Kamis, 20 Januari 2011

CHAPTER 2 PART 3



WELCOME TO THE JUNGLE OF ANIME FANS


         Seseorang dengan baju terusan hitam berenda dan topi berenda datang menghampiriku, penampilannya mang sesuai dengan trend Lolita Gothic. Aku pada awalnya menyangka bahwa dia adalah remaja cewe. Yah, orang sudah pasti akan berpikir kalau setiap pemakai gaun terusan adalah cewe, tapi aku agak kage...t begitu orang ini menyapaku.
“hai,” Sapanya. Suaranya tuh sangat… cowo banget
“Hai,” balasku
“Oh, maaf kamu pasti bingung ngeliat penampilanku yah? Biasa tuntutan pekerjaan,” Ia menjentikkan jarinya lalu pakaian itu berganti menjadi kaus dan celana jins. “Begini pasti lebih nyaman kan?”
Wajahnya memang sepintas mirip cewe, mungkin itu yang membuatku merasa dia sangat pantas mengenakan gaun. Tapi setelah diperhatikan baik-baik memang tidak salah lagi kalo dia ini seorang cowo.
“Kenalkan aku Baka_Hyde, yang paling pertama sampai di tempat ini dengan beberapa temanku yang lain,” ujarnya
“Owh, aku Tezuka Ayumu, berarti kamu ketua disini?”
“Yah bisa dibilang begitu sih. Sebenarnya ga mau, tapi sudah ditunjuk mau gimana lagi,” ia tertawa, “Bagaimana kesanmu disini?” Baka Hyde duduk disebelahku.
“Unik, tapi masih banyak yang ga aku ngerti soal ini,”
“Ruangan ini seperti yang kamu duga adalah Virtual Reality, dibentuk oleh keinginan-keinginan semua orang. Pada awalnya sering berubah mulu, tapi sekarang sudah stabil. Selain karena program yang dibuat oleh Sinc, ruangan ini juga diawasi oleh Dhe dan timnya. Sedikit saja perubahan, mereka pasti akan tau. Portal yang kamu lihat tadi adalah akses jalan kami ke ruangan lain, termasuk bagian game. kami adalah satu-satunya yang bisa punya akses ke ruangan lain, itu makanya kami dibilang pemberontak,” Baka Hyde terdiam sejenak.
Mifu datang ke meja kami dan mengantarkan segelas soda.
“Thanks,” ujarnya
Mifu mengangguk dan melesat pergi lagi
“Ada yang masih kamu ga ngerti?”
“Gyaboo bilang kalian terjebak, apa maksudnya?”
“sama sepertimu, kami juga pada awalnya bingung masuk ke tempat ini, kami pikir bahwa ini hanya permainan biasa yang akan terhenti pada saat kami log out, ato mungkin tertidur. Tapi masalahnya adalah kami ga bisa log out, dan setelah terbangun pun kami masih ditempat ini. Aku sudah pernah melihat hal-hal yang dilakukan karena tertekan ditempat ini,” pandangannya terlihat sedih. “aku pernah melihat seseorang sampai menyayat dirinya ato membakar dirinya agar bisa keluar dari tempat ini, tapi semua tidak berguna. Kecuali dia benar-benar mati. aku juga pernah melihat saling bunuh di daerah Game, semua seperti kehilangan akal sehatnya. Aku lalu mencoba membuat satu ruangan sendiri, dengan keistimewaan yang aku punya, aku memutuskan membuat satu ruangan di daerah chat room, tempat dimana aku bisa membawa teman-temanku yang telah lelah untuk beristirahat. Makin hari, makin banyak yang ikut serta. Selain karena datang sepertimu, ada juga yang berasal dari kerja keras Mizz Fly44, yang rutin menculik orang-orang yang punya potensi.      
        Tempat ini adalah tempat berkumpul bagi orang-orang yang ingin bebas. Memang tulisannya Anime Fans, tapi sebenarnya kami sedang membentuk pasukan kecil untuk kami bisa keluar dari tempat ini, dan kembali ke dunia nyata,” jelas Baka Hyde.
“Jadi kekuatan itu, semua nyata?”
“Semua kekuatan berasal dari pikiran kita. Tentu sebagai tempat berkumpulnya anime fans, orang ga akan curiga dengan semua penampilan aneh kami, tapi satu demi satu, kami mencoba menyadarkan bahwa mereka punya kekuatan yang luar biasa, yang masih tertidur dalam pikiran mereka dan itu adalah tugas dari salah seorang kami,” ia menunjuk ke arah Bakadayo yang baru saja bangkit dari duduknya bersama gadis yang tadi duduk bersamanya. Mereka berdua menuju  meja tempat aku dan Baka Hyde duduk. Saat mendekati meja tempat kami berdua duduk, mereka berhenti. Bakadayo membisikan sesuatu kepada Baka Hyde sementara si gadis menganggukan kepalanya dan tersenyum kearahku, aku membalas senyumannya.
“Jadi Fuu, kau sudah menentukan pilihanmu?” Tanya Baka Hyde kepada gadis itu.
“Uh huh, aku pikir akan lebih berguna kalau aku bisa bergabung dengan tim Mbak Dhe, atau mungkin dengan tim Cherie, habisnya aku bukan tipe yang senang bertarung sih,” Jawab gadis yang dipanggil Fuu itu.
“Apapun pilihanmu, kami akan sangat senang menerima bantuanmu, Fuu.”
“Makasih,” wajah Fuu sedikit memerah.
“Kan sudah kubilang, kalo dia pasti ga keberatan,” Bakadayo menepuk pundak Fuu, ia lalu berpaling menatapku, “kurasa kita belum berkenalan secara resmi nih,” ujarnya sambil mengulurkan tangan
           Aku menjabat tangannya, aku merasakan sedikit perasaan aneh menyelimutiku, dan terasa agak nyaman, mungkin ini yang membuat banyak orang betah bersama dengan cowo ini.
“Tezuka Ayumu,”  ucapku
“Bakadayo alias Baka Teppei, pilih yang mana yang kamu suka,” ujarnya lembut.
“senang berkenalan denganmu,” ujarku sambil kembali menarik tanganku
“Aku Fuunay, senang berkenalan denganmu,” sapa Fuu
“sama-sama,” jawabku
“ternyata kita kali ini mendapat calon potensial yang bagus nih, ketua. Baru beberapa jam disini, dia sudah mampu memunculkan sedikit kekuatannya, biasanya para wanita masih malu-malu pada awalnya,” Bakadayo menatapku sambil tersenyum
“Wah berarti aku ga salah mengundangmu masuk ke tempat ini yah,” Baka Hyde tersenyum penuh arti.
“Mengundangku? Maksudnya?”
Saat Baka Hyde hendak menjawabnya, tiba-tiba Mifu sudah ada disampingnya dan berkata,”mereka sudah sampai.”
         Ia menoleh, dan melihat seorang gadis dan seorang pemuda yang mengenakan capuchon warna krem serta kacamata hitam tengah berdiri di dekat tangga. Baka Hyde lalu bangkit dari duduknya dan berkata,” lain kali kita ngobrol lagi, oke? Oh ya sekalian aku ingatkan kalo kamarmu pun bisa dirubah sesuka hatimu” dan ia lalu berjalan menuju ke arah gadis dan pemuda itu.
“Nah Fuu, kebetulan Dhe lagi disini, kenapa ga kamu tanya soal idemu tadi?” saran Bakadayo
“Hmm, okey deh, makasih yah,” Fuunay lalu menuju ke tempat Dhe dan Kyu sedang duduk.
“sampai nanti yah, Tezu,” Bakadayo lalu menuju ke arah kamar tidur.
Aku masih memperhatikan Baka Hyde yang tengah ngobrol dengan kedua orang itu. Tak berapa lama kemudian mereka naik ke lantai dua, sebelum menaiki tangga, si gadis sempat menatapku dan tersenyum.
“mifu?” tanyaku
“Ya?”
“Mereka itu siapa?”
“Kalo yang cewe itu Sora Ryuzaki dan yang cowo Shinobi Rhezawa. Seksi Sibuk kami,”
“Maksudnya?”
“Mereka jarang ada di dalam ruangan, lebih sering diluar mengumpulkan informasi,”
“Owh, makasih yah,”
“Okey”

      Sambil menghabiskan minumanku, aku melihat kembali  ke sekeliling.
Dhe, Kyu dan Fuunay tampak sedang serius merancang sesuatu. Ga begitu jauh dari mereka seorang remaja berambut pendek berwarna putih keperakan tengah berdebat dengan seorang pemuda berambut merah dan mengenakan gelang bulu berwarna kecoklatan, diantara mereka ada seorang lagi berambut panjang, aku ga bisa bilang apakah dia cewe ato cowo, ia tampak rapi dengan baju terusan warna putih yang memperlihatkan kedua lengannya dan sepertinya ia tidak terganggu oleh pertengkaran yang terjadi didepannya, karena ia dengan santainya membaca buku.
     Urahara tampak tengah mengobrol dengan seorang wanita berambut biru dan berkacamata. Sepertinya mereka tengah bermain game, dan apabila Urahara kalah, mereka berdua tertawa. Aku baru lihat seorang cowo bisa terlihat begitu nyaman dan tertawa lepas saat bersama dengan seorang wanita. Walau tidak terlihat jelas, tapi sepertinya Urahara tidak dapat mengalihkan pandangannya dari si wanita.
Di meja bar, Euka tengah saling menggoda dengan seorang cowo berambut putih, bukan karena dia tua soalnya dari wajahnya dapat terlihat kalo cowo ini masih sebaya dengan Euka. Mereka bersulang bersama.
Chiki_i yang juga masih berada di meja bar kini tengah berbicara dengan seorang gadis berambut coklat pendek. Didekat mereka Rena mengeluarkan uang dan membayar minumannya lalu menuju kamar tidur sambil membawa pedang yang telah ia bersihkan.
     Nyaris bersamaan dengan Rena, Yauchi juga menghabiskan minumannya dan langsung meletakan uang di meja bar, dengan lemas ia lalu berjalan menuju ruangan tidur.
Untung saja ia tidak bertabrakan dengan Nigi dan Shinigami chan yang meluncur dari lantai dua melalui pegangan tangga. Sambil tertawa-tawa mereka berlari melewati Yauchi menuju ruang tidur.
Suasana di ruangan mulai sedikit tenang. Hanya terdengar beberapa gelak tawa dan sedikit perdebatan. Hota mulai membersihkan meja barnya. Ia lalu berhenti sejenak untuk mengambil sebatang rokok dari saku bajunya. Dari salah satu jarinya muncul api kecil. Setelah menyalakan rokoknya, Hota kembali membersihkan meja bar. Saat itu ia melihat kalau Seiryu telah tertidur di meja bar. Hota lalu mengambil selimut dari laci bawahnya dan menyelimuti Seiryu.
“Apa kau mau aku membawanya sampai ke depan kamarnya, Hota,” Tanya Mifu.
“Nanti saja, biarkan saja dia istirahat disini dulu,” jawab Hota.

        Mifu lalu kembali menyusun dan merapikan kursi dan meja yang sudah tidak ada yang menempati.
Aku melihat ke arah klinik, lampu didalam ruangan itu masih menyala, mungkin Cherie dan Sugar sedang bekerja. Keadaan di lantai dua juga sudah sepi, walau aku ga yakin apa Ace masih disana atau juga sudah kembali kekamarnya. Satu-satunya lampu yang masih menyala adalah lampu di dalam ruang pertemuan tempat dimana Baka Hyde bertemu dengan Sora dan Shinobi.
      Untuk pertama kalinya, aku kembali merasa kesepian, hal yang biasa aku rasakan setiap aku log out dari dunia maya ku dan kembali ke dunia nyataku. Yang berbeda adalah saat ini aku masih berada di dalam dunia maya, dan aku mungkin saja tidak akan bisa kembali lagi kedunia nyataku dalam waktu dekat.
Tiba-tiba saja aku merasa sedih, untuk sesaat aku merasa kalau aku tidak bisa lagi bertemu dengan orangtuaku, kucingku, dan teman-temanku
     Aku meneguk minumanku untuk menghilangkan rasa sedih yang mulai mengganjal. Berada di tempat asing dan mungkin tidak akan bisa kembali sama sekali bukan pilihan yang akan aku ambil.
Sedikit menyesal mungkin, tapi toh semua sudah terjadi. Aku melihat sekelilingku kembali. Ditengah perdebatan, canda dan gelak tawa mungkin saja mereka semua juga merasakan kesepian yang aku alami. Kesepian yang membuat mereka akhirnya saling berbagi. Aku menghabiskan minumanku, dan akhirnya berdiri dan melangkah ke arah meja bar. Mungkin dengan sedikit istirahat bisa menghilangkan perasaan tidak enak yang aku rasakan ini.  Tepat pada saat itu Jheea akhirnya muncul, tapi tanpa Dernew.
Rambutnya tampak sedikit berantakan, ia lalu menghampiri Hotaru sambil merapikan rambutnya dan menyerahkan sejumlah uang.
“Kata dendeng, tadi dia lupa,” ujarnya
“Mang kamu nganter dia kemana Jhe?” tanya Hotaru
“Permintaan Dendeng mang berlebihan, tapi akyu bukanlah Jheeea yang tantique kalo ga bisa memenuhinya,” Jheea tersenyum penuh arti.
“Kalo tampangmu kaya begitu, masa ya masih cantik?”
“iiiihhh, Hota jahat, begini-begini akyu masih tantique loch.. ya kan Tezu?” tanya Jheea begitu aku mendekati meja bar menuju ke ruang tidur.
“hah? Hmm ya sih,” jawabku
“Tuh kan, tezu aja bilang akyu tantique berarti Hota yang salah,” Jheeea tampak gembira
“Namamu Tezu yah?” tanya Hotaru
“Tezuka Ayumu, kau pasti Hotaru kan?” aku balik bertanya
“Yup, mudah-mudahan kita bisa jadi teman baik,” Hotaru berkata.
“Sampai besok yah?” pamitku
“Tezu, mau akyu antar ke kamarmu, gratis loch..,” Jheeea menawarkan diri.
“Ga usah gak apa-apa, Jhe, kamu kan masih lelah, aku jalan saja, makasih loh atas tawarannya,” ujarku.

       Aku melangkah menuju ruangan tidur, begitu membuka pintu aku melihat sebuah lorong panjang berwarna krem dengan puluhan bahkan ratusan pintu di sisi-sisinya. Masing-masing pintu terdapat nomor dan nama penghuninya, walau ada yang menghiasnya dengan hal-hal aneh seperti gambar anime kesukaannya sebesar pintu, atau pintu bergaya army look atau membentuk pintu seperti gambar love besar. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Begitu aku sampai di kamarku yang bernomor 101, aku langsung membuka pintu kamarku yang berwarna kecoklatan, aku langsung kaget karena kamar itu sangat mirip dengan kamar asliku yang ada dirumah. Aku segera masuk dan menutup pintu lalu membuka lagi, berharap semoga aku sudah bisa log out. Tapi begitu aku buka, ternyata tetap lorong krem dan barisan pintu-pintu. Aku lalu berbaring di tempat tidurku yang terasa sama dengan aslinya.
      Mungkin besok pagi semua ini akan berakhir, mungkin besok pagi ibuku akan datang dan membuka pintu, memarahiku. Mungkin saja ini semua hanya mimpi panjang, dan akhirnya aku tertidur memikirkan segala kemungkinan yang ada.

Last BGM : You wouldn’t answer my call – 2AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar