruangan, Mecha itu mulai menjadi transparan dan mengecil hingga akhirnya menghilang di tempat Yauchi berdiri.
Pada saat yang bersamaan, pentagram yang dibuat oleh Nchex akhirnya sudah sebesar ruangan tempat kami berada, dan sinar terang yang berasal dari tubuh Baka Hyde membesar dan menjadi sangat terang hingga aku dan yang lain terpaksa berpaling dan memejamkan mata. Sebuah Ledakan cahaya terjadi dan bertahan kurang lebih 5 detik lalu menghilang.
Saat kami semua membuka mata, Pentagram itu sudah menghilang dan suasana menjadi sunyi. Tidak ada penyerang bertopeng dengan pisau, tidak ada monster besar dilapangan, yang tersisa hanya kami semua dan sebuah ruangan besar yang berantakan.
Beberapa kaca counter pecah, meja dan kursi terbelah, beberapa bagian lantai tampak menghitam dan sebuah nyala api kecil ada di lantai dua yang langsung dipadamkan oleh Ace.
Baka Hyde tampak tergeletak pingsan di lantai. Nchex segera mengangkatnya dan membawanya ke klinik. Cherie dan Sugar pun membawa Silvergin ke klinik.
Dhe melepas kacamata virtualnya dan kapsul yang membungkus tubuhnya lalu menghilang.
“Bagaimana Sinc?”
“Mereka ga dapet apa-apa. Tapi aneh sekali, biasanya serangan ke kita sifatnya acak, dan mereka berdiri sendiri, tapi kali ini sepertinya mereka bergerak dalam satu kesatuan, satu komando,” Sinc terlihat risau.
“Mungkin kita perlu membahas hal ini dengan yang lain,” ujar Dhe
“Lebih baik begitu,” Sinc menghilangkan layar hologramnya.  “Wow, ruangan ini kenapa? kaya habis diserbu angin topan aja,” ia terheran-heran.
“kamu ngelewatin semua hal yang seru, Sinc,” ujar Shino sambil tersenyum.
“Aku ga tertarik dengan kekerasan,” jawab Sinc
“ya ampun, selalu saja berantakan seperti ini,” Mifu menghela nafas. “jangan ada yang bergerak sedikitpun, nanti menggangu konsentrasiku,”
“Wah, Mifu akan melakukan RESTORE, aku harus lihat ini,” Shino tampak antusias.
Mifu berdiri ditengah ruangan lalu seperti dalam sebuah adegan yang diputar rewind, ruangan itu kembali seperti semula, meja dan kursi kembali menyatu, kaca-kaca counter kembali seperti semua, lantai yang rusak perlahan-lahan kembali utuh, dan sebuah lubang besar di bagian atas ruangan kembali menutup, bahkan makanan-makanan yang ada di atas meja pun kembali tertata persis sebelum terjadinya serangan. Begitu Mifu selesai, seperti tidak ada tanda-tanda serangan di ruangan ini.
“benar-benar melelahkan,” ujarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar